55. let's talk

319 51 1
                                    

Sophia tidak bisa melakukan lebih untuk membatu, hanya sebatas membiarkan dirinya dibebani bobot tubuh Lyle, dan menampung darah yang dibatukkan Lyle pada pundaknya.

Sophia sekedar meletakan harapan pada Grand Duke yang saat ini mencampurkan cahaya hijau ke air bening. Sementara Marquess yang baru tahu reaksi kutukan seperti apa, menitahkan pelayan untuk membawa air hangat dan obat. Marquess tidak tahu, obat tidak akan berfungsi pada lelaki itu.

Cahaya hijau turun ke genangan bening, mereka mengaduk diri sendiri hingga air pun berubah warna menjadi hijau. Saat itu pula, asap putih yang cukup tebal bergenang seperti awan. Sebelum asap tersebut melayang keluar dari lingkaran gelas, Alphonsus mendekati Lyle dan menintahkan untuk minum.

Rasa pahit yang hangat menjalar ke dalam tenggorokan. Tumpuan tangannya di pundak Sophia terjatuh setelah menghabiskan satu gelas minuman yang selalu diberikan Grand Duke tersebut.

Dulu saat Sophia melakukan hal aneh padanya, ia bahkan tak perlu minum air pahit itu dan pulih hanya dengan tidur. Namun sekarang, perempuan tersebut hanya duduk di lantai guna menahan tubuhnya.

"Cepat bangun, jangan membebani tubuh kecil Sophia," titah Alphonsus sembari menaruh gelas. "Katakan padanya bahwa kau baik-baik saja."

Melirik pada Sophia, Lyle berkata, "Maukah kamu menina bobokanku lagi?"

Dia menunggu kesanggupan, namun Sophia hanya membisu. Sedangkan air hangat serta obat telah di sediakan di nakas.

"Dia tidak minum obat," ujar Alphonsus melihat apa yang ternyata diperintahkan Erland pada pelayan tadi.

"Lalu selama ini? Bukankah darahnya bisa habis jika terus seperti ini?"

"Itu bukan penyakit, tapi kutukan. Dengan obat hanya akan sia-sia. Pagi nanti, aku harus memberi teh dari salju gunung utara untuknya lagi." Merasa tugasnya mereda, Alphonsus keluar, sementara Erland meminta izin dahulu pada Sophia sebelum keluar.

Ia mengecup dahi Sophia dan berkata, "Selamat malam, segeralah tidur." Kemudian Erland menyusul Grand Duke keluar.

"Duke Muda pernah ikut berperang saat usia 12 tahun, bukankah dia akan sulit menanganinya?" sambung Erland di ambang pintu yang terdengar samar oleh Sophia.

"Aku membekali ramuan. Meskipun berefek yang membuat dia tidak akan tidur semalaman. Tapi Lyle ...." Semakin menjauh, obrolan mereka melenyap tak dapat dicuri dengar oleh Sophia lagi.

"Maaf, pakaianmu jadi kotor karnaku," sesal lelaki tersebut dengan suara hampir habis.

"Tenang saja, aku akan menggantinya. Tunggulah, akan kuambilkan pakaian baru untukmu." Sophia mendorong lengan kekar itu dan menuntunnya pindah ke tempat tidur. Kemudian ia pergi meninggalkan suami.

Begitu Sophia melenyap ke dalam pintu, ia bergumam, "... Diriku beruntung mengenalmu."

Lelaki itu mengembara dalam perenungan yang tak bertepi untuk sementara. Menurutnya, hujan berjatuhan seperti tengah berbicara banyak hal dengan tanah.

"Tapi, kamu tidak beruntung mengenalku."

"Aku ingin ceritakan semuanya dan memaksamu untuk menerima, sampai kamu mengerti. Aku yang telah membunuhmu," ungkap ia, seakan-akan Sophia ada di samping.

The Cursed Duke's MoonWhere stories live. Discover now