44. Holiday

1.5K 296 102
                                    

MAAF YA GESS KEMAREN GAJADI UPDATEEE. MASUK GAK NI NOTIFNYA???
.
.
.

“Hah?! Kita berdua?! Ke Italia?!” Seisi kantin rumah sakit sontak menoleh ke arah Kalya yang baru saja berteriak. Wanita itu terkejut bukan main ketika Jerry menunjukkan pemesanan tiket di ponselnya ke Italia minggu depan. Kalya merebut ponsel kekasihnya, memperbesar tiap tulisan yang memperlihatkan jadwal keberangkatan. “Kok mendadak sih? Kenapa harus minggu besok? Kenapa gak sekalian buat bulan madu?” Kalya bertanya beruntun. Dia tak habis pikir bagaimana Jerry memesan dua tiket penerbangan di antara waktu-waktu sibuk mereka. Bahkan tanpa berbicara lebih dulu pada Kalya.

Jerry menyuap bakso mentega buatan Kalya ke mulutnya. Dia tak langsung menjawab, memilih menikmati makanannya.

“Massss!” Kalya gregetan.

“Iya Sayang. Kenapa?”

“Kenapa kenapa, ini lho. Maksudnya beli tiket ini apa?”

“Liburan.”

“Liburan diwaktu sempit gini?”

Jerry menutup kotak bekalnya yang sudah habis. Dia bisa fokus sepenuhnya pada Kalya dan siap menjawab semua bom pertanyaan sang calon istri. “Mas pusing lho Kal, udah berbulan-bulan cuma sibuk kerja, butuh healing biar gak stress. Makanya Mas beli tiket itu.”

“Tapi Mas–”

“Kamu inget gak, diawal kita pacaran aku pernah bilang pingin ajak kamu suatu tempat.”

Kalya menggeleng.

“Yang aku pertama kali ngajak kamu ke apartemen lho Kal.” Kalya mencoba mengingat-ingatnya. Wanita itu memukul meja pelan saat berhasil mengingatnya. Dia ingat Jerry ingin mengajaknya ke suatu tempat, namun tak bilang ke mana tujuan dan tempat yang dimaksud. “Inget, 'kan? Nah aku mau ajak kamu ke sana, ke Santa Maddalena, Italia. Aku mau main ski di sana, sama kamu tentu.”

“Cuma buat main ski?”

“Gaklah, yakali. Tapi tujuan utama aku itu sih hehe. Tapi sebenernya kita gak cuma ke Santa Maddalena, aku mau ajak kamu ke Hallstatt juga.”

“Mas astaga, Italia di Eropa Selatan, Hallstatt di Eropa Tengah, ini namanya kita keliling Eropa.”

Jerry mengangguk. “Memang.”

“Ya berarti gak cukup dua, tiga hari dong.”

“Seminggu.”

Kalya kehabisan kata-kata. Bukan berbulan madu, bahkan masih jauh untuk melakukan itu, Jerry benar-benar hanya ingin liburan. Kalya mengerti kondisi Jerry yang beberapa waktu belakangan selalu sibuk dan melembur, calon suaminya itu juga tak jarang mengeluh lelah pada Kalya, tapi bukankah keliling Eropa berdua di waktu-waktu dekat sebelum pernikahan terlalu berlebihan? Memang semua persiapan pernikahan sudah ada yang mengatur dan hampir selesai, tapi Kalya jelas tak bisa pergi begitu saja. Bagaimana caranya izin kepada kedua orang tuanya, menjual nama Clara selama satu minggu kepada orang tuanya terlalu lama. “Gak usah mikirin izin Mama sama Papa, aku udah minta izin mereka buat boyong kamu ke Eropa.” Jerry berbicara seolah tahu isi pikiran Kalya.

“Gila, kamu udah semateng itu nyiapin liburan ini? Kapan coba bilangnya? Kok aku gak tau?”

“Jerry gitu lho. Mama sama Papa pokoknya udah ngasih izin, kamu tenang aja.”

“Duit kamu banyak banget sih Mas? Nuyul ya?”

Lagi-lagi Kalya terpikirkan dengan biaya yang Jerry keluarkan. Untuk biaya baju pernikahan saja Jerry sudah mengeluarkan hampir setengah milyar, belum lama ini keduanya juga melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum menikah lengkap dengan vaksin yang harganya tak main-main.

BAD JERRYWhere stories live. Discover now