I Say With A Ditto (Haechan 🐻) 7

3.2K 118 26
                                    

Happy Reading

Pagi hari sekali sekitar jam setengah 6 Haechan sudah nangkring di atas motornya. Pemuda itu sudah mandi, memakai seragamnya yang selalu ia buka semua kancingnya hingga baju dalamannya yang terlihat. Persis seperti anak bengal di masa SMA. Tidak seperti dulu, ia selalu berangkat terlambat sampai satpam sekolah kesal dan naik darah karena pemuda itu akan nekat naik gerbang dan berlari sampai satpam kualahan sendiri. Kini segalanya berubah semenjak ia mengenal arti cinta.

"Pagi princess," sapa Haechan pada seorang gadis bersurai panjang kecokelatan. Mata indahnya menyapu pandang Haechan yang sedang nangkring di atas motor.

"Lo ngapain?" tanya Vania. Kali ini tidak menggunakan nada ketus. Hanya biasa, namun mampu membuat detak jantung Haechan bekerja dengan cepat.

Pemuda itu turun dari atas motornya. Tanpa ragu meraih tangan Vania. "Nungguin lo lah, betina!"

Bukannya marah seperti kemarin-kemarin Vania kini tertawa. Kedua tangannya melepaskan genggaman Haechan. Beralih mengobrak-abrik pipi pemuda itu dengan gemas. Haechan terdiam membeku atas perlakuan Vania. "Makasih ya," ucapnya.

"Loh kalian udah pacaran? Tumben gak berantem lagi?" Kali ini suara itu dari arah depan rumah Haechan. Kedua rumah mereka hanya di batasi tembok pagar yang rendah. Sehingga bisa melihat pekarangan satu sama lain.

Kedua jantan dan betina berseragam SMA itu menoleh ke arah Ayah Haechan yang sedang mengopi santai di depan rumah.

"Hehe, pagi Ayah!" sapa Vania dengan kaku. Sedangkan Haechan ia tersenyum puas. Sambil mengedipkan mata pada sang Ayah.

Beda dengan Vania yang canggung Haechan justru brutal. Ia menarik Vania ke dalam rangkulannya. "Pacar Haechan cantik banget kan yah?"

Tawa Ayah Haechan mengudara di pagi yang berembun nan dingin. Kembali menyesap kopinya sembari menatap kedua remaja yang tumbuh dengan baik di masa-masa SMA nya.

"Emangnya Vania mau sama kamu?" ejek Ayah Haechan, membuat Vania langsung melepaskan rangkulan pemuda itu. Sedangkan Haechan meringis. "Mau dong yah," balasnya dengan takut karena Vania kembali dalam mode galak.

"Yah maaf, Vania gak suka Haechan. Dia tengil."

Setelah berbasa-basi cukup lama akhirnya mereka berangkat sekolah. Udara pagi yang sangat dingin membuat Vania kedinginan. Gadis itu tersenyum setelahnya memeluk erat tubuh pemuda tengil yang sedang sibuk menyetir motornya sesekali mencuri pandang ke arah spion.

Deg!
Deg!
Deg!

Gila, jantung gue maraton!

Haechan jadi gagal fokus.

"Chan, aku tidur bentar ya. Badan kamu anget." Vania memejamkan matanya di tengah deru motor Haechan yang terus melaju membelah jalanan.

Sesampainya di jarak 10 meter sekolahnya. Haechan menghentikan motornya. Ia tentu sadar jika dirinya terus melajukan dengan posisi Vania tertidur seperti itu, pasti gadis itu akan menjadi bahan ejekan teman-temannya bahkan seluruh isi sekolah. Akhirnya motor Haechan berputar arah menuju kawasan belakang sekolah. Ia tahu tempat aman untuk parkir motor dan jalan masuk yang tidak banyak siswa tahu. Tentunya itu buatan dirinya dan ke 6 teman bijaknya yang sebenarnya tengil dan suka keluar masuk ke sekolah tanpa izin.

Setelah berhasil memarkirkan motornya dengan mulus di kawasan sepi tanpa jangkauan orang-orang Haechan terdiam sejenak. Tangannya bergerak mengelus lembut tangan mungil yang masih senantiasa memeluknya dengan erat. "Van, bangun." Haechan berusaha sepelan mungkin agar gadis itu tidak kaget.

NC NCT DREAM ✔️حيث تعيش القصص. اكتشف الآن