Blurb 8 : Bab 46

10 1 0
                                    

~The real glow up is when you stop worrying about what people think about you, and just keep growing, evolving, and getting better.~

"Dah tidur diorang?" Eshal mengalih topik. Langkahnya dipanjangkan kepada si kembar yang sedang lena. Dia melutut di lantai meyamakan paras perutnya dengan sofa. Tangan naik, mahu sentuh raut wajah Evan. Makin dekat, makin sejuk rasanya hujung jari. Tak percaya. Takut. Takut ini cuma mimpi. Hujung jari sudah rasa kulit mulus Evan. Eshan pejam mata, menikmati rasa panas kulit Evan bersatu dengan hujung jarinya. Dengan berhati-hati dia menggerakkan jari jemarinya, membelai wajah itu penuh dengan kelembutan dan kasih sayang yang menggebu.

"Evan... Eman..." Eshal menyeru. Hujung jarinya sedikit menggeletar. Matanya meliar, sekejap pandang mata Evan, sekejap pandang hidung Evan kemudian beralih pandang pipi Evan. Sungguh Evan depan mata. Ini betul-betul Evan. Eman juga begitu. Setiap anggota tubuh anaknya diperhatikan. Rambut perang dan kerinting Eman disentuh lalu diusap dengan jari jemarinya.

'Sudah besar anak-anak mummy!' Eshal senyum. Bibirnya melebar tapi ada rasa bergetar. Rasa makin menggeletar bibirnya sehingga tidak sedar ada air menitis ke pipi. Dia tidak percaya depan matanya kini ada anak-anaknya!

"Evan... Eman... anak mummy." Eshal berbisik. Tunduk ke pipi Eman. Dikucup dan disedut haruman yang ada di pipi Eman. Rindu. Dia rindu bau ini!

"Mummy... mummy rindu... mummy rindu anak-anak mummy...." Evan pula didekati. Kucup pipi pau Evan bertalu-talu. Sampai Evan mengeliat sedikit, mungkin sebab terasa tidurnya terganggu.

"Syhhh..." Eshal menepuk lengan Evan, mahu anaknya itu lena kembali. Eshal melentokkan kepalanya ke sofa beralaskan lengan sebelah kiri, tangan sebelah tangan menepuk tubuh Evan.

"You are my sunshine,

my only sunshine,

you make me happy when skies a grey..."

"You never know dear,

how much i love you,

please don't take,

my sunshine away..."

Eshal mendendangkan lagu yang selalu dia dendangkan suatu ketika dulu buat keduanya. Tempo lari, dia tak peduli. Sambil menyanyi, Eshal sedut hingus yang mula berkumpul di hidung. Air mata mengalir tidak dipedulikan.

Eshan dan wajdi juga bergenangan air mata melihat situasi itu. Perasaan jantan mereka juga kalah kalau melibatkan anak-anak kecil seusia Evan dan Eman.

'Evan, Eman... uncle janji, uncle akan pulangkan hak mummy kepada mummy semula. Uncle janji.' Janji Wajdi dalam hati.

Her Voice (E-book)Where stories live. Discover now