10. happy birthday

1.3K 191 5
                                    

Marquess yang menyadari dirinya telah lancang berdiri, akhirnya duduk kembali dengan wajah merah padam seakan menahan amarah.

Lelaki itu terkekeh sejenak, menebak dengan pasti pikiran aneh dua orang di seberang meja sana. Yang benar saja! Dia akan benar-benar mengajak gadis kecil di sampingnya? Mengerikan. Benar-benar ngeri sampai ia tidak ingin membayangkan. Lebih baik ia mengajari sang istri bodohnya dengan memperlihatkan bagaimana kecambah tumbuh, boneka dibentuk atau adonan roti seperti yang ia lihat saat kecil sekali. Semua butuh proses, tidak sesederhana pikiran istrinya.

Menangkap raut panik dan amarah di wajah Erland, Lyle justru terpancing suasana dan memutuskan untuk semakin mengobarkan amarah. "Sophia, kita tidak diizinkan memiliki anak, ya? Lihatlah! Ayahmu nampak marah."

Mendengar penganduan Lyle terhadap Sophia, Erland memaki dalam hati. Sungguh, ia akan mengobarkan semangat tarungnya sekarang juga. "Tolak beliau! Kamu masih kecil, Sophia!" tuntutnya.

"Duke, saya akan membuat kalian pisah kamar!" ancam pria itu dengan wajah garang. Sedangkan Lyle hanya menarik bibir mempermainkan, selain Alphonsus, nyatanya mendapati ekspresi yang sama di wajah mertua pun menyenangkan bagi Lyle.

"Ayah, jika aku tidak mempunyai anak, keturunan 'kami' akan habis," keluh gadis itu, disusul respon berlebihan dari Erland dan Kaylilo.

Diam-diam, Lyle memperhatikan gerak-gerik mereka yang seperti kebingungan, ketakutan, cemas, kekhawatiran bercampur aduk, dan bola mata bergerak-gerak seperti sedang memikirkan sesuatu. Setakut itu kah? Perkataan Sophia ternyata berefek kuat bagi mereka.

Pria berambut perak yang dipinta pendapat lirikan Erland pun memberi isyarat. Kemudian Erland berkata, "Tidak semudah itu, kamu harus mengandung lalu melahirkan."

"Aku tahu itu, tapi, Ayah, bukankah jika sudah menikah akan memiliki anak?" Gadis itu bersikeras akan pendapatnya sampai-sampai membuat Lyle memijit pelipis seakan tengah sakit kepala.

Tidak, Sophia, tidak! Ingin rasanya Lyle menjawab seperti itu. Namun hawa yang keluar dari seluruh tubuh Paman menekan batinnya. Pembawaannya menenangkan, namun, dingin.

Sophia beralih menoleh padanya. Hal itu membuat ia berpikir, Sophia akan bertanya lagi? Kemudian ia memalingkan wajah ke sisi lain. Sepertinya akan memusingkan bila gadis itu bertanya anak lagi.

"Kalau begitu untuk apa aku menolak tidur bersama?"

Mata lelaki itu terbelalak, paham akan maksud istrinya. Sang istri seolah selama ini bersiap menanggung konsekuensi akibat tidur bersama. Sayangnya, dalam otak istrinya, itu hanya tidur bersama lalu mengandung.

"Imbangilah cara berpikirmu." Singkat dan sederhana, namun, mendengar perkataan Paman, Sophia menjadi patuh seperti seorang murid mendengar gurunya. "Di mana letak tahu itu? Sudah jelas belum tahu. Lihatlah, Duke Muda, dia sampai tersedak."

Erland tekekeh.

"Kamu harus bersabar. Kelak kamu akan tahu setiap apa yang dipertanyakan dalam otak sekarang," tutur Paman lagi.

"Tunggulah sampai setidaknya bisa membedakan mana pahit, mana manis." Setiap kata yang keluar, seperti mutiara yang bertebaran. Hingga dengan sendirinya, Lyle tenggelam dalam kalimat Paman.

Sekelebat, ia teringat apa yang dikatakan Marquess dulu. "Saya akan mengizinkan Sophia ke manor D'Lupus saat usianya sudah 17 tahun. Sekarang dia masih terlalu kecil, dia masih terlalu bodoh dan mudah ditipu. Mohon pengertian Anda, Yang Mulia!"

The Cursed Duke's MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang