62. take off your title!

314 47 0
                                    

Lyle sedikit berkomentar lantaran Sophia tidak membangunkannya, dan sekarang perempuan tersebut jatuh ke lantai dengan kaki yang kebas. Ia tanpa ragu berjongkok di lantai seraya memberi pijatan pada telapak kaki hingga lipatan di belakang lututnya.

"Pangeran, ada surat."

Kepala Pelayan membuat ia mengalihkan pandangan, namun tangannya masih memijat kaki Sophia secara perlahan-lahan. Kepala Pelayan menghampiri dan menunjukkan baki berisi amplop dengan cap angsa keemasan.

"Letakkan di meja," perintah Lyle yang lekas dituruti.

Di dekatnya, terdapat botol kaca aneh dan kain halus tergeletak. Namun Lyle tidak ingin berpikir panjang, ia hanya mengkhawatirkan keadaan sang istri sekarang.

"Kamu bisa berjalan?" Tanpa menunggu jawaban, ia segera mengangkat Sophia, walaupun si Gadis terus berkata 'bisa' dan 'tidak apa-apa'. Selepas meletakkan ke sofa, ia mengambil amplop guna mengetahui isinya.

Kelopak matanya bergerak turun. "Malam ini, aku tidak bisa tidur denganmu. Jika ingin membawa Lily, kamu perintahkan pelayan untuk mengambilnya dari rumah kecil di dekat taman. Mungkin esok pun aku belum kembali."

Kali ini lelaki tersebut izin hendak pergi, namun tidak menjelaskan hendak kemana. Ia mengecup singkat pipinya, dan di ambang pintu terdengar memerintahkan pelayan untuk memijat serta menurunkan titah untuk memanggilkan dokter.

'Ke mana?'

****

"Ayah,"

Baru saja memanggil, Lyle telah disuguhkan ayahnya yang siap pergi, bahkan sedang menunggu dirinya.

"Kau yang harus segera bersiap! Kita akan menggunakan teleportasi agar cepat sampai." Bila tak menggunakan, mereka bisa saja akan sangat terlambat dan mungkin kalah telak.

Lekas menunaikan perintah, ia menarik sebuah dokumen yang ada di laci nakas kamar barat. Sementara sang ayah telah menunggu di halaman bersama kuda.

Meloncat dari balkon, Lyle menaiki kuda hitamnya secara terburu-buru, bahkan tidak ada percakapan lagi di antara mereka. Ayah dan anak tersebut memacu kuda dengan secepat yang disanggupi, menerjang tumpukan-tumpukan salju akibat badai sementara.

"Perrumpens tempore," gumam mereka bersamaan. Grand Duke dan Lyle sekilas waktu memacu kuda di kota lain yang hanya memiliki salju tipis di tanah, setelah beberapa menit kuda berlari, mereka berdua menggumamkan kata yang sama lagi. Terus berulang seperti itu sampai tiba di gerbang istana.

Meskipun march dan ibukota lebih dekat, bukan bearti antara D'Lupus dan ibukota tak sejauh ke march, justru, jarak ibukota lebih jauh dari march.

"Anda lebih baik mengunjungi Raja terlebih dahulu, biar saya datang bersama Putra Mahkota," ungkap Lyle di jalan menuju istana utama. Ia menghilangkan hubungan antar anak dan ayah lagi. Ia dengan cepat melesat ke istana Putra Mahkota, dan mendapat sambutan dari lima abdi.

"Aidan dan Aiden, sepertinya kalian lebih banyak berkerja dengan Putra Mahkota belakangan ini," tegurnya yang disambut rasa malu. Tidak masalah, ia hanya menyapa mereka berdua yang belakangan jarang terlihat di pelatihan D'Lupus.

"Kita sudah tumbuh, kita sudah lebih besar dan lebih tinggi dari sebelumnya. Kita juga sudah lebih berakal dari masa-masa yang mereka remehkan itu, jadi, aku putuskan untuk mengeluarkan bukti sekarang." Achille menjeda sejenak, guna mengambil kotak di meja yang menyatu dengan dinding istana, lantas ia membawanya ke meja di sofa agar dilihat oleh semua orang.

"Aku masih menyimpan ramuan itu, hanya saja aku tidak memiliki banyak bukti untuk menguatkan bahwa ramuan ini menjadi perantara kematian ibuku yang didalangi Permaisuri kedua. Sayang sekali kita gegabah, pria itu mati di tanganmu." Ia melanjutkan sembari menertawakan kebodohan masa kecil.

The Cursed Duke's MoonWhere stories live. Discover now