07. under the moonlight

1.9K 220 14
                                    

Setiap musim semi, kebun apel di kediaman Florentine kerap kali berbunga sangat lebat. Kebun tersebut menyimpan kisah yang tidak pernah terungkap dan diketahui orang luar. Siapa pemiliknya, serta wanita mana yang telah menjadi pasangan sang Marquess.

Sampai-sampai sebagian dari bangsawan meragukan desas-desus tentang Marquess yang telah memiliki anak. Terutama garis wajahnya yang masih segar layaknya pria muda.

Namun siapa sangka, hati pria itu telah terpaut pada perempuan yang menolongnya 20 tahun lalu di hutan kala tersesat saat berburu. Gaun yang begitu kusam dan lusuh, kulit putih yang kotor oleh tanah. Serta rambut peraknya yang begitu mencuri perhatian, belum pernah Erland melihat rambut perak sebersih itu dan wanita seanggun itu. Kecantikan yang tidak mungkin ditemukan di negri mana pun.

Terlebih ketika melihat bola matanya, perempuan itu layaknya dewi salju yang terpental ke tengah hutan yang fana.

Hidupnya semakin bawarna tatkala lahir seorang anak cantik yang sangat mirip dengan wanita berambut perak itu. Hanya saja matanya tak sedingin Aella, ibu Sophia.

Sesuatu yang mengherankan terjadi selepas Aella dipulangkan ke tempat asalnya. Marquess terus-menerus mendapat surat lamaran untuk putrinya dari Grand Duke D'Lupus.

Sedangkan itu, diam-diam di balik tembok, Sophia pernah mendengar perbincangan antar ayahnya bersama pria yang disebut-sebut sebagai pria paling disegani, dihormati, dan berpengaruh di negrinya.

"Meskipun tanpa persetujuan atau sepengetahuan kau, jika usia Lady Florentine telah mencapai 17 tahun, aku akan tetap mengambilnya untuk dijadikan menantu."

Dibanding dengan melamar, pria mulia yang selalu ditolak lamarannya itu lebih menyerupai sebuah ancaman. Ia tidak pernah keluar menampakan diri, namun anehnya, mengapa Grand Duke bisa tahu keberadaannya? Dia baru saja pernah keluar dua kali bersama ibunya saat kecil, dan itu memakai jubah.

Entah apa yang sudah merasuk. Ayahnya yang selalu menolak lamaran, suatu hari menerima dengan mengajukan syarat. Syarat yang dikatakan banyak, namun semua berpusat untuk mengurung Sophia.

Meski dengan raut cemas yang berusaha disembunyikan di wajahnya, Sophia dapat melihat kekhawatiran sang ayah ketika dirinya hendak berangkat ke duchy.

Ayah berpesan, "Jika ada yang menyakitimu, kamu harus beritahu Ayah. Meskipun kamu di sana baik-baik saja, kamu harus beritahu Ayah."

Namun Erland lupa, dirinya belum pernah mengajari putri kecilnya cara mengirim surat. Sehingga terbitlah tekad untuk mengambil kembali putrinya dari kediaman kaku itu. Hal utama yang menjadi pedukung tekadnya adalah perginya Grand Duke untuk berperang, lalu putrinya tidak memberi kabar.

Tidak mungkin Duke Muda itu akan peduli pada Sophia. Terlebih pernikahan itu dilakukan secara terpaksa atas keputusan Grand Duke seorang. Begitulah dugaan yang ada dalam benak Erland.

Sekarang Sophia terjebak lagi di kediaman Florentine. Ternyata suaminya tidak mau menentang pria berambut merah yang sangat disayanginya. Pemuda itu datang dengan lelah, lalu kembali ke duchy dengan tangan kosong.

Tiga tahun telah berlalu setelah kejadian itu, bahkan kabarnya sebulan yang lalu Grand Duke sudah kembali bersama kemenangan. Kini rambut gadis itu semakin memanjang. Matanya menatap sunyi ke arah kebun apel di luar jendela kamar.

Suara bedebum seperti buah besar jatuh, terdengar dari kebun apel. Lamunannya segera buyar, digantikan dengan kaki yang mulai melangkah. Turun dari tangga, melewati koridor, dan keluar menuju kebun apel. 'Dia melompat dari pagar lagi!'

Seorang pemuda berjubah hitam melipir ke tengah kebun. Penampilan lelaki itu sungguh misterius, namun, tidak mencurigakan. Menyentuh ujung tudung jubah untuk membuka, lelaki itu berujar, "Akhirnya kamu datang juga!"

The Cursed Duke's MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang