11. capital 1

1K 93 0
                                    

Saat hendak tidur, si Lelaki memanglah berada dalam pelukan sang istri, namun sekarang yang terjadi sebalikanya. Setiap pagi, lelaki itu pasti bangun lebih awal dari sang istri.

Sudah sedari tadi ia menunggu Sophia bangun, tidak ada niat untuknya beranjak dari tempat tidur. Bukan malas, hanya saja ia tidak mau meninggalkan gadis itu sebelum bangun. Ia juga tidak pernah memanggilnya agar segera bangun.

Lenguhan kecil mulai terdengar diiringi membukanya bulu mata perak secara perlahan. Cahaya matahari pagi yang menembus jendela kaca membiaskan sinarnya pada kelopak mawar biru, sinar tersebut tidak menerpanya, namun tetap saja harus menyesuaikan cahaya yang masuk.

"Selamat pagi," sapa Lyle mendahului. "Hari ini, ayo kita keluar," ajaknya. Tidak ada pesta ulang tahun yang akan dilakukan oleh Putra Grand Duke D'Lupus. Ia hanya ingin menghabiskan waktu-waktunya bersama Sophia.

"Mmh, keluar?" gumamnya yang sedikit serak. Gadis itu segera bangkit duduk saat kesadarannya tiba-tiba saja menjadi penuh. "Keluar gerbang?" tanyanya tidak percaya.

"Iya. Lebih baik kita bersiap-siap." Tidak salah kan mengajak Sophia keluar? Semasa itu ataupun sekarang, ia belum pernah melihat Sophia keluar. Sophia hanya menghabiskan waktu di taman timur. "Apa kamu membenci luar? Padahal di luar kamu bisa melihat banyak hal."

"Aku ingin keluar, tapi, kita harus mendapakan izin Ayah dulu."

"Kalau begitu sekarang segeralah mandi, setelah ini kita meminta izin." Lyle turun dari ranjang, beralih memanggil para pelayan yang ditugaskan untuk memandikan Sophia.

Sesaat semua usai, Lyle dan Sophia berjalan berdampingan menuju ruang makan, sekaligus akan meminta izin.

"Kenapa kamu mengajakku keluar?" Selama berkunjung, Lyle tidak pernah menawari pergi keluar. "Apa karena ini hari ulang tahunmu? Kamu tidak mengadakan pesta lagi?"

"Semua orang akan berkumpul, lalu mengucapkan selamat padaku, begitu? Menghabiskan waktu denganmu itu lebih baik daripada pesta," jawabnya.

Mendorong pintu ruang makan, Marquess Florentine sudah duduk manis menunggu mereka. Sophia menuntun Lyle duduk di dekatnya. Makanan sudah tersaji di hadapan, namun Sophia tidak lekas menyentuh seperti yang dilakukan Erland dan Lyle.

"Ayah, hari ini kami ingin pergi keluar," kata Sophia.

Bunyi dentingan garpu yang beradu kasar dengan piring, membuat Lyle berhenti dari mengiris daging. Tidak biasanya Marquess akan menyebabkan bunyi seperti tadi.

"Ayah tidak mengizinkanmu," sahut Marquess dengan tegas dan cekatan.

"Kenapa?" Lyle angkat bicara. "Kita hanya akan berlibur ke alun-alun."

"Alun-alun?" Marquess menggeleng semakin tidak setuju. "Semalam saja kamu baru keluar, Sophia. Sekarang kamu akan keluar lagi? Terlebih kamu akan pergi ke ibukota? Apa pernah Ayah mengizinkanmu sering keluar?"

Gadis itu tidak bisa menjawab. Bibirnya tertutup rapat.

"Apa Florentine sedang meragukan penjagaan D'Lupus?" sindir Lyle. Dalam lindungan Duke Muda D'Lupus, sudah sepantasnya Marquess tidak perlu meragukan apa pun lagi. Dia pandai berpedang, dan orang-orang takut padanya, tidak akan mungkin ia membiarkan Sophia diusik.

"Bukan." Marquess berhenti berbicara, menatap rumit pada Sophia. Gadis itu hanya diam melihat makanan di atas meja. "Untuk apa keluar? Apa tamannya kurang luas? Apa perlu menambah kebun lagi? Apa kamarmu terlalu sempit? Ayah akan memperluas itu," lanjutnya.

"Tuan Marquess, yang mengajak Sophia itu, saya! Saya yang bertanggung jawab," serunya. Ia tidak nyaman mendengar Sophia diberi pertanyaan begitu, seolah Sophia sudah membuat ayahnya kecewa. Padahal yang mengajak keluar Lyle sendiri. "Dia istri saya, dan dia sudah menjadi hak saya!"

The Cursed Duke's MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang