49. Jerry dan Perasaannya

2K 443 329
                                    

SOREE!! DOUBLE UP!
.
.
.

Terhitung sudah dua hari Kalya dan Jerry tak saling bertukar pesan. Hanya ada pesan searah dari Jerry kepada Kalya, menanyakan bagaimana kondisi wanita itu dan beberapa permintaan maaf yang Jerry sampaikan. Tak ada satupun pesan lelaki itu yang Kalya balas. Sebetulnya Kalya tak menyukai situasi ini, tapi dirinya butuh waktu untuk menerima tindakan Jerry kemarin-kemarin. Meski masih merasa kesal pada Jerry, Kalya tetap khawatir pada kesehatan calon suaminya, namun jelas dia tidak akan bertanya langsung pada Jerry, Kalya selalu bertanya melalui Ansha, gadis itu yang menjadi sumber informasi Kalya selagi Jerry dirawat. Kondisi Kalya sendiri sudah sembuh, dia beraktifitas normal, hanya saja dia tak mengajar karena anak-anak sudah memasuki musim liburan, sehingga untuk mengalihkan pikirannya dari Jerry, Kalya memilih menjadi asisten Clara di salon.

Kali ini Kalya tak membicarakan masalahnya pada Clara, dia menyimpan semuanya sendiri, di samping itu Kalya ingin menjaga pandangan orang-orang terdekatnya terhadap Jerry. Karena Kalya bisa menebak, jika Clara diberitahu perihal Jerry yang masih menyimpan lukisan Tari, sahabatnya itu pasti akan mencaci maki Jerry. “Kal, lo sama Jerry kapan foto prewed?”

“Kalau sesuai jadwal, minggu depan.”

“Ke Jogja?”

“Hm, Jerry yang mau di sana.”

Kalya hanya bisa berharap, semoga moodnya membaik sebelum foto preweddingnya dilaksanakan.

“Coba Kal, ambilin gunting penipis.”

Sementara di ruang rawatnya, lelaki yang sebentar lagi akan melepas masa dudanya itu nampak gusar dan berulang kali menghela napas berat dengan ponsel di genggamannya. Pesan-pesan yang Jerry kirimkan, belum ada yang dibalas Kalya. Jelas Jerry khawatir, karena ulahnya dia harus menghadapi masalah baru dengan Kalya, sedangkan banyak persiapan pernikahan yang menunggu mereka. Jerry menoleh ke arah pintu ketika benda itu berbunyi, kedua anaknya datang dengan tangan membawa kantung dari sebuah supermarket. “Papa!” Suara Ansha melengking, membuat Jerry meringis.

Opo toh Sha? Sakit kuping Papa denger teriakan kamu.”

“Pantes Mama belum jenguk Papa ke sini, cuma nanya-nanyain kondisi Papa lewat aku. Sekarang aku tau alesannya.”

“Mama Kalya nanya ke kamu soal kondisi Papa?”

Ansha mengangguk. “Ternyata Mama marah ya gara-gara Papa masih simpan lukisan Mama Tari di ruangan Papa.”

“Kamu tau dari mana?”

“Tadi Om Saga cerita.”

Jerry berdecak. Saga terlalu rewel menurutnya.

“Papa tuh kenapa sih? Papa udah mau nikah lho sama Mama, kok masih simpan lukisan Mama Tari?”

“Apalagi alesannya kalau bukan belum selesai dengan masa lalu?” Aya menimpali seraya menaruh kantung belanjaannya ke lantai. “Gak usah pura-pura gak tau deh Sha, kita sama-sama tau Papa belum bisa lepas dari bayang-bayang Mama, Mama Tari.”

“Mbak, ngomong apasih kamu?” Jerry bertanya tak suka.

“Papa tau maksud aku, dan sangat paham tentu.”

“Udah, gak usah bahas Mama Tari.” Ansha melihat ke arah sang kakak. “Mbak jangan pernah ngomong kayak gitu di depan Mama Kalya.”

BAD JERRYWhere stories live. Discover now