53. Nasihat Saga

1.8K 394 209
                                    

Sore!! Double update!
.
.
.

“Kamu dari mana aja sih Teh?! Hobi banget ilang-ilangan dari semalam.”

Dewi mengomeli Kalya begitu putrinya pulang. Kalya sampai di rumah tengah malam dengan diantar Jerry. Kalya terpaksa harus menahan diri, menyudahi perdebatannya dan Jerry karena lelaki itu mendapat telepon dari calon mertuanya jika keduanya akan pergi ke kantor polisi, melaporkan hilangnya Kalya. Tidak ingin masalah merambat ke mana-mana, mau tak mau Kalya pulang. Tapi dia meminta Jerry untuk tidak mengatakan apa-apa pada Dewi dan Sadi. Menurut Kalya, orang tuanya tak perlu tahu agar tak memperkeruh suasana.

“Gak ke mana-mana Ma, aku ke kamar dulu, mau mandi.”

Kalya berlalu pergi, meninggalkan kedua orang tuanya dan Jerry.

“Jer, Papa mau ngomong.”

“Iya Pa.”

Kini Jerry bersama calon papa mertuanya duduk berdampingan di sofa.

“Kamu sama Kalya kenapa?”

“Cuma ada masalah kecil Pa, tapi udah aku selesain sama Kalya. Papa gak usah khawatir.”

“Bukan begitu Jer, bukan juga Papa mau ikut campur urusan kamu dan Kalya. Tapi sebentar lagi kalian nikah, usahain jangan sampai ribut dulu.”

“Maaf Pa, aku usahain hal kayak gini gak terulang.”

Sadi mengangguk paham. Dia menepuk-nepuk bahu Jerry. “Udah malam, Kalya juga udah pulang. Kamu juga harus istirahat. Nginap di sini aja gimana?”

“Gak usah Pa, aku pulang aja. Kasian juga anak-anak di rumah kalau aku tinggal.”

“Yaudah kalau gitu. Besok kalau Kalya udah lebih tenang, Papa bakal ngomong ke dia sama kayak Papa ngomong ke kamu biar kalian gak ribut terus. Gak enak Papa Jer kalau liat anak-anak Papa pada ribut, apalagi kalian mau nikah.”

Setelah berbincang singkat dengan Sadi, Jerry pamit pergi. Dia tak pulang ke rumahnya, melainkan apartemennya. Jerry kini duduk di ruang biliarnya, memandangi foto Tari dengan mulut yang sibuk mengisap rokok.

“Bangke lo nyuruh gue tengah malam gini dateng.” Saga datang sambil misuh-misuh. Dia tiba-tiba di telepon Jerry dan diminta sahabatnya untuk datang ke apartemen, tanpa penolakan. Jerry sedang butuh teman cerita dan Saga orang yang menurutnya tepat. Karena sejak dulu, orang yang benar-benar tahu bagaimana Jerry adalah Saga. Lelaki itu juga yang menjadi saksi perjalanan hidup Jerry menikahi Tari sampai Jerry yang akan menikahi Kalya. Saga mengeluarkan rokoknya sendiri dan ikut mengisapnya. “Kenapa lo? Kusut banget itu muka.”

Jerry menghembuskan asapnya lebih dulu. “Kalya marah besar ke gue.”

“Kenapa? Tau Jerry junior gak bisa tegang?” Saga terkekeh.

Jerry menatap tajam sahabatnya, membuat Saga langsung terdiam. “Gue lagi gak bercanda ya Ga. Kalya udah tau kebohongan-kebohongan yang gue lakuin ke dia.”

“Lo bohongin Kalya apa?”

“Soal Tari. Lo tau, 'kan gue belum bisa seikhlas itu ngelupain Tari? Gue masih sering ke makam Tari, masih simpan foto-foto Tari, masih sering meratapi kepergian dia.” Saga diam mendengarkan, dia tahu betul Jerry masih hidup dalam bayang-bayang Tari. “Terus tadi Kalya nanya, apa gue masih mencintai Tari, gue gak jawab iya atau enggak, gue cuma bilang kalau gue gak bisa semudah itu lupain Tari, tapi Kalya nyimpulin kalau gue masih mencintai Tari.”

“Terus gimana? Lo bener masih mencintai Tari?”

Jerry terdiam. Dirinya sendiri pun bingung bagaimana perasaannya kini terhadap Tari, yang jelas Jerry masih sulit melupakan wanita itu. Jerry bahkan masih ingat betapa sakitnya ditinggal Tari, waktu sepuluh tahun belum cukup membuatnya terbiasa dengan kepergian istri pertamanya. “Kemungkinan besar iya.”

“Kalau ke Kalya? Cinta?”

Jerry mengangguk. “Ini gue jujur ya. Awalnya gue emang tertarik sama dia karena fisiknya, tapi setelah kita ngobrol, ternyata kita berdua nyambung, gue belum pernah ketemu cewek setelah Tari yang bikin gue nyaman lagi, baru Kalya doang. Terus posisinya gue juga dapet desakan dari lo, dari orang-orang buat memulai hubungan lagi karena sepuluh tahun itu mungkin buat kalian udah terlalu lama buat gue menduda. Akhirnya gue coba deketin Kalya, seiring berjalannya waktu, gue sadar kalau Kalya punya banyak kemiripan sama Tari. Mereka berdua sama-sama pinter, keibuan, jago masak, jiwa sosialnya tinggi, penuh perhatian, tiap kali gue liat Kalya gue kayak liat Tari hidup lagi. Di situ gue makin suka ke Kalya, emang sukanya salah karena gue mandang Kalya sebagai Tari. Kadang gue juga ada di posisi bingung dan selalu bertanya-tanya, ini gue sayang sama Kalya karena daya tarik dia sendiri atau gue sayang karena dia dan Tari punya banyak kesamaan. Saking bingungnya dan gak bisa bedain gimana perasaan gue, bahkan gue gak sadar kalau Kalya tadi gak bilang kalau gue gak pernah bilang cinta ke dia. Tapi makin sering gue ketemu Kalya, makin sering kita jalan dan komunikasi, gue sadar kalau gue sayang sama Kalya tuh tulus, gue gak mandang Kalya lagi sebagai Tari.” Jerry menekan ujung puntung rokoknya ke asbak, membuat asap itu mati seketika. “Puncak perasaan gue ke Kalya yang bener-bener jelas itu pas beberapa hari yang lalu di Eropa. Seminggu kita habisin waktu di sana, bikin gue sadar kalau gue sesayang dan secinta itu sama Kalya, gue bahagia tiap liat dia ketawa. Padahal perjalanan itu gua lakuin buat menuhin keinginan Tari, tapi di sana yang selalu ada dipikiran gue Kalya. Sampai di malam terakhir gue sama Kalya di Eropa, disitu gue baru keinget Tari dan ngerasa bersalah karena gue terlalu happy dan sibuk sama Kalya.”

“Kalau menurut gue Jer, sebenernya perasaan lo ini udah jelas banget. Waktu gue nanya apa lo masih cinta Tari, lo diem dulu buat mikirin jawabannya, tapi pas gue tanya lo cinta ke Kalya apa enggak, lo langsung ngangguk tanpa mikir panjang. Gue sepakat lo belum bisa lupain Tari, masih sering kebayang-bayang sama dia, tapi belum bisa lupain bukan berarti lo masih cinta. Lo cuma belum terbiasa sama kepergian Tari.”

“Enggak Ga, gue yakin masih cinta sama Tari. Tapi gue juga cinta sama Kalya.”

Saga terdiam memandangi sahabatnya. Kalau saja takaran cinta itu bisa terlihat, Saga tidak akan ikut bingung dengan dilema yang dialami Jerry.

“Oke kalau lo yakinnya begitu. Tapi lo sadar, 'kan? Sikap lo yang gini udah nyakitin Kalya. Wajar kalau dia marah besar ke lo. Secinta apapun lo ke Tari, sekarang yang ada di sisi lo tuh Kalya, Jer. Lo gak bisa blak-blakan nunjukkin cinta dan perhatian lo buat Tari lagi, lo harus bisa memposisikan diri sebagai pasangan Kalya sekarang, hargai dia.”

Jerry mengusap wajahnya kasar. “Gue udah salah banget ke Kalya. Malah tadi gue sempet bentak dia karena ngebela Tari.”

“Cepet-cepet minta maaf Jer, kalian berdua mau nikah dan inget pesen gue, kalau lo masih cinta Tari, cukup lo simpan aja perasaan itu, jangan dilihatin ke orang lain, terutama Kalya.”








How? Se-bad apa Jerry dalam pandangan kalian? Atau sebenernya dia gak bad? Mau tau donggg pendapat kalian hehe

How? Se-bad apa Jerry dalam pandangan kalian? Atau sebenernya dia gak bad? Mau tau donggg pendapat kalian hehe

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
BAD JERRYWhere stories live. Discover now