I Say With A Ditto (Lee Haechan 🧸) Chap 20 End

4.4K 107 33
                                    

Hallo gaisss ini Chap terakhir ya :") mianhae kalau endingnya gak sesuai ekspektasi :3 abis ini aku bakal buat cerita Renjun yang menjadi akhir cerita di book ini :3 tencuuu :3
Love youu 🧸💕

"Hueeeek!"

"Hueeek!"

Suara tersebut menggema di kamar mandi. Jam menunjukkan pukul 00.00 dini hari. Namun Vania belum juga tertidur lelap. Semua karena rasa aneh yang melanda di perutnya. Setelah cukup lama merasakan mual yang luar biasa, ia baru bisa memuntahkan isi perutnya setelah sekian lama menahan rasa yang luar biasa tidak enaknya.

Derap langkah seseorang menyusul keberadaan Vania. Dengan wajah bantal yang nampak khawatir ia memijat tengkuk wanita itu. Vania segera membersihkan bekas muntahannya dengan air mengalir.

"Jangan deketin, aku lagi muntah."

Haechan tidak peduli. Ia membantu Vania membersihkan mulutnya. Mengelus punggung istrinya agar rasa tegang akibat muntahnya mereda.

"Haechan, itu jorok." Vania menggeleng saat Haechan mengelap mulut gadis itu perlahan sampai bersih. Pria itu mengambil tisu kering di lemari kaca kemudian mengeringkan wajah dan mulut Vania yang basah.

"Masih sakit perutnya?"

Vania menggeleng. "Gak sesakit yang tadi, makasih Chan."

"Kita ke dokter sekarang yuk. Jangan ditunda, kamu beberapa hari ini kelihatan pucat juga."

"Chan, tapi."

"Nurut ya, kamu harus sehat sayang."

Setelah terdiam cukup lama akhirnya Vania mengangguk. Keduanya mulai bersiap pergi. Memakai pakaian hangat agar tidak terlalu kedinginan terkena angin dini hari.

Perjalanan terasa sangat sunyi. Hanya ada suara mesin mobil yang menderu dengan halus. Haechan tak henti mengelus punggung tangan istrinya. Sedari tadi Vania hanya diam dengan wajah yang masih pucat karena muntah hebat di rumah tadi.

"Sayang, jangan sedih. Kamu harus tetep happy apapun yang terjadi."

Dipeluknya lengan Haechan dengan erat. Jujur saja memang Vania se khawatir itu tentang apa yang terjadi dengannya. Dan ia yakin ini bukan karena sebuah harapan dari hati kecilnya. Berkali-kali ia mengetes dan hasilnya sama. Negatif.

"Chan, aku takut."

Air mata wanita itu menetes duluan namun ia dengan cepat menghapusnya agar Haechan tidak melihat. Jiwa rapuhnya kembali bereaksi. Ia tidak tahu ternyata setelah ia mendapat kebahagiaan menikah dengan pria sebaik Haechan cobaan itu akan sirna. Ternyata tidak, ada cobaan lain yang dia dapatkan. Vania berusaha menghapus semua pemikiran jeleknya. Ia takut jikalau nanti Haechan bosan dengan segala kekurangannya.

"Chan, kalau misal aku terlalu banyak kurangnya. Apa kamu bakalan tetep bertahan?"

Haechan terdiam. Ia memejamkan mata sejenak, yang pasti Vania sekarang sedang berada di fase takut. Takut jika ia tidak kuat dengan segala kekurangan wanita itu. Berkali-kali memang Haechan harus memastikan pada wanita itu. Bahwa apapun yang terjadi nanti mereka tetap berteguh pada janji suci. Cinta tidak harus tergambarkan dengan segala kesempurnaan. Justru, banyaknya kekurangan dan cobaan membuat tolak ukur cinta itu semakin kuat jikalau terus dipertahankan.

"Apapun yang terjadi. Kamu tetap nomor satu di hatiku, Van. Jangan ovt, apalagi mikirin hal aneh-aneh."

Mereka sampai di tempat registrasi pasien. Setelah mengumpulkan beberapa data akhirnya Vania segera melakukan cek di lab kesehatan.

NC NCT DREAM ✔️Where stories live. Discover now