Blurb 2 : Bab 35

17 1 0
                                    

~Sometimes you can't be strong all the times. Sometimes you just need to be alone and let your tears out.~

"Lepaskan... lepaskan segala yang Sarah rasa. Han ada... jangan risau, Han ada." Dia usap belakang Eshal. Tak lama, Eshal menghemburkan tangisannya lagi. Eshan menanti Eshal lega terlebih dahulu sebelum dia soal siasat Eshal.

Puas menangis, Eshal rasa sedikit lega, rasa sedikit lapang dadanya. Dia jarakkan muka, sedut nafas panjang, bagi melegakan sedikit rongga hidung yang tersepit. Bila menjarakkan kedudukan begini, baru dia dapat lihat dengan jelas air mata dan air hidungnya yang melekat di kemeja Eshan. Habislah! Semerta merona mukanya, malu.

Eshan juga tunduk pandang ke situ, sekejap saja dia kembali pandang Eshal.

"It's okay, Sayang. Cuma air mata. Bukannya hingus, kan?" gurau Eshan.

Eshal menjegil matanya. Eshan ketawa. Eshan bawa Eshal duduk di bangku yang sedia ada disitu, port paling Eshan suka melepak masa zaman bujangnya dulu. Eshal hanya menurut, kakinya juga lenguh berdiri lama. Eshan dudukkan Eshal dan dia mengambil tempat di tepi Eshal. Tangan Eshal dicapai dan digenggam erat. Sama-sama bertatapan.

"Sarah, you know what... Sometimes you can't be strong all the times. Sometimes you just need to be alone and let your tears out. That's why, Han biarkan Sarah menangis dan menangis. Satu quotes yang Han pinjam dari seorang penulis hebat yang Han pegang... A strong person is the one who cries at the moment and then get up. Fight again!"

"Kita..." Eshan tekap kedua pipi Eshal.

"Han dan Sarah. Kita sama-sama perlu fight. Han suami Sarah. Dan Sarah isteri Han. Kita kena kuat untuk dapatkan apa yang dah dirampas dari kita. Our kids. Evan and Eman. Anak-anak kita. Sarah perlu kuat. Terima hakikat yang Sarah bukannya keseorangan seperti dulu. Sarah ada Han dan Han tak kan biarkan Sarah hadap semua ni sorang-sorang lagi." Sambung Eshan lagi.

Mata Eshal bergetar lagi.

"Tapi... Sarah takut... Sarah takut dia apa-apakan Sarah, Han, anak-anak kita lagi... Sarah tak kuat," bisik Eshal, matanya menekur lantai. Lari dari ditatap Eshan.

Eshan kemaskan lagi tekapannya, diangkat muka Eshal supaya tetap pandangnya. Dia perlu yakinkan Eshal. Dia tahu Eshal trauma tapi sampai bila mahu biarkan?

"No-no... Sarah jangan sesekali cakap macam tu. Kita sama-sama kena kuat. Sarah ingat apa Nuh bagitahu kita? Kalau kita mahu fight, kita kena bina kubu pertahanan kita dulu. We have to be strong. Fight as hard as you can until victory is finally on our side."

"Sarah tak sanggup. Sarah tak nak hilang orang yang Sarah sayang lagi. Cukuplah Sarah dah hilang ibu, ayah, walid dan Waeez. Sarah tak nak hilang orang lain lagi. Sarah sakit. Disini terlalu sakit bila tahu semua ini puncanya dari Sarah sendiri." Eshal tunjuk bahagian dada kirinya.

"No! Keep my words Sarah, Sarah tak kan alami benda tu lagi. Sarah ada Han."

"Tapi Han juga sakit sebab Sarah. Kalau bukan sebab Sarah, Han tak mungkin jadi macam ni."

"Ini semuanya sudah ditakdirkan, Sarah. Sarah, Han... kita semua perlu terima. Waazin tu cuma sebagai penyebab. Allah tidak akan membebankan hamba-Nya melainkan DIA tahu hamba-Nya mampu tanggung semua tu."

Eshal senyap sekejap, tapi tak lama selepas itu dia mendengus tidak puas hati.

"Bukan Han yang rasa sakit tu tapi Sarah dengan Waeez! Bukan Han yang kena seksa tu tapi Sarah dengan Waeez! Han tak tahu apa-apa! Han tak tahu apa yang Sarah dan Waeez rasa, Han tak tahu!" 

Her Voice (E-book)Where stories live. Discover now