25. Berantem

2.5K 463 79
                                    

Sowreee!
.
.
.


Kalya tidak mendapat jawaban dari pertanyaannya pada Jerry mengenai Tari. Obrolan mereka terpaksa harus berhenti sebab Ansha tiba-tiba menghampiri mereka, menarik Jerry dan Kalya kembali ke ruang tengah. Keduanya berusaha terlihat baik-baik di depan yang lain, hanya saja Kalya duduk di dekat sang mama, sementara Jerry di ujung sofa. Kalya sedang bergelut dengan pikiran dan hatinya sendiri. Dia tidak bisa lega sebelum mendapat jawaban dari sang kekasih.

“Udah jam sepuluh, Ansha belum ngantuk?” Dewi bertanya.

“Ngantuk Ni.” Nada bicara si gadis mulai lesu, matanya sudah terasa berat.

Sadar sudah memasuki jam malam, Jerry berniat pulang. “Kalau gitu Papa pulang ya Sha?” Ansha hanya mengangguki pertanyaan Jerry. Lelaki itu berpamitan pada orang-orang di rumah. Kalya mengantar Jerry sampai ke depan. Tangan Jerry menahan lengan Kalya saat kekasihnya akan berbalik meninggalkannya. Kalya tidak membuka suara, tapi tatapannya berbicara seakan meminta Jerry melepaskannya. Paham, Jerry melepasnya pelan dan meminta maaf. “Pertanyaan kamu tadi Kal, aku jawab sekarang.”

Kalya menoleh ke belakang, memastikan tak ada yang mendengar mereka.

“Aku udah pernah bilang ke kamu, kalau Tari sebatas masa lalu aku, sementara kamu masa sekarang dan masa depan aku. Perihal foto tadi, aku cuma lupa Kal, foto itu udah lama ada di sana, aku jarang otak-atik. Aku juga bakal copotin foto-foto Tari yang masih terpajang di apartemen dan rumah. Tapi mungkin gak semua foto Tari di rumah aku lepas, bukan karena aku mau atau masih berharap bisa kembali bersama Tari, tapi ada Aya. Kita sama-sama tau, Aya belum seikhlas itu dengan kepergian Tari.” Jerry mengambil jeda sejenak. “Move on? Kalau aku belum move on dari Tari, aku gak bakal sampai sejauh ini, sampai sering ngajak kamu nikah berkali-kali. Aku serius sama kamu Kal, aku udah gak mikirin Tari lagi.”

“Tapi sikap kamu di Puncak kemarin bikin aku ragu sama kamu. Selama Mbak Zeva ngomongin Mbak Tari, bahkan berandai kalau yang ada di sisi kamu Mbak Tari malam itu dan bukan aku, kamu ke mana? Kamu diem aja. Kamu gak mabok Mas, kamu sadar buat bela aku atau seenggaknya ingetin Mbak Zeva supaya gak ngomong begitu apalagi di depan aku. Cuma Mbak Oliv yang paham dan berusaha jaga situasi. Diamnya kamu kemarin, bikin aku mikir kalau kamu setuju sama ucapan Mbak Zeva, gak seharusnya aku yang di sana, tapi Tari.” Mengingat kejadian malam itu membuat Kalya kesal, sedih, dan merasa kasihan pada dirinya sendiri. Hanya saja dia berusaha menahan diri kala itu, tak ingin merusak suasana liburan Jerry yang Kalya tahu tidak mudah bagi kekasihnya memiliki waktu luang. “Kamu cuma bereaksi waktu Malik maksa aku minum, sisanya, tiap temen-temen kamu ngomongin Tari di depan aku, kamu diam.”

“Kal...” Jerry tidak menyadari jika terdapat sikapnya yang melukai Kalya diam-diam. “Maafin aku ternyata aku udah nyakitin kamu dengan sikap aku. Aku bener-bener gak bermaksud begitu. Aku gak menyetujui ucapan Zeva kayak yang kamu tuduh. Aku cuma mikir kalau Zeva emang lagi ngelantur aja, jadi aku biarin dia. Aku bodoh, harusnya aku gak berpikir sesempit itu. Maafin aku yang kurang peka.”

Kalya diam tak merespon.

“Kalya, I'am so sorry.

Kalya menghela napasnya. “Udah Mas, kamu pulang dulu aja. Aku pusing dengernya.” Wanita itu lantas berbalik meninggalkan Jerry.

“Maafin aku Sayang.”

Baru saja Kalya menutup pintu, dia dikejutkan dengan Ansha yang berdiri di belakangnya. “Sha ngagetin!”

Ansha nyengir. “Mama sama Papa lagi berantem?”

“Hah? Enggak. Kenapa emang?”

“Tadi aku liat dari jendela, Mama sama Papa kayak ngomong serius gitu. Muka Papa juga melas kayak habis diomelin.”

BAD JERRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang