32. Sophia & cookies

509 74 4
                                    

Setelah mendapat lontaran tanya, Sophia segera berdiri, berlari kecil dan sontak menerjang suaminya seperti angin.

'Gila! Jantungku bisa lepas.' Lyle membatin merasakan dadanya berdebar dua kali lipat.

"Kenapa lama sekali tidurmu?" Gadis itu terdengar kesal.

Menarik lengan Sophia dari lehernya, Lyle mengulang pertanyaan, "Kamu dari mana saja, Sophia?"

"Apa Lyle menungguku?"

Ia menunggu hingga berganti pakaian, namun Sophia tidak juga datang. Ketika sampai ke kamar, tenaganya sudah terkuras dan tak cukup untuk digerakan sekedar ke taman saja, Lyle hanya bisa menggerakan tubuh dalam batas. Kepalanya terasa sangat pening dan tubuhnya merebah begitu saja tanpa diminta.

Menatap teduh istrinya seraya mememainkan pipi kemerahan itu secara pelan, ia membalas, "Aku menuggumu hingga tertidur karna lelah."

Tentu itu adalah hal wajar. Bayangkan saja dirinya kemarin malam datang menemui istri, dan pagi-pagi pergi, lalu mendatangi istana. Belum lagi harus pulang ke manor Lupus dan balik lagi menemui Sophia.

"Apa Lyle butuh sesuatu? Lyle mau apel tidak untuk mengisi energi? Setelah itu, aku akan meminta makanan yang baru dan hangat untukmu." Tentu saja para pekerja dapur harus memasak terlebih dahulu. Sedangkan, sekarang sudah saatnya mereka tidur.

Tanpa sengaja, gadis itu terus saja mengalihkan pertanyaan Lyle. Ia lebih mementingkan keberadaan suaminya saat ini, ketimbang menjawab dari mana dirinya.

"Tidak perlu. Jangan jauh-jauh dariku. Di sini saja, agar aku bisa terus menyentuhmu." Ia masih merindukan sang istri, matanya sedari awal tak lepas dari wajah Sophia.

Sudah sering ia menatap lamat-lamat wajahnya ketika masih tidur, anehnya ia tidak pernah merasa bosan sekali pun. Yang ada semakin lama melihat, Lyle semakin menyayangi.

"Aku ingin berbaring di pangkuanmu, apakah boleh?" tanya Sophia yang terdengar menggemaskan di telinga Lyle.

"Tentu saja, Sophia. Tidurlah."

Memundurkan sedikit tubuhnya, ia menjatuhkan pelipis pada pangkuan Lyle. Tanpa diduga ia mendengar Lyle meringis. "Ada yang sakit?"

"Kulit kakiku terasa perih."

"Maaf," sesalnya. Ingat dirinya sudah menggigit kuat kaki Lyle, sampai-sampai ia sendiri merasa giginya ngilu. Sophia segera menggeser ke tengah dan akhirnya tidur di kedua telapak kaki Lyle.

"Untuk apa kamu meminta maaf, lagi pula, sakit itu tidak akan membunuhku." Menyibak rambut perak yang terseludup di leher Sophia ke belakang, ia menatap leher itu dan berpikir sejenak. "Kenapa belum hilang?"

"Apa?" Tatapan mata Sophia masih belum berpaling dari bulan. Melihat bulan dan berbaring di pangkuan suami ternyata sangat menyenangkan! Seolah dirinya akan segera tidur dan bermimpi indah.

"Bekas kemarin malam."

"Bekas apa?" Sudah diberi kunci jawaban, Sophia masih saja belum paham.

"Haa, entahlah .... Coba lakukan hal yang sama padaku, agar kamu tahu."

"Um?" Sophia semakin merasa heran.

Sontak ke dua sisi tubuhnya diangkat Lyle hingga ia berubah duduk di hadapan suaminya. "Jika aku yang memberi contoh padamu, mungkin saja itu akan bertambah."

"Apa yang kamu maksud, Lyle?"

Apa yang harus ia sampaikan? Lyle saja bingung. Apa harus mengatakan dengan frontal? "Cium leherku. Seperti yang aku lakukan padamu kemarin malam."

The Cursed Duke's MoonWhere stories live. Discover now