I Say With A Ditto (Haechan 🧸) Chap 19

3.5K 101 9
                                    

Happy Reading

🔞

Suasana pagi yang cerah menyapa Seoul Korea. Morning person mulai beraktivitas sejak pagi buta. Jalanan sudah di huni transportasi kesana kemari. Beberapa apartmen mulai mengikat gorden jendelanya ke samping sehingga matahari masuk dengan mudah.

Di sebuah kamar bernuansa abu-abu terlihat sepasang suami istri tengah melakukan aktivitas pagi mereka. Udara yang seharusnya dingin justru di rasa panas oleh keduanya. Atmosfer membara bersahut-sahutan ketika mereka mencapai puncaknya yang entah sudah keberapa kalinya.

Sang pria kembali menggila. Ia memposisikan dirinya di depan kemaluan Sang istri yang sudah basah akibat persenggamaan mereka dua jam yang telah terlewati. Wajahnya kembali maju untuk kemudian lidahnya mendecap benda berwarna pink kesukaannya itu.

"Ah... "

Sang wanita kembali menggelinjang. Kedua pahanya ia rapatkan sehingga menjepit kepala suaminya. Tangannya hanya mampu meremas surai hitam suaminya yang sangat fluffy.

"Sshhh... "

Ia kembali mendesis saat dengan sengaja prianya menggigit benda sebesar biji kacang yang mampu membuatnya kelojotan sampai mencapai klimaks.

"Chan, plis!" jerit Vania saat ia kembali mengeluarkan cairan yang amat banyak. Melihat itu Haechan terkekeh, mulutnya kembali menyapu seluruh cairan yang di keluarkan Vania sampai surut.

Rona merah di pipi Vania tampak tercetak. Ia malu sekali karena bisa menyemprotkan cairan sebanyak itu. Di satu sisi ia merasa lega namun rangsangan yang ia dapatkan kian meledak-ledak.

"Gantian aku yang mimpin," ucap wanita itu sambil tersenyum binal. Akhirnya Haechan memposisikan dirinya duduk bersandar di ranjang sementara Vania naik ke pangkuan dan langsung memasukkan milik Haechan yang masih tegak ke dalam miliknya yang belum berhenti berkedut sejak pelepasan tadi.

"Ouhh!" desah Vania. Kepalanya mendongak ke atas, bahkan mata hitamnya bergulir hingga putih saja yang nampak saking geli dan nikmat yang ia rasakan dalam persenggamaan panas yang tengah berlangsung.

Tubuh gadis itu naik turun seperti memacu kuda. Pinggangnya kembali ia dorong kuat hingga penyatuannya amblas sepenuhnya. Desahan bersaut-sautan. Haechan yang tidak tahan membantu pergerakan Vania agar semakin brutal.

"Ahh!"

"Eumhh!"

"Ahh!"

Pergerakan Vania berhenti, vaginanya berkedut hebat dengan pinggang yang bergetar ia kembali pelepasan dan tak lama kemudian cairan Haechan meledak mengisi ruang rahimnya yang sangat hangat. Keduanya saling pandang kemudian melakukan french kiss mendalam. Setelah puas berbelit lidah Haechan kembali mendapatkan apa yang ia mau. Mulutnya menyedot rakus pitung berwarna pink yang tampak sangat tegang. Sesekali ia gigit hingga membuat Vania menjerit antara sakit dan geli.

"Gak ada susunya, Chan."

Jemari Vania bergerak mengelus surai hitam Haechan yang berantakan. Sesekali ia jambak karena pria itu dengan nakalnya menggigit gemas putingnya bergantian.

...

"Gimana rumah tangga kalian?" tanya Ibu Vania di sela makan bersama.

Sepasang suami istri muda itu saling menatap datar.

"Baik-baik aja Bu."

Sang Ibu tersenyum. Kedua tangannya menangkup punggung tangan Vania dan Haechan. Sisi kiri Vania sedang sisi kanannya Haechan. Senyum anggunnya memancar untuk kedua anak yang telah menjadi pasangan seutuhnya.

"Apapun yang terjadi, kalian harus tetap sehat ya. Yang namanya membangun rumah tangga itu tidak semudah saat sedang berpacaran. Janji suci yang kalian lantangkan di altar adalah janji suci seumur hidup. Tuhan mendengar ikrar kalian. Semoga selalu diberkati."

"Amin, terimakasih Ibu." Haechan berucap disertai senyuman manisnya. Ia menyalami tangan Ibu Vania dengan sopan.

Setelah makan malam bersama Ibu Vania usai, keduanya kembali pulang ke rumahnya. Haechan dan Vania memutuskan untuk membangun rumah mereka sendiri di pinggiran kota Seoul yang sejuk nan rapih.

"Chan," panggil Vania saat perjalanan pulang mereka di malam yang cukup sunyi ini.

"Hmm, iya sayang. Kenapa?" tanya Haechan sembari menggenggam tangan Vania dengan sebelah tangannya yang tidak memegang setir mobil.

Vania menyambut pegangan tangan Haechan semakin erat. Ia menyampingkan tubuhnya mendekat pada Haechan kemudian memeluk lengan pemuda itu.

"Makasih untuk semuanya."

"Emang aku ngasih apa ke kamu?"

Vania melotot, di cubitnya lengan Haechan yang tadi ia peluk erat. Sang empu menahan sakit akibat cubitan. Seperti terserang semut rangrang. Tapi karena cinta, Haechan menerimanya sepenuh hati.

"Gak jadi, aku ngambek!" kesal Vania.

Sampai dirumah Vania masih enggan mengeluarkan suaranya. Haechan menghela napas pelan. Ia membuka stelan jasnya kemudian berjalan menuju kamar mandi.

"Kayaknya aku dikit-dikit ngambek sama dia. Kasian tau, wajah gemesinnya. Wkwkwk." Vania tertawa sendiri sambil merebahkan tubuhnya di kasur.

Tak lama kemudian pintu kamar mandi terbuka. Wanita itu langsung berjalan memasuki kamar mandi tanpa melihat Haechan yang shirtless. Pipi Vania sempat merona. Entah mengapa meski sering melihat Haechan polosan namun ia tetap malu seperti gadis perawan.

Selama melakukan ritual mandi Vania senyam - senyum sendiri. Ia tidak habis pikir mengapa bisa ia memiliki suami se menggemaskan Haechan. Pria itu sangat sering mengalah ketika ia sedang ngambek. Lucu sekali.

To be continue!

NC NCT DREAM ✔️Onde as histórias ganham vida. Descobre agora