29. Papa dan Putrinya

2K 474 46
                                    

SELAMAT HARI MINGGU BESTIEE!
.
.
.

Jerry tiba di rumah ketika malam hari, tepatnya lima menit sebelum jam sebelas malam. Lagi-lagi karena jadwalnya yang padat hari ini. Dia bahkan tak sempat makan malam dan berniat memasak mie instan setelah membersihkan diri. Saat akan pergi ke kamarnya di lantai dua, Jerry mendengar suara aktifitas dari arah dapur. Lelaki itu berpikir mungkin Mbok Yum sedang melakukan sesuatu. Tapi jika diingat kembali hal tersebut tidak mungkin. Mbok Yum selalu pulang ke rumahnya yang tak jauh dari kediaman Jerry sebelum jam delapan atau setelah memasak makan malam. Penasaran, Jerry menghampiri. “Lho Mbak?” Dokter tampan tersebut menemukan putri tertuanya sedang membuat sesuatu. “Lagi ngapain? Kok belum tidur?” Biasanya lewat dari jam sepuluh, Aya ataupun Ansha sudah berada di kamar masing-masing dan kecil kemungkinan keduanya keluar karena sudah terlalu nyaman berbaring.

Aya menyodorkan teh yang dibuatnya ke depan Jerry. “Buat Papa?” Jerry agak heran. Tak biasanya Aya bertingkah seperti ini.

“Hm, tadi aku denger suara mobil Papa. Jadi aku turun buat bikin teh.”

Jerry tersenyum. “Makasih banyak lho udah merhatiin Papa. Diminum ya.” Duda dua anak itu menyeruputnya. “Enak juga teh buatan Mbak, kayak di restoran bintang lima.”

Aya mendecih. “Orang pakai teh instan gitu.”

“Bener, enak ini. Lain rasanya karena anak Papa sendiri yang buat.”

Aya hanya tersenyum kecil. Tapi di bawah sana, kakinya bergerak gelisah. Ada hal yang ingin dia sampaikan pada Jerry.

“Papa boleh minta tolong gak Mbak?”

“Apa?”

“Masakin Papa mie dong. Papa laper, belum makan.”

“Udah jam sebelas juga. Kok bisa belum makan?”

“Ya belum sempet.”

Aya berdecak. “Udah telat makan, pakai mie pula. Ini sih namanya dokter yang bikin penyakit buat diri sendiri.”

Jerry terkekeh. “Tolong ya Mbak. Papa mau mandi dulu.”

“Iya. Udah sana Papa mandi, bau tau gak?”

“Eh sembarangan. Mandi gak mandi Papa tuh tetep wangi ya!”

“Wangi kuburan.”

“Mulutnya Mbak.” Jerry mencubit pipi Aya kemudian berlari sebelum Aya berhasil membalas.

“Awas ya Pa! Aku tuangin cuka sebotol ke mienya!”

“Jangan toh Mbak!” Jerry membalas teriak.

Aya terkekeh kecil. Tapi jika teringat alasannya jam segini masih terbangun, bahkan sengaja menunggu kepulangan sang papa, Aya kembali gugup. Dia akan memberitahu Jerry mengenai apa yang dia sembunyikan selama beberapa waktu belakangan. Aya sudah memikirkan ucapan Kalya berulang kali. Pikiran Aya menjadi lebih terbuka dan Aya mulai menerima kenyataan perihal dirinya yang kurang sehat dan butuh penanganan. Berat sebetulnya untuk Aya jujur pada Jerry, dia sempat mengutarakan hal tersebut pada Kalya. Kekasih papanya itu juga sempat menawarkan diri haruskah Kalya yang memberitahu Jerry, namun Aya menolaknya. Aya tak mau Jerry sedih mendengar soal kondisinya dari orang lain.

“Kamu mau nemenin Papa makan juga?” Jerry bertanya seraya menuangkan saus ke mienya.

“Kalau boleh.”

BAD JERRYDonde viven las historias. Descúbrelo ahora