21. don't cry, baby

779 90 13
                                    


Dahulu sekali, di tengah malam dewi bulan turun ke alam manusia. Dia jatuh cinta pada pria yang tertidur pulas di bawah pinus. Setelah itu, tiap kali bulan purnama, sang dewi selalu turun untuk menjumpai kekasihnya. Penjaga Musim Dingin, begitulah manusia menjuluki pemuda yang menjaga Gunung Utara tersebut.

Mereka dikaruniai keturunan yang lebih unggul dari manusia. Hidup dikurung di gunung bersalju, tertutup, dan akhirnya dibinasakan ceritanya dari dunia.

"Karena mereka tidak ada!" sahut Lyle di dada Sophia. "Aku tahu kisahnya, itu hanya dongeng semasa aku kecil sebelum tidur, Sophia. Kamu berniat mendongengkanku seperti anak kecil juga?"

Ia menggeserkan kepala, menaruhnya ke atas bantal guna menatap wajah Sophia. Merasa tersentil lantaran sedari tadi disebut anak kecil.

"Sudah sejauh tadi aku membuka diri, apakah masih belum cukup?"

"Maksudmu?" Lyle mengernyit. Detik itu pula Sophia kehilangan raut apa pun di wajah, gadisnya terdiam.

Sophia seperti sudah letih.

Lyle berpikir, tubuh yang bersinar ... penyihir pun bisa melakukan.

Dia benar-benar menepis apa yang dipikirkan bahwa Sophia ....

"Rambut perak. Dari mana kamu mendapatkannya?"

"Ibu."

"Dari mana ibumu?"

"Kamu akan percaya?"

Lyle tersenyum sebentar. "Aku selalu percaya padamu."

"Gunung Utara."

Ini seolah-olah, putri dongeng yang menjadi nyata.

"Tidak mungkin." Akhirnya dia menyangkal. "Jangan menipuku, itu hanya dongeng! Gunung Utara tidak bisa disinggahi siapa pun."

"Karena bukan penghuni asli," sambung Sophia tenang. "Dan akhirnya, kamu pun tidak percaya, bukan?"

Lyle terkesiap. "A-ku, aku."

"Aku bisa membuktikannya lewat Kitab Elaine, apa kamu tahu? Pernah mendengarnya?"

Tahu dan pernah melihatnya, sangat indah. Lebih dari itu, dia memegang, membaca, dan menggunakan. Peristiwa semua ini terjadi berkat kitab tersebut. "Memang dari mana kitab dongeng itu berasal?"

"Dari tulisan dewi. Itu milik kami. Whittaker. Kata Ayah, kamu lebih mengenal Bangsa Murni."

Mata Lyle menegang. Bukti sudah dia temukan, bagaimana bisa menyangkal lagi? Bangsa itu, ia hanya tahu dari buku dongeng yang ibunya sampaikan saat kecil.

Nyatanya, kitab tersebut berasal dari dewi, milik bangsa murni.

Bangsa itu benar-benar ada. Tak tahu bagaimana ciri spesifiknya.

Dia memperhatikan istrinya.

Mata beku, kulit putihnya berbeda dengan yang lain, rambutnya putih bersih, bulu mata dan alisnya putih.

Lyle menyentuh pipi gadis tersebut. "Halus, dan sejuk. Seperti sedang memegang air. Tidak pernah berkeringat. Dan yang utama, seperti peri musim dingin."

"Bangsa murni itu ... sejenis peri?" tanya Lyle.

Perempuan itu tertawa tanpa suara sekilas, namun sukses membuat Lyle terpana. Untuk pertama kalinya melihat istrinya tertawa. Dia benar-benar ingin menciumnya sekarang, dadanya berdebar tidak tahan.

Dia terjatuh lagi.

'Sial.'

'Pipi itu sangat menggemaskan.'

The Cursed Duke's MoonWhere stories live. Discover now