39. Wisteria Castle

325 56 0
                                    

Manik merah itu tidak lagi menampung genangan air. Air-air di sana sudah tidak tahan untuk segera luruh ke pipi. Nada suara yang terdengar bergetar, terus memanggil-manggil nama seseorang.

Tak peduli malam yang semakin menggelap, tak peduli sudah seberapa lama dia memanggil nama orang itu, ia masih belum menemukan petunjuk. Suara isakan mulai terdengar di hutan seakan menyampaikan rasa keputusasaan, dia meluruhkan tubuh duduk di bawah pohon rindang. Menutup wajahnya dan terus menangis.

Rasa dinginnya malam musim gugur tidak dirasakan lagi, dia mengabaikan semua yang tidak ada urusannya dengan pencarian. Tidak pantas seorang lelaki menangis tersedu-sedu seperti itu, selain karna hilangnya sesuatu yang amat dia sayangi.

Apakah langit akan runtuh? Rasanya langit akan segera ambruk dan mengakhiri kehidupannya. Tanah seperti berlubang dan akan segera menenggelamkannya ke dasar. Dia tidak memperdulikan suara lolongan anjing atau suara binatang buas di malam hari. Hanya satu yang dia pikirkan, tiadanya Asteria.

Setelah tangisnya mulai mereda, sang kakak itu perlahan berdiri. Ia memanggil adiknya untuk pulang dengan suara yang serak dan bergetar, "Asteria ..., ayo pulang!"

"Kau di mana, Asteria?"

"Asteria, Kakak janji, jika kau pulang, Kakak tidak akan mencuri kue susmu lagi."

Ia sudah menelusuri lembah rendah yang keberadaannya paling dekat dengan kastil Wisteria, hingga akhirnya masuk ke hutan rimba. Adiknya saat ia tinggalkan masih baik-baik saja dan bercakap dengan beberapa Lady, namun kini suasana itu seperti berubah menjadi mimpi.

Asteria pasti sekarang kedinginan.

Ke mana larinya sang adik? Ke mana lagi tungkainya harus melangkah? Ia sudah berlari sekencangnya saat Lyle menitahkan, namun, masih saja dia terlambat dan hanya menemukan bekas makanan di karpet yang digelar sewaktu pagi.

Semengerikan itulah malamnya berlalu, hingga fajar menyingsing, Achille masih belum menemukan Asteria. Ia sekarang merasa menjadi kakak paling menyedihkan di dunia. Jangankan hilang seperti ini, ketika Asteria berada di pangkuan sepupunya saja dia sudah merasa sedih.

Jika dia ingat, nampaknya hal itu jauh lebih baik daripada sekarang.

Ia terus tinggal di hutan. Tanpa tahu kabar kalau semua orang sedang membicarakan Duke terkutuk yang telah membasmi mayat hidup itu, hingga hanya memakan satu korban. Mereka berpikir bahwa sang terkutuk berguna untuk keadaan seperti itu.

Mereka tak teringat sama sekali akan tiadanya Putri Asteria dan Achille.

***

2 hari kemudian - Bibir Lembah Rendah, Hutan Rimba.

"Uuh ...."

Suara rintihan kecil di hutan dekat lembah rendah terdengar oleh seorang pria berjubah. Pria berjubah itu mematung tatkala melihat anak kecil di pagi hari yang terlihat lemas, tertelungkup ditimpa dahan pohon.

"Di ... ngin."

"Sa ... kit."

Ia mencepatkan langkah kakinya, dan merunduk untuk mengangkat dahan pohon itu.

Mata sembab gadis kecil menatapnya seperti sedang mangatakan kalimat terima kasih.

Pria berjubah secara hati-hati mengangkat tubuh anak tersebut tanpa mengatakan apa pun. Mata kebiruannya menatap lurus ke depan, menerobos pandangan yang jauh di sana.

Dapat ia lihat di kejauhan sana seorang lelaki yang seperti tengah terjebak dalam kesulitan. Paman segera berjalan dengan menggendong gadis kecil itu.

Ia tidak tahu siapa gadis tersebut, yang pasti lelaki di kejauhan sana memiliki rambut yang sama dengan gadis tersebut. Langkahnya semakin cepat, membiarkan sepatu botnya menginjak-injak ranting.

The Cursed Duke's MoonWhere stories live. Discover now