27. kiss 'cuz miss

719 81 16
                                    

Tanpa pandang kondisi saat ini dan keterkejutan Sophia, Lyle memeluk tubuh itu dengan cepat. Jantungnya bertalu-talu pilu, Lyle sangat rindu gadis yang ada dalam dekapannya itu.

Dengan dorongan refleks, ia menciumi wajah sang istri tanpa ada kalimat yang terucap dari bibir masing-masing. Hanya kerinduan tak berbentuk yang selama ini ditahan. Rasa apel masih tersisa di dalam mulut Sophia, sangat manis, suhu di dalam sana terasa dingin. Lyle seperti tengah melumat es krim lembut rasa apel.

Itu saja tidak cukup untuk melampiaskan rasa rindu terhadap istri kecilnya! Lyle ingin memeluk tubuh itu dengan waktu yang sangat lama. Dia melepaskan bibirnya dari bibir Sophia, mengecup kelopak mata istrinya lama.

"Kenapa Lyle menangis?" Air mata suaminya membasahi dahi, terasa hangat. Bahkan Sophia dapat mendengar sedikit isakan. Namun Lyle tidak menjawab, justru dia kembali menghisap lembut bibir Sophia.

Sophia hanya mengusap rambut hitam yang dirindukannya itu, mengadahkan kepala saat Lyle mencium lehernya. Jantungnya seakan hendak lepas, pipinya panas.

Setelahnya, lelaki itu menyatukan dahinya dengan dahi Sophia, melihat wajah indah yang diterangi cahaya bulan. "Sayang, suratmu selalu sampai padaku."

"Padahal hanya beberapa bulan berlalu, tapi Sophiaku sudah tumbuh dengan cepat."

"Suratku sampai? Laut tidak berbohong, kan?"

"Iya. Laut tidak berbohong."

Waktu memang sudah sangat larut, ditambah dengan adanya hal tadi membuat waktu menyentuh lewat malam. Sophia menuntun Lyle menuju peraduan. Tidak peduli dengan pasir yang mengotori lantai kamar dan tempat tidurnya, sekarang mereka terlanjur mabuk rindu.

"Jangan bebaring di sampingku." Lyle melarang. Saat ini bukan waktu ingin dipeluk, tapi dirinya sendirilah yang ingin memeluk Sophia. Lyle berbaring, mengangkat tubuh Sophia sedikit melayang dan menidurkan gadis itu di atas tubuhnya. Lantas menaruh telapak tangannya pada tubuh Sophia, berucap, "Tidurlah seperti ini."

Gadis itu mencium sekilas leher Lyle tanpa mengerti apa penyebabnya, hanya perasaan yang dimiliki saat ini ingin terus menempel dengan suami. "Kenapa menangis? Lyle kan laki-laki."

"Apa laki-laki tidak boleh menangis?"

Sophia termenung. Yang ia tahu laki-laki itu sangat kuat dan jarang menangis, jadi Sophia sampai merasa aneh, apa yang sudah membuat makhluk kuat itu menangis? "Lyle sedih? Lyle sakit? Siapa yang buat suami Sophia menangis?"

"Kamu. Karna suamimu sangat merindukanmu."

Sebuah selimut melayang, menutupi punggung Sophia, tanda untuk segera beristirahat. Tengah malam yang mengejutkan, sampai Sophia merasa jika semua hanya mimpi yang akan hilang saat bangun. Detak jantung dia dan dirinya bersautan, suatu hal yang baru Sophia rasakan.

***

"... na."

"Nona."

Dia membuka mata, menemukan dirinya tertidur sendirian, hanya ada Julia yang tengah membangunkan. Ternyata benar dirinya merindukan Lyle, semalam saja ia sampai bermimpi Duke Muda tersebut datang, apalagi datang lewat balkon. Seakan datang hanya untuk langsung bertemu dengannya saja. Terhitung sudah dua kali ia melihat lelaki itu menangis, dan semua itu di dalam mimpi?

Ia melihat Julia yang menatap heran padanya, kemudian wanita itu mengajukan pertanyaan, "Apa Nona keluar malam?"

Sophia menggeleng bersama nyawa yang masih dikumpulkan. Sama sekali tidak keluar, dia hanya mengupas apel, memakannya dan menatap bulan dari balik jendela kaca.

The Cursed Duke's MoonDove le storie prendono vita. Scoprilo ora