09. whittaker

1.3K 211 10
                                    

Bersama kuda hitamnya, dia memasuki gerbang manor. Biasanya ia akan berangkat pagi buta, dan datang saat senja, namun kini ia berangkat dari Lupus saat matahari sudah setinggi tombak. Tentunya, Lyle memilih jalan hutan lagi.

"Lyle?"

Pemilik nama menoleh ke arah pemanggil. Beberapa jarak dari tempat kudanya berhenti, Sophia telah berpakaian rapih dan hendak memasuki kereta kuda.

"Ayah?" Gadis itu mengadah pada ayahnya. Setelah diberi respon anggukkan, ia menghampiri suaminya.

Cukup lama Erland tidak melihat menantunya. Duke Muda D'Lupus yang dirumorkan keji sedari kecil, kaku seperti kayu, dan seakan tidak memiliki sifat peduli itu, terlihat manis pada putrinya. Ia tidak tahu, mengapa rumor yang sudah terbukti, berbeda dengan kenyatan yang ia lihat menggunakan mata kepala sendiri.

"Ke mana kalian akan pergi?" tanya Lyle dari atas kuda.

"Kami akan ke rumah Paman, melihat bayi," jawab gadis tersebut, membuat lelaki itu mengerut.

Paham akan posisi kebetulan, seakan kunjungan tidak tepat, Erland menghampiri. "Ikutlah dan temani putri saya, Yang Mulia," ajak Erland, dan dengan segera Lyle menyetujui.

"Ayah, aku ingin naik kuda!"

Spontan, mereka terperangah mendengar seruan Sophia yang penuh permintaan. "Tidak boleh!" sergah mereka serempak.

"Tidak, tidak. Kamu tidak pernah naik kuda!" Erland sekali lagi mencegah. Begitu pula setahu Lyle, di masa sebelumnya pun Sophia tidak pernah keluar, jadi tidak mungkin terbiasa naik kuda. Melihat gaun yang dikenakan, itu cukup rumit dan tidak sederhana untuk menunggang kuda. Singkatnya sangat tidak cocok.

"Lihat gaunmu, itu akan tersingkap jika dipakai berkuda," kata Lyle yang khawatir, namun ia bungkam sejenak begitu membaca sorot Sophia yang tersirat keinginan. Samar, namun seakan sebuah permohonan yang mendalam. "Tapi, jika tidak keberatan, biarkan aku menjagamu agar tidak terjatuh," sambungnya dengan ragu.

Mendapat perkataan begitu dari sang suami, Sophia merasa memiliki celah hingga kelopak matanya melebar dipenuh persetujuan, ia meraih lengan Erland dan membujuk. "Ayah, aku ingin naik kuda."

Erland menghela pelan. "Julia, ambilkan jubah," perintahnya pada wanita yang berdiri dekat kereta kuda. Sementara itu, Lyle turun guna menyapa. Meskipun tiga tahun berlalu, kecanggungan masih terjalin di antara mereka. Masih kaku dan formal.

Sesaat setelahnya, pelayan wanita bernama Julia menghampiri dengan membawa lipatan kain putih dari satin dan memakaikan pada Sophia. Menutupi seluruh rambut Sophia dengan tudung jubah, wanita itu menalikan tali jubah membentuk pita kecil.

'Yang kutahu, dia tidak pernah keluar, dan sekarang ... aku melihat dia akan keluar namun dipakaian jubah penutup.' Meski tidak tahu sebabnya, Lyle tidak berniat menanyakan. Ia sadar, Sophia bukan sebatas dikurung hingga tidak diketahui orang luar, nyatanya, wujudnya pun ditutupi dari masyarakat luar.

"Kemarilah," pintanya seraya merentangkan kedua tangan ke depan dan disambut uluran Sophia. Ia mengangkat istrinya ke atas kuda dan menyusul duduk di belakang.

Gadis itu menatap lurus ke depan dengan bibir tertarik, sehingga dapat dilihat Erland secara jelas bahwa putrinya merasa senang. "Berangkatlah," titah Erland sebelum membalikkan badan dan masuk kereta kuda.

Menghentakkan tali kekang, Lyle tidak membiarkan kuda hitamnya berlari kencang seperti biasa. Kali ini membawa Sophia, ia perlu hati-hati agar istrinya tidak terlonjak. Mendapati jubah putih melekat menutupi, ia bergumam, "Rasanya seperti sedang menculikmu."

"Hm?"

Kelopak mata Lyle berkedut melihat istrinya mendongak ke belakang seakan meminta pengulangan kata, tentunya hal tersebut membuat ia terkecoh. Jantungnya terasa jatuh untuk kesekian kali pada sang istri. "Jangan seperti ini, lihatlah ke depan!" perintah Lyle. Wajah Sophia sungguh mengganggu kefokusannya.

The Cursed Duke's MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang