29. autumn

622 85 11
                                    

Tangan putih milik seorang pemuda membuka gerbang besi bewarna hitam. Gerbang dengan luas satu meter itu dirambati mawar merah muda. Sehingga durinya bisa kapan saja melukai Achille.

'Come on ... Alba!' Memanggil kuda putih sembari menarik tali kekangnya. Setelah berada di luar, Achille menutup gerbang terbengkalai itu dengan hati-hati agar tidak mengusik mawar. Lalu menguncinya.

Ya, gerbang terbengkalai, tapi masih terlihat cantik dan kuat. Gerbang itu sudah lama tidak di pakai dan ditinggalkan. Dijadikan jalan untuk Achille kabur.

Kepakan merpati lebih cepat untuk menyampaikan surat. Mungkin surat balasan hampir sampai pada Sophia, atau bisa jadi sudah sampai?

Meraih tudung jubah yang masih menggantung di leher, dan memakainya. Kemudian menaiki kuda, melaju dengan kecepatan sedang. Hari ini, Putra Mahkota kabur lagi dari istana.

Samping istana merupakan sebuah hutan yang dirawat. Dedaunan telah menguning dan berguguran, suhu udara pun sekarang mulai dingin.

Jauh lebih dalam ke tengah hutan adalah area berburu. Dari segala macam acara kerajaan, Achille paling menyukai berburu. Tersenyum penuh arti, Achille menyadari bahwa sekarang musim gugur. "Kontes berburu akan segera dimulai."

Beberapa menit menunggang kuda, tempat penduduk sudah mulai terlihat. Achille segera belok kanan mendatangi bangunan batako. Tepat di depan rumah itu seorang pria tua sudah menunggu -sebelumnya Achille telah mengirim pesan.

Achille berseru, "Kediaman Marquess Florentine! Seperti sebelumnya, tunggulah di bawah pohon oak."

Sebelum perintahnya disahut, Achille segera melanjutkan perjalanan lagi.

Sophia memberitahu bahwa ayahnya pergi hari ini, dan ingin pergi sebentar dari kediaman. Achille tidak menduga bahwa Sophia akan mengirim surat permintaan seperti itu.

Padahal dulu mesti Achille yang mengajak Sophia keluar. Karna dirinya sangat tidak tega melihat Sophia yang tampak kebosanan.

'Lain kali akan kucoba untuk mengajak Correy lagi.'

Sebelum menjadikan Duke muda sebagai tameng pelindung Sophia, bukan kah lebih baik mengenalkan mereka lebih dahulu? Musuh terlalu kuat. Tidak mungkin dirinya mampu menjaga Sophia seorang diri.

'Mungkin juga lambat laun dia akan terang-terangan mencari keberadaan Sophia. Apa aku sembunyikan saja Sophia ke dalam hutan?' Hati Achille sekarang risau.

Terlebih setelah mengetahui adik kecilnya hendak diracun. Beban fikiran semakin runyam. Dia harus memperketat penjagaan Asteria. Achille tidak menyangka bahwa sang adik akan menolak minuman itu.

Teruntuk Sophia, sebagai bentuk kewaspadaan-andai kelak tak mampu menjaga Sophia sendirian, Putra Mahkota berfikir Pangeran Correy-lah yang paling bisa diandalkan.

Bahkan orang itu sudah turun ke medan perang saat usia 12 tahun, bukan? Apalagi sekarang dia sudah mempelajari sihir.

Bukan bearti Achille tidak percaya pada orang yang menjadi suami Sophia. Hanya saja setelah difikirkan oleh otak bijak dan cerdasnya itu, sekarang pun suami Sophia jarang berkunjung. Seakan melalaikan penjagaan pada istrinya sendiri.

"Sebenarnya Tuan muda mana yang telah menikahi Sophia! Akan kupukul otaknya hingga dia sadar!" Dia menggerutu dengan gigi menyatu.

Menyebalkan bukan? Bisa-bisanya dia membiarkan gadis itu menahan rindu begitu lama. Apa begitu sibuknya kah? Apa susahnya membalas surat temannya itu?

Sampai-sampai ia harus menyaksikan Sophia yang tampak tak minat akan apa pun. Mata bekunya yang kosong itu, terlihat semakin kosong. Padahal Sophia yang dia kenal sedari kecil itu anak tanpa memiliki emosi.

The Cursed Duke's MoonWhere stories live. Discover now