8. Jalan

3.1K 577 84
                                    

Siapa setuju updatenya setahun sekali?!?!?
.
.
.

Sejak dekat dengan Kalya, setiap kali memiliki waktu luang, Jerry pasti menghubungi wanita itu. Jerry mengirimkan Kalya pesan atau bertelepon dengan guru privat kedua putrinya sampai larut malam. Di hari liburnya pun alih-alih berkumpul bersama teman-temannya seperti sebelumnya, Jerry memilih menemui Kalya. Sekarang dia sedang menunggu Kalya di depan salon Clara, tidak ada jadwal les hari ini, Ansha dan Aya kompak meminta libur, dan ini Jerry gunakan sebagai kesempatan mengajak Kalya jalan. Jerry bergegas turun dari mobil begitu melihat Kalya keluar dari salon, lelaki yang hari ini memakai kaos putih dan cardigan hitam sebagai luarannya itu berjalan memutar membukakan Kalya pintu. Kalya tersenyum. “Thank you, Mas.”

“Sama-sama. Kita langsung jalan aja ya.” Tidak ada tujuan pasti keduanya akan pergi ke mana, yang jelas Jerry ingin menghabiskan waktunya satu hari ini bersama Kalya. “Kamu biasa bantu Clara di salon?”

“Kadang-kadang doang, kalau Clara ke salon terus aku luang, aku minta ikut. Bosen Mas kalau di rumah terus.”

“Untung aku ajak jalan hari ini.” Jerry menoleh sekilas dan melemparkan senyumnya pada Kalya. “Sebenernya aku gak punya tujuan yang jelas kita mau ke mana. Kamu ada saran atau tempat yang mau di datengin?”

“Perpustakaan? Tapi aku juga pingin coba main biliar.”

“Oke, kita ke dua tempat itu. Aku tau tempat bagus main biliar.”

Kalya mengangguk setuju.

“Jadi agenda hari ini library date dan biliar date?”

Kalya mendecih. “Gencar banget kayaknya Pak Jer.”

Jerry terkekeh. “Takut aku keduluan sama orang lain.”

Keduanya tiba di destinasi pertama, perpustakaan. Alasan Kalya ingin pergi ke sana karena dia perlu mencari bahan ajar untuk Aya dan Ansha. Selagi Kalya melihat-lihat buku di rak, Jerry tidak berhenti memandangi Kalya. Wanita itu nampak sangat cantik meski hanya mengenakan vest dengan rambut diikat ponytail. “Kamu sadar gak Kal? Baju kita cocok, kayak couple beneran.”

Kalya reflek melihat penampilannya sendiri, lalu bergantian mengamati Jerry. “Iya ya. Kamu mendadak kayak seumuran sama aku.”

Jerry mencebik. “Aku gak setua itu, penampilan aku muda terus kok.”

Kalya terkekeh. “Maksud aku, kamu kelihatan beda banget pakai kemeja sama baju santai gini.”

“Lebih suka penampilan aku yang gimana?”

“I like both. Tapi kamu dan kemeja itu perpaduan yang gak bisa dibantah.”

Jerry tersenyum, menyukai pujian Kalya. “Yaudah mulai besok aku kemejaan terus. Gak bakal aku lepas kemejanya, soalnya Kalya suka kemeja.”

“Ya gak gitu juga Mas. Menyesuaikan kondisi aja.”

Jerry tertawa kecil. “I know, bercanda aja aku.”

Kalya melanjutkan pencarian bukunya, saat tangannya ingin menggapai buku di rak atas namun tidak sampai, Jerry siaga membantunya. Tanpa diminta lelaki itu selalu melakukan hal-hal kecil yang sebetulnya bisa Kalya lakukan sendiri. Diperlakukan seperti ini oleh Jerry, hati Kalya mulai goyah. Selama berpacaran dengan Tama, Kalya yang lebih banyak mengeluarkan tindakan sebab Tama bukan tipe lelaki peka. Kalya yang harus selalu meminta lebih dulu, tidak ada inisiatif dari Tama. Tapi bersama Jerry, Kalya merasa sangat diistimewakan. “Awas Kal.” Jerry berpindah ke depan Kalya secepat kilat dan tangannya menjadi tameng kepala Kalya saat melihat buku-buku dari rak atas berjatuhan karena seseorang menariknya.

BAD JERRYWhere stories live. Discover now