Bab 3 : HV

14 3 0
                                    

~What is to come is better than what is lost. Let this belief steer you in the direction you should be headed.~ Karen Salmansohn.

"Daddy!"

Bersama jeritan itu, Eshan rasa ada sepasang tangan kecil memeluk pahanya erat. Langkahnya terhenti, terngadah seketika. Mata turun pandang tangan kecil itu.

'Siapa ni?' Eshan tercenggang. Seketika kemudian, Eshan meleraikan pegangan yang begitu erat memeluknya seolah-olah tidak ingin dilepaskan. Perlahan-lahan Eshan berpusing tubuh, seorang budak lelaki lingkungan umur 4 tahun angkat muka, pandang Eshan dengan mata yang berkaca bening. Memek muka itu sedang menceritakan yang dia tengah tanggung sebuah kerinduan yang teramat sakit.Eshan kerut muka. Terus dia duduk, menompang lutut, menjadikan kedudukannya menyamai paras ketinggian anak kecil itu. Anak kecil itu tenung Eshan dan begitu juga dengan Eshan. Keduanya saling membalas tenungan.

"Daddy..." Anak itu menyebut lagi, perlahan dan bersarat dengan emosi. Tercebek-cebek bibir itu saat menguturkan kalimah itu. Kali ini memek mukanya turut berubah. Kedua tangan kecil itu diangkat lalu menyentuh tulang pipi Eshan. Eshan sedikit tersentak namun dibiarkan sahaja. Sebelah tangan kecil itu mula bergerak perlahan. Dari pipi, tangan kecil itu bergerak menyentuh pelupuk mata Eshan, hidung, bibir dan berakhir di dagu Eshan. Dapat dirasakan ada getaran kecil disebalik sentuhan itu.

"Daddy..." Sekali lagi dia menyebut perlahan dan sayu. Kali ini tubir mata itu pecah, menitis satu titisan air mata.

Ulas bibir Eshan merekah membentuk senyuman nipis.

"Daddy?" Eshan ulang semula apa yang disebut oleh anak kecil itu dengan penuh kelembutan. Dia tidak mahu mengores hati anak kecil itu. Walaupun ada banyak yang ingin Eshan bertanya tapi dia simpulkan untuk pendamkan saja. Mungkin wajahnya seiras dengan wajah daddy kepada anak itu, sebab itulah dia dipanggil daddy. Atau mungkin anak ini terlalu rindukan daddynya jadi sesiapa yang ada ciri-ciri seorang ayah, disebut saja 'daddy' olehnya, kan?

Anak itu mengangguk, mengiakan pertanyaan Eshan lalu dia memeluk Eshan erat. Tangisan kecil mula kedengaran. Eshan yang masih terpinga-pinga itu sedikit terkejut dengan tindakan berani anak kecil yang dia tidak tahu siapa itu memeluknya.

"Evan rindu daddy... jangan tinggal Evan lagi. Evan janji, Evan tak kan nakal-nakal lagi. Evan dan Eman rindu daddy sangat-sangat," ujarnya dalam tangisan yang sungguh menyayukan hati Eshan.

Entah kenapa, Eshan dapat merasakan ada sesuatu yang timbul dihatinya. Ada rasa pedih. Ada rasa sakit. Tangannya naik membalas pelukan itu. Mengusap lembut belakang anak itu dan cuba menenangkannya.

"Daddy nanti kita balik rumah kita ya? Bawa Evan dan Eman jumpa mummy. Evan dan Eman rindu mummy sangat..." rengek dia lagi dalam pelukan Eshan.

"Ya Allah, Evan!" jerit seseorang yang berada dibelakang Eshan, suara seorang perempuan. Dari suaranya jelas dia termengah-mengah seperti mengejar sesuatu. Agaknya dia terkejut melihat anak kecil yang dikenalinya memeluk orang asing.

"Evan, lepas!" Tangan kecil itu ditarik dan dileraikan dari berlingkar di leher Eshan. Budak kecil yang bernama Evan, mula menangis dengan kuat akibat dari tarikan itu. Umat manusia yang lalu lalang di Mall itu mula memandang ke arah mereka.

"Maafkan kami, Encik...," ujar wanita itu selepas Evan ditarik ke arahnya. Evan disembunyikan dibelakangnya.

Eshan bangun dari duduk. Meneutralkan balik perasaannya yang sedikit tercuit dengan perlakuan anak kecil itu sebentar tadi. Mata yang sedikit bergenang, dikerdipkan beberapa kali bagi menghilangkan rasa pedih. Bila rasa sudah selesa, lantas Eshan berpusing menghadap mereka yang sedang berdiri di belakangnya.

"Allahu Akhbar!" Tidak semena-mena itu yang terkeluar dari mulut wanita itu tatkala melihat Eshan. Membulat mata itu. Tangannya terus diterkup ke mulut, terkejut yang teramat sangat dengan pertemuan mereka. Seorang lelaki yang lengkap berpakaian kot hitam berdiri di sebelah wanita juga terkejut. Eshan tidak terkecuali, terkejut dengan reaksi yang ditunjukkan oleh mereka berdua. Sesaat itu juga Eshan jadi keliru.

Her Voice (E-book)Where stories live. Discover now