47. Lukisan

1.8K 408 262
                                    

Soree!!!
Berarti hari ini 2 kali update yaaa wkwkwk
.
.
.

Dasarnya Kalya sedang sakit, dia dibuat semakin sakit kepala dan kepikiran karena calon suaminya tak bisa dihubungi. Sudah satu hari berlalu, Kalya masih belum tahu di mana, mengapa, dan bagaimana kondisi Jerry. Pesan beruntun dan ratusan kali telepon Kalya tak pernah ada yang lelaki itu angkat, tepatnya tidak pernah terhubung. Tidak ada yang mengetahui di mana keberadaan Jerry sekarang, bahkan kedua anaknya. Jika sampai hari ini Jerry tak kunjung mengabari Kalya, wanita itu berniat mengabari calon mertuanya. Alasan Kalya tak langsung menghubungi atau bertanya pada Seli di mana keberadaan putranya sebab takut Seli akan berpikir yang tidak-tidak mengenai hubungan Jerry dan Kalya. “Ma, aku udah makannya.” Kalya bangun dari kursi meja makan dengan tangan dan mata yang fokus pada layar ponselnya, kegiatan itu sudah dilakukannya sejak memulai makan. Kalya terus mencari keberadaan Jerry melalui ponsel, entah dengan bertanya pada teman-teman calon suaminya, atau memantau media sosial Jerry, takut-takut online.

“Kal ini belum kamu sentuh makanannya. Udah gimana sih? Dari tadi main hp terus.”

Kalya tak menggubris, dia duduk di sofa.

“Mama suapin deh ya? Kamu harus makan sebelum minum obat.” Dewi menghampiri.

Kalya menggeleng. Matanya masih terpaku pada ponsel.

Dewi menghela napas. “Kalau Papa di rumah, bisa diomelin nih Mama gara-gara kamu gak makan.”

“Untung gak ada Papa.” Kalya menyahut yang membuat Dewi berdecak kemudian berlalu meninggalkan putrinya yang keras kepala.

Entah untuk yang keberapa kalinya, Kalya mencoba menghubungi Jerry. Tubuh wanita berpiama kotak-kotak itu menegak ketika teleponnya kali ini terhubung, tidak memanggil seperti sebelumnya. Kalya menjilat bibir bawahnya yang terasa kering, menunggu teleponnya diterima. “Halo Mas?”

Sayang.

Kalya menghela napasnya lega mendengar suara tersebut. Tapi teringat dengan bagaimana Jerry yang sulit dihubungi sejak kemarin, bahkan tak pulang ke rumah, membuat Kalya mendadak kesal. “Kamu ke mana sih? Dari kemarin aku chat gak dibales, telepon gak kamu angkat. Kamu juga gak pulang ke rumah setelah antar aku pulang.”

Iya Kal, maaf. Aku tepar banget, seharian kemarin aku tidur di apartemen.

“Kenapa gak langsung pulang ke rumah sih Mas?”

Apartemen lebih deket dari rumah kamu. Lagian itu udah malam banget, aku gak mau ganggu anak-anak. Aku juga butuh waktu istirahat, kalau di rumah ada Ansha yang pasti gak bisa diem.

“Bener kamu ke apartemen?”

Iya, kamu gak percaya?

“Enggak.”

Terdengar helaan napas Jerry di seberang. “Kal, aku beneran di apartemen lho. Aku salah emang gak ngabarin kamu sama anak-anak dulu. Tapi setelah antar kamu pulang aku gak ke mana-mana lagi, aku tidur di apart, hp aja sampai lupa aku charge saking capeknya.

Kalya diam, berusaha mempercayai Jerry.

Aku baru baca chat kamu, maaf ya aku baru tau kalau kamu sakit. Sekarang kondisi kamu gimana?

“Makin sakit gara-gara kamu.”

Sayang...

Aku salah, maafin aku udah bikin kamu kepikiran.

“Aku gak bisa tidur tau Mas.”

Iya maaf ya. Aku janji ini pertama dan terakhir kalinya aku begini.

BAD JERRYWhere stories live. Discover now