37. Melamar Kalya, Lagi

1.9K 357 35
                                    

SIAAAANGGG!!!!!!!
.
.
.

“Papa, aku udah rapih belum?”

“Paaa kok baju aku kayaknya kurang cocok ya?”

“Adek udah cantik belum sih Pa?”

Jerry yang tengah menata rambutnya di depan cermin, berbalik menghadap putri bungsunya yang sejak pagi tadi sudah sibuk mempersiapkan diri untuk acara hari ini, di mana Jerry dan keluarga dengan tambahan Saga, akan datang ke rumah Kalya untuk meminta izin secara resmi meminang Kalya. Hanya saja Jerry di pusingkan dengan pertanyaan-pertanyaan Ansha seputar penampilan sejak tadi. Padahal yang harusnya sibuk Jerry, tapi si bungsu jauh lebih sibuk. “Cantik, Adek tuh cantik terus. Mau pakai kaos sobek-sobek juga cantik. Apalagi sekarang pakai dress yang senada sama batik Papa, makin cantik lah.”

“Bener gak nih?”

“Bener.” Jerry mencubit pipi Ansha gemas. “Papa yang mau lamaran, kamu yang sibuk.”

“Hehe, 'kan ini momen yang gak mungkin pernah ada lagi. Aku dateng ke acara lamaran Papa.”

“Iya juga sih.”

“Jer lama banget lho kamu, Ibu, Aya, sama Saga udah nunggu dari tadi.” Seli menghampiri putra dan cucunya.

Jerry menunjuk Ansha. “Iki lho Bu, Ansha banyak tanya.”

Lengan Jerry dipukul pelan oleh Ansha.

Wis buruan, kita berangkat sekarang.”

“Bentar Bu.” Jerry mendekat pada sang ibu. “Aku udah ganteng belum?”

“Huuu! Papa juga sama aja!” Ansha melewati papanya dengan sengaja menyenggol Jerry, membuat Seli dan Jerry tertawa.

Kedatangan keluarga Jerry, disambut hangat oleh Kalya dan keluarga. Meski begitu, Jerry tetap gugup, apalagi dia datang tidak sendiri, keluarganya turut hadir. “Ini Bu, saya juga ada bawa beberapa kue, salah satunya jenang, menurut adat saya, jenang itu simbol harapan bahwa kedua pasangan punya hubungan yang erat dan susah untuk dipisahkan. Jenang juga dibuat dengan bekerja sama, ini melambangkan pasangan akan selalu bekerja sama dan saling mendukung satu sama lain. Saya harap hubungan Jerry dan Kalya begitu ke depannya.” Seli memberi sedikit penjelasan. Dia memang tak datang dengan tangan kosong, tapi membawa beberapa barang dan makanan yang bisa disebut seserahan untuk diberikan pada Kalya dan keluarga.

Dewi tersenyum. Dia menerimanya. “Makasih banyak Bu Seli, jadi merepotkan.”

“Enggak merepotkan, memang udah seharusnya begitu, gak mungkin kami datang dengan tangan kosong.”

Ketika para orang tua berbincang sebelum masuk ke pembahasan inti, Jerry dan Kalya saling beradu pandang. Jerry melemparkan senyum lebih dulu, dia terpesona pada Kalya yang nampak anggun dalam balutan kebaya lengan pendek yang dipakainya. Memang, lamaran tidak dilakukan secara besar-besaran, hanya keluarga inti saja. Tapi Kalya dan Jerry tak mau menyia-nyiakannya dengan berpakaian biasa. “Genit banget itu duda premium Kal.” Clara yang tentu saja hadir dan duduk di samping Kalya, berbisik.

“Genitnya ke gue doang mah ya gak apa-apa.”

“Jadi gini Om, Tante.” Saga bersuara. Tugasnya sebagai juru bicara Jerry. “Seminggu yang lalu saya dan Jerry datang ke sini, berniat minta izin melamar Kalya, tapi karena satu dan lain hal, Tante meminta lamaran untuk diundur dulu, dan hari ini kami datang lagi ke sini dengan maksud dan tujuan yang masih sama tapi sudah dengan persetujuan dari berbagai pihak, mungkin Tante sudah mendengar langsung dari Kalya.”

BAD JERRYWhere stories live. Discover now