Attention || 🦊 3

2.1K 93 23
                                    

Nungguin yaa 🤭🦊Spam komen yoks! Happy Reading!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Nungguin yaa 🤭🦊
Spam komen yoks!
Happy Reading!

Aera menghela napas pelan. Ia merasa sangat bosan berada di rumah sakit. Betapa bencinya ia dengan penyakit aneh yang menimpanya ini, perkara garam wajahnya sampai harus di rawat sedemikian rupa sampai opname. Aera berdecak kesal.

Beberapa menit setelah Kak Karina menasihatinya panjang lebar, wanita itu kembali ke tempat kerjanya lagi. Tidak bisa dipungkiri Kakaknya itu sangat sibuk menjadi tulang punggungnya. Aera menghapus air matanya dengan kasar karena merasa bersalah pada Kak Karina.

Gadis itu meraih ponselnya kemudian memainkan beberapa game yang bisa membuat kebosanannya hilang.

"Gue kapan sukses ya?" gumam Aera sembari membanting pelan ponselnya di samping ranjang.

Perlahan gadis itu turun dari ranjangnya. Ia sadar jika infus masih terpasang di tangannya. Perlahan mengangkat tiang infus agar bisa ia bawa berjalan. Aera mengambil tas sekolahnya di sofa pojok ruangan.

Setelah berhasil mengambil tasnya, ia perlahan kembali ke ranjangnya. Mencari buku paket Olimpiade yang selalu ia baca kemanapun dan dimanapun.

"Bosen banget sumpah!" kesalnya. Ia tidak pernah belajar hanya di satu tempat. Jika hanya di satu tempat seperti ini ia benar-benar tidak menikmati belajarnya.

Tok!
Tok!

Sebuah ketukan pintu menyadarkannya. Ia mengalihkan atensinya pada pintu depan ruangannya. Terlihat sosok pemuda dengan wajah datar berdiri di ambang pintu. Aera bisa melihatnya dari kaca tembus pintu tersebut.

Aera melebarkan mata. Tidak salah lagi, itu Huang Renjun. Musuh bebuyutannya, untuk apa pemuda itu datang padanya. Jika untuk menertawakannya Aera ingin sekali memendangnya begitu saja. Tapi apa daya, ia sedang dalam opname. Tubuhnya pun melemah karena tusukan infus.

"Masuk!" teriak Aera.

Tanpa berkata apapun Renjun membuka pintu. Berjalan menuju ranjang Aera dengan membawa bucket bunga dan satu parcel buah yang ia tenteng di tangan kanannya.

"Kenapa kesini?" tanya Aera ketus. Tidak peduli Renjun akan mengejek wajah bengkaknya. Ia malas menutupinya.

Renjun menghela napas panjang. Minta maaf? Sepertinya kegengsian menutupi hati Renjun. Tentu pemuda itu akan mengambil opsi lain sebagai alasan.

"Emangnya salah njenguk temen sendiri?" tanya Renjun sengaja menyindir.

"Hah! Temen?" Aera tidak percaya tentang apa yang dikatakan Renjun.

Renjun berdecak kesal. Pemuda itu duduk di kursi sebelah ranjang Aera.

"Udah makan belom, temen?" tanya Renjun.

Aera hampir muntah mendengarkannya. "Gak usah sok peduli lo!" jawab Aera.

"Mau gue bantuin kupasin buah, temen?" tawar Renjun lagi.

NC NCT DREAM ✔️Where stories live. Discover now