46. winter fairy in fire

339 50 1
                                    

Sendirian seperti ini, dia hanya duduk di ayunan sembari memangku Lily. Di dekat ayunan tersebut diletakan sebuah meja bulat yang tertata makanan penutup dan teh.

Cake dari nampan tiga susun di sana sudah raib separuh, serta cangkir teh yang tersisa sedikit. Maknanya Sophia cukup lama di taman.

Dia tidak mau mengganggu Lyle yang masih berlatih pedang di tempat pelatihan. Lagipun di sana pastinya bukan hanya suaminya yang berlatih.

Yang mengetahui rupa Sophia di rumah manor Florentine hanya penghuni gedung utama saja serta beberapa pengawal yang dipilih. Tinggal di tempat tersebut bukan bearti dipastikan bisa melihatnya.

Dia lebih sering sendiri meskipun Julia akan senang hati menemani. Sophia kerap meminta Julia untuk meninggalkannya sendirian.

Sekumpulan asap hitam menggulung di hadapannya, hawa yang begitu panas dapat ia raba. Tungkai itu memijak tanah lebih kuat agar bisa menumpu diri untuk berdiri. Kucing putih di tangannya turun dan lari kencang seperti di kejar predator.

Lily takut, asap hitam yang sama persis seperti saat dulu yang keluar dari tubuh Duke Muda membunuhnya lagi. Ia ingat, binatang tersebut ingat dirinya pernah menjalani kehidupan sebelumnya.

Duke Muda yang baru kembali dari perang, yang baru pertama kali bertemu dengannya, membunuhnya dengan pedang yang sentiasa ia bawa sampai sekarang. Maka dengan ketakutan, ia menghidar jauh dari kabut kelam tersebut.

"Oh, tidak!"

Semakin lama asap itu semakin menebal, Sophia ingin berlari tapi dia harus mengahadapi. Bila saja dirinya tidak menghadapi, penghuni di kediaman Florentine bisa saja mati seperti penghuni gunung utara karna sesak yang diberi asap tersebut.

Ia sensitif dalam hal ini.

"SOPHIA!"

Gerakan cepat kaki yang ditutupi celana putih itu berlari mendekati Sophia. Paman Kaylilo datang memanggilnya dengan ketakutan yang tertutup mata beku sedingin es itu.

Pakaian putih yang dikenakan Sophia seolah melebur menjadi cahaya, ia bertahan agar asap itu sirna dari kediamannya. "Apa yang sudah terjadi? Mengapa ini bisa timbul?"

Sophia dapat melihat tangan Paman terhulur hendak meraihnya, telapak tangan itu nampak diselimuti es. Namun naas, Sophia yang menciptakan es juga di telapak tangannya justru lebih dahulu terserap ke dalam asap tersebut.

"Selene!" Ia berseru memanggil dewi bulan tersebut, melihat tubuh yang sudah raib di hadapannya.

Napas memburu di dada Kaylilo, ia tidak bisa merasakan rasa dendam karna kemurnian jiwanya, ia tidak bisa berlaku bengis untuk menang. Dirinya melawan hanya menjalankan tugas sebagai pelindung.

Kaylilo, berusaha ingin menyatu dengan asap tersebut agar membawanya menemui Sophia. Ia harus membebaskan gadis lugu tersebut dari dalam tartarus.

"Jangan pergi sebelum membawaku!" Sekuat apa pun dirinya mencoba menerobos dan berteriak, asap itu memilih menipis. Hanya mengakibatkan para pelayan berkumpul karna mendengar suara teriakan.

Sedangkan gadis yang sudah berada dalam gumpalan asap tersebut bergerak kasar seperti sedang melawan tubuh seseorang. Ia mendorong sikunya yang ditekuk, seperti sedang mendorong dada seseorang di belakang, tetapi itu hanyalah asap yang hanya akan membuat perlawanannya sia-sia.

Entah rasa kasar dari mana datangnya, Sophia berbeda dengan Kaylilo, gadis tersebut tersulut emosi dan berubah seperti gadis pemberontak.

"Kau memanggilku?" Ia menatap tajam ke sekelilingnya mengabaikan rasa sesak di dada.

The Cursed Duke's MoonWhere stories live. Discover now