2. Berakhir Sebelum Dimulai

6K 860 131
                                    

Belum setengah jam lhooooo gaessssss, cpt banget komennya?! Tapi makasiii wkwk

Awal yang bagus buat bad Jerry
.
.
.

Meski sudah punya dua anak yang beranjak remaja, gaya pertemanan Jerry tidak ubahnya seperti anak muda kebanyakan. Setelah kemarin menolak ajakan Saga bermain golf, malam hari sepulang dari rumah sakit, Jerry mengajak sahabatnya nongkrong di coffe shop. Selain Jerry dan Saga, ada Malik dan Gibran yang malam ini ikut serta. Mereka semua sahabat Jerry, ada yang bersahabat sejak kecil dan ada juga yang baru dekat saat masa sekolah menengah. Jelas para sahabat Jerry bukan orang biasa, mereka semua berasal dari kalangan berada, kecuali Gibran yang bekerja di bidang agensi periklanan, sisanya adalah dokter di masing-masing bidang.

“Bagus lo Jer ngajak gue keluar malam ini, mumet banget di rumah. Oliv ngerengek mulu minta ke Turki. Bilangnya mah ngidam, padahal akal-akalan dia doang tuh biar bisa jalan sama temen-temennya.” Malik menyesap rokoknya setelah mengeluarkan unek-uneknya.

Gibran tertawa. “Bini lagi hamil juga, bukannya diturutin aja.”

“Bener, ileran kalau gak diturutin.” Jerry menimpali.

“Mata lo picek. Baru aja capital loss gue. Udahlah, gue suruh irit-irit dulu, mana akhir bulan.”

“Tapi emang bener anjir, akhir-akhir ini bini gue juga belanja mulu. Skincare merek a sampai z dia beli.” Saga mengeluhkan hal yang sama.

“Bini gue sih gak sering belanja, cuma sekalinya belanja bikin kantong ngejerit. Baju anak gue aja sama baju gue mahalan baju anak, belum susunya si kembar.” Gibran turut merasakan betapa sesaknya menjadi kepala keluarga saat akhir bulan. Apalagi dia memiliki dua anak kembar yang masih butuh susu dan popok. Gibran melirik ke arah Jerry yang nampak santai menyesap rokoknya, menikmati keluhan-keluhan para sahabatnya. Gibran berdecak kagum. “Kayaknya cuma lo Jer yang menikmati hidup, gak mumet kayak kita.”

Jerry tersenyum. “Masa-masa gitu udah gue lewatin bro. Kalau dulu iya gue banyak ngeluhnya, apalagi pas baru nikah. Kalian tau sendiri dari zaman kuliah sampai lulus orang tua gue gak ngasih duit saku, bener-bener cuma bayarin kuliah doang. Mau jajan, mau main, gue mesti nyari sendiri, sampai buka jasa turnitin.” Jerry tidak berbohong, meski dari keluarga berada, dia dididik oleh orang tuanya untuk menjadi anak yang mandiri, yang tidak bergantung pada siapapun apalagi masalah uang. Dan dalam kondisi seperti itu, saat Jerry masih masa pendidikan, belum resmi menjadi seorang dokter seperti sekarang, dia berani menikahi Tari, wanita yang dipacarinya sejak sekolah menengah atas. Bisa dibayangkan bagaimana pusingnya Jerry dulu, apalagi saat Aya lahir dan Jerry belum memiliki apa-apa. “Sekarang, waktu gue udah punya apa-apa, malah bininya yang gak ada.”

Semua sahabat Jerry mendadak diam. Mereka tahu bagaimana susah payah Jerry dulu.

Malik mendadak teringat sesuatu. “Eh iya, kata Saga lo lagi nyari calon. Gue ada nih, masih sepupuan sama Oliv. Lulusan CU, sekarang kerja di Singapura. Cantik asli Jer, cuma gila kerja aja.”

“Skip deh. Percuma kalau gila kerja. Guenya udah hectic, dapet istri yang hectic juga. Gak enak asli, udah pernah soalnya pacaran sama yang begitu.”

Saga mengangguk-anggukan kepala. “Iya juga sih.”

“Sebenernya kemarin gue ketemu cewek. Cantik iya, kelihatan pinter juga, terus masih muda sih kalau dilihat-lihat.” Jerry teringat pada Kalya. Wajah wanita itu masih tertanam jelas dalam ingatannya. Meski hanya berpapasan sebentar, Kalya meninggalkan kesan yang kuat pada Jerry.

BAD JERRYWhere stories live. Discover now