4. Kapan Makan Nasi Pecel?

4.5K 693 146
                                    

Double update donggggg
.
.
.


“Widih sarapan apa nih?” Jerry ikut bergabung ke meja makan di mana ada Aya dan Ansha yang sudah makan lebih dulu.

“Nasi goreng sosis, Ansha yang minta masakin ke Mbok Yum.” Ansha menyahut riang.

Jerry tersenyum. Ansha selalu ceria, jarang sekali Jerry melihat bungsunya itu cemberut apalagi menangis. Berbeda dengan Aya yang lebih sering memasang wajah ketus. Jerry tahu, bukan sengaja Aya memasang mimik seperti itu, tapi sudah menjadi bawaan Aya kalau gadis tersebut berwajah judes. Bahkan Jerry pernah mendapat laporan dari Ansha kalau Aya sulit didekati orang lain karena wajahnya yang dianggap galak dan judes. Aya mengingatkan Jerry pada mendiang Tari. Orang-orang takut dan segan setiap mencoba mendekati Tari karena wanita itu memberikan kesan yang kuat dan menakutkan meski wajahnya cantik. Padahal jika sudah kenal, menurut Jerry istrinya jauh dari kesan menakutkan. “Mbak, senyum dong.” Aya mendongak, menatap Jerry dan melemparkan senyuman kecil, setelahnya kembali datar lagi, membuat Jerry terkekeh sambil menggelengkan kepala. “Senyuman muahaal.”

Ansha ikut tertawa. “Lebih mahal dari SPP sekolah.”

Aya mendelik sebal. “Komen mulu.”

“Eh.” Jerry kembali bersuara setelah menyuap nasi. “Kalian pada gak les lagi? Terakhir Papa liat pas hari Selasa.” Terakhir kali Jerry bertemu Kalya adalah saat dia mengantar wanita itu pulang ke rumahnya beberapa hari lalu. Sebenarnya Jerry mencoba untuk tidak penasaran lagi pada Kalya, apalagi setelah tahu jika Kalya sudah memiliki kekasih. Tapi entah mengapa dia menjadi sangat tertarik pada Kalya.

Aya menatap Jerry. “Kenapa? Papa kangen Mbak Kalya?”

Jerry nyengir. “Emang boleh Mbak se-to the point itu?”

Aya berdecak. “Serius Pa.”

“Nanti Kalya Papa seriusin.”

“Ciailah Papa kayak remaja jatuh cinta.” Ansha menggoda Jerry. “Tapi diliat-liat Papa sama Mbak Kalya cocok sih. Papa ganteng, Mbak Kalya cantik. Cuma Papa keliatan tua dikit.”

“Sembarangan adek. Papa masih muda tau.” Aya menggeleng lelah mendengar perdebatan ayah dan adiknya. Dia memilih menyudahi sarapannya dan lanjut bersiap sebelum berangkat sekolah. Sepeninggalnya Aya, Jerry menarik kursinya semakin dekat ke arah Ansha. “Dek.” Jerry agak berbisik.

Ansha juga merapatkan jaraknya dengan sang papa. “Semakin pelan suara, semakin serius pembicaraan. Ada apa wahai Papa Jerry?”

“Punya nomornya Kalya?”

Ansha tersenyum meledek. “Papa beneran suka sama Mbak Kalya?”

“Emang adek gak suka sama Kalya?”

“Suka.”

“Sama. Papa pingin tau Kalya lebih dalam lagi. Tapi ya Dek, kayaknya Kalya udah punya pacar. Soalnya pas Papa anterin dia pulang, ada cowok yang nungguin di depan rumahnya, katanya sih pacarnya.”

“Udah putus Pa.”

“Hah? Adek tau dari mana? Jangan sotoy deh.”

“Ih Papa gak percaya. Aku follow-followan ig sama Mbak Kalya, terus kemarin aku liat igsnya yang ngerepost igs temennya yang isinya foto Mbak Kalya terus ada captionnya gini, selamat putus. Aneh juga temen Mbak Kalya, masa orang putus dikasih selamat.”

“Yang bener?”

“Iya Papaaa.” Jerry tersenyum. Secercah harapan muncul. Jika benar Kalya sudah putus dengan Tama, ini akan menjadi kesempatannya mendekati wanita tersebut. Tapi untuk lebih memastikannya, Jerry ingin mengetahuinya langsung dari Kalya. “Jadi minta nomor Mbak Kalya gak?”

BAD JERRYWhere stories live. Discover now