27. Mabuk

2.8K 472 97
                                    

Aloooo semuaaaa!
.
.
.

Kalya pernah berangan di masa mudanya dia ingin memiliki kekasih yang keren, sukses, dan terkenal, lalu sebagai wanitanya Kalya akan dengan setia mendampingi kekasihnya dalam perjalanan bisnis atau mendatangi acara-acara besar. Benar angan-angannya menjadi kenyataan. Kalya bertemu Jerry yang memiliki semuanya, ketampanan, keren, kesuksesan, dan cukup dikenal. Bahkan hari ini dia turut mendampingi Jerry di sebuah acara pesta. Tapi ternyata hal itu cukup menguras tenaganya. Sepanjang waktu dia harus tersenyum dan berusaha mengakrabkan diri dengan rekan-rekan kerja Jerry. Belum lagi Kalya berusaha memahami mengenai topik yang dibicarakan orang-orang di sana yang di dominasi dengan pembicaraan bisnis. Bagi Kalya yang baru pertama kali datang ke acara seperti ini dengan latar belakangnya yang hanya pegawai biasa itupun sudah berhenti, dia tidak terlalu mengerti. Sehingga ketika Kalya mendapatkan waktu luang, dia meminta izin Jerry dan berpura-pura pergi ke kamar mandi. Nyatanya wanita itu memilih keluar dari ruang acara dan beristirahat sejenak di koridor yang sepi.

Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Alih-alih semakin sepi, justru pesta semakin ramai di dalam. Musik yang awalnya mengayun lembut, berubah seperti musik di diskotik. “Mas-Mas saya mau satu.” Kalya menghentikan seorang pramusaji yang membawa beberapa gelas minuman yang akan dibawa masuk ke dalam. “Makasih.” Kalya meminumnya. Wanita itu meringis ketika mengecap rasa pahit dari minumannya.

“Pantes aku susul ke kamar mandi gak ada.” Jerry menghampiri Kalya.

Kalya menggoyang-goyangkan gelasnya. Dia acuh akan kehadiran Jerry. Semua keakraban yang terjadi di dalam antara dia dan Jerry sejak tadi bagi Kalya adalah kepura-puraan, karena dia belum sepenuhnya memaafkan Jerry. Mendapati Kalya yang masih mendiamkannya, Jerry menghela napas. “Aku harus gimana Sayang biar kamu mau ngomong sama aku kayak biasa lagi?” Jerry mengambil gelas dari tangan Kalya. Wanita bergaun abu-abu itu akan protes sebab minumannya direbut. Namun tak jadi setelah melihat ekrepesi tak biasa dari Jerry. “Kamu minum koktail?”

“Hah? Masa sih?”

“Iya Kal, ini bau alkohol. Gak kecium apa sama kamu?”

Kalya menggeleng. “Aku pikir itu mocktail yang kayak tadi kamu ambilin.”

Jerry berdecak. “Aku gak tau lagi toleransi alkohol kamu seberapa. Minumannya juga hampir habis kamu minum. Kamu ngerasa mabuk gak?”

“Enggak.”

“Mungkin belum bereaksi. Jangan jauh-jauh dari aku. Kita sama-sama belum tau apa yang bakal kamu lakuin kalau mabuk.”

“Mukulin kamu.” Kalya menggumam.

“Hah?”

Kalya menggeleng.

“Aku denger. Pukul aja gak apa-apa kalau itu bikin kamu lega. Salah aku udah bikin kamu cemburu, kesel, dengan sikap aku. Aku gak akan ngelak.”

“Woi Jer?” Jerry dan Kalya menoleh. Ada seorang lelaki yang asing bagi Kaya, tapi tidak bagi Jerry menghampiri keduanya.

“Lah Tio? Udah lama gak ketemu.” Jerry dan Tio bersalaman ala pria.

“Iya, di dalem gue gak liat lo tadi. Apa kabar?”

“Baik. Lo gimana?”

“Liat dong, kurang baik gimana gue?”

Jerry terkekeh. “Syukur deh. Kenalin, calon istri gue.” Tio dan Kalya saling berjabat tangan, memperkenalkan diri masing-masing. “Tio ini temen kuliah aku dulu, Sayang. Pernah co-ass bareng juga.”

“Ah gitu.”

“Lo sendiri buka praktik atau tugas di rumah sakit mana Kal?” Tio bertanya.

“Kalya bukan dokter. Dia guru.” Padahal Kalya berniat menjawabnya sendiri, tapi Jerry jauh lebih cepat. Lelaki itu melemparkan senyum bangganya pada Kalya. “Kalya guru anak-anak gue.”

BAD JERRYWhere stories live. Discover now