77. Bertemu

2.2K 440 104
                                    

Double update!
.
.
.


Sebelum berangkat bekerja pagi ini, Jerry iseng berkutat di dapur membuat sarapan sendiri. Dia membuat roti panggang dengan dua telur mata sapi di atasnya, tak lupa kopi hitam yang selalu diminumnya. Lelaki itu menikmati ah ralat, memakan sarapannya tanpa menikmati di depan televisi sambil menyaksikan siaran berita. Jerry sudah tidak bisa menikmati sesuatu semenjak perpisahannya dan Kalya. Dia makan hanya karena kebutuhan, bahkan Jerry yang dulu sangat menikmati pekerjaannya sebagai dokter bedah, kini sudah kehilangan rasa kenikmatan itu. Dia hidup hanya untuk menebus kesalahannya dan untuk kedua putrinya, itu saja.

Suara pintu yang berderit, membuat Jerry menoleh. “Piye toh kok baru pulang?” Pertanyaan itu ditujukan pada Ansha yang baru saja masuk ke dalam. Alih-alih menjawab pertanyaan sang papa, Ansha justru terdiam sambil menatap Jerry yang membuat duda dua anak itu mengernyitkan dahi. “Kenapa Sayang? Ngerjain di luar job desc ya?” Jerry menaruh piring yang semula di pegangnya ke atas meja. Dia berjalan menghampiri Ansha. Tapi tiba-tiba saja, Ansha menghambur memeluknya, Jerry yang tak mengantisipasi, tubuhnya sampai mundur beberapa langkah karena pelukan mendadak tersebut. Suara isakan Ansha terdengar. Jerry menjadi lebih khawatir. “Dek, kenapa? Ada yang sakit? Ada yang omelin kamu? Kenapa? Papa khawatir.”

“Gak apa-apa.” Ansha menyahut sesenggukan.

“Gak apa-apa kenapa nangis?” Jerry mengurai paksa pelukannya. Dia menangkup wajah Ansha, menatap putrinya. “Bilang ke Papa, ada apa? Kamu dipecat?”

Ansha menggeleng.

“Terus kenapa Sayang? Pasti ada yang gak beres. Semalam kamu gak pulang, Papa telepon gak di angkat, terus sekarang pulang sambil nangis-nangis gini. Kenapa? Ada apa? Jujur.”

Ansha menyeka air matanya. Dia berubah tersenyum. “Gak apa-apa, maaf ya ngagetin Papa. Aku lagi moodyan aja, serius.”

“Bohong.”

“Bener Pa. Aku ke kamar ya, capek. Belum tidur dari semalam gara-gara lembur.” Ansha meninggalkan Jerry, tak membiarkan papanya membuka suara lagi. Sampai kamar, Ansha kembali menangis. Sungguh, dia sama sekali tak ingin menangis di depan Jerry seperti tadi, dia bahkan sudah janji pada diri sendiri di perjalanan menuju rumah sepulang dari rumah Kalya bahwa apapun yang terjadi, dia harus menerima. Tapi begitu melihat wajah Jerry, air mata Ansha tak bisa ditahan. Dulu, papanya memiliki Kalya, pernah merajut mimpi bersama wanita itu, mengukir banyak hal indah bersama walau tak lama, sempat merencanakan masa depan hingga keinginan Jerry yang ingin memiliki dua anak kembar setelah menikah dengan Kalya, tapi sekarang, itu semua tinggal kenangan. Benar-benar tinggal dan tidak bisa dimimpikan lagi. Kesempatan Jerry berbalikan dengan Kalya sudah tidak ada, bahkan untuk sekian persen. Kalya bukan lagi wanita yang bisa dimimpikan untuk dijadikan pasangan, dia bukan lagi Kalya yang dulu, meski kembali setelah tujuh tahun lamanya, Kalya kembali sebagai sosok yang berbeda, Kalya kembali dengan mimpi yang baru, dengan orang baru, dan dengan status yang baru.

Seorang istri dan calon ibu.

Ansha tidak bisa membayangkan, bagaimana sakitnya Jerry jika tahu kabar ini. Sedangkan Ansha saja sangat sakit saat tahu. Mungkin papanya benar-benar akan menjadi mayat hidup setelah tahu jika pujaan hatinya sudah mendapat pengganti dirinya.

“Sha?” Suara Jerry dan ketukan pintu terdengar. “Cerita ke Papa, Sayang. Papa gak akan marah ke kamu. Ada apa?”

“Aku beneran gak apa-apa Pa!” Ansha agak berteriak.

“Papa kenal kamu gak sebulan dua bulan, kamu anak Papa, Papa tau kalau ada yang gak beres sama kamu.”

Ansha tak menjawab. Jerry masih menunggu.

BAD JERRYWhere stories live. Discover now