42. Fitting

1.7K 377 67
                                    

MALAAAAAM!!!

.
.
.

Seiring dengan kesibukan Jerry dan Kalya, keduanya memutuskan menggunakan jasa wedding planner. Bukan tak semangat seperti yang dikatakan Kalya sebelumnya dalam mempersiapkan pernikahan, hanya saja Jerry memiliki waktu yang sempit akhir-akhir ini, namun lelaki itu tak mau jika sampai persiapan pernikahannya terlantar begitu saja. Sehingga untuk menghemat waktu meski harus merogoh kocek yang begitu dalam, Jerry dan Kalya memakai jasa tersebut. Keduanya hanya tinggal mengutarakan konsep pernikahan yang mereka mau, ingin undangan model seperti apa, hingga gedung mana yang ingin mereka gunakan. Bahkan keduanya diberikan asisten khusus untuk berkonsultasi persiapan pernikahan dan calon suami istri itu baru saja pergi menemui asistennya di sebuah kafe untuk membicarakan jika mereka akan memakai adat di hari pernikahan.

Dapat masukkan dari para orang tua, Jerry dan Kalya setuju menggunakan adat. Pagi menggunakan adat Sunda asal daerah Kalya, dan siang menggunakan adat Jawa asal daerah Jerry, malamnya baru secara nasional seperti yang Kalya inginkan, mereka menyatukan dua tradisi berbeda di hari pernikahan. “Baik Ibu, Bapak, segera saya dan tim memberikan gambaran bagaimana konsepnya nanti.” Asisten itu mematikan iPadnya setelah mencatat apa saja yang menjadi keinginan Jerry dan Kalya. “Kalau gitu sekarang kita langsung ketemu wedding designer aja untuk membicarakan soal baju dan fitting.”

Jerry mengangguk. “Boleh, yuk Sayang.”

“Aku ngabarin Clara dulu, dia minta diajak kalau aku mau fitting.”

“Yaudah, sekalian tanya mau dijemput atau nyusul sendiri.”

Kalya mengirimkan pesan pada sang sahabat, tak menunggu waktu lama keduanya bersepakat untuk bertemu di tempat fitting saja.

“Aduh duh calon pengantin auranya beda.” Clara menggoda melihat kedatangan Kalya dan Jerry. Dia sampai lebih dulu dibanding calon suami istri tersebut.

“Suram, 'kan maksud lo?” Kalya berceletuk.

“Enggak anjay. Sumringah gitu, cuma si Om kayaknya lesu.”

Kalya melihat ke arah calon suaminya. Dia baru menyadari jika wajah Jerry terlihat agak lelah, kantung matanya pun bertambah hitam, dan matanya agak memerah.

“Kecapekan aja ini Ra. Tapi semangat kok, apalagi mau fitting baju sama calon istri.” Jerry merangkul Kalya. Entah mengapa, tapi Kalya merasa sedikit bersalah pada Jerry.

“Mas maaf.”

Jerry menaikkan sebelah alisnya. “Kenapa minta maaf?”

“Kamu lagi sibuk-sibuknya tapi aku ngeburu-buruin buat fitting.”

“Gak apa-apalah, emang udah harusnya gini. Biar cepet selesai juga, 'kan? Untung aja kita dibantu wedding planner, jadi gak perlu turun langsung buat survey gedung segala macamnya.”

“Bener Kal, wajar sibuk pas mau nikah. Makanya lo kalau butuh apa-apa bilang aja ke gue, gue usahain bantu.” Clara menimpali.

“Tenang, gue udah punya tugas khusus buat lo.”

“Wih ngapain tuh? Kalau disuruh cuci piring gak mau ah.”

“Yah baru mau gue suruh.”

Clara berdecak. “Bangke lo.”

Kalya dan Jerry tertawa. “Gak, bercanda gue. Pokoknya di hari spesial gue nanti, lo yang harus jadi hair stylist gue.”

“Hah? Serius lo? Lo mempercayakan gue Kal?”

BAD JERRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang