9. Family Man

3K 568 96
                                    

Malaaaaaam gaes??? Nungguin??
.
.
.

Mas Jerry

Kamu sama anak-anak les di rumah atau di luar hari ini?

Coffe shop

Shareloc
Aku jemput
Jangan pulang dulu

Kamu gak kerja?

Udah selesai
Ada yg mau kamu titip gak?

Gak
Tapi bentar, aku tanya anak anak dulu

Siap

Katanya mereka gak mau apa apa

Okeee
Aku otw ya

Tiati Mas

Ansha memasang tampang mengejek ke arah Kalya. Ditatap seperti itu, Kalya tersipu dan mematikan ponselnya. “Kenapa Sha liatin aku gitu? Yang aku jelasin tadi udah paham belum?”

“Sekarang Mbak Kalya sama Papa chatan terus ya?”

“Enggak kok.”

“Yang bener? Aku sering denger lho Papa call Mbak malam-malam.”

“Gak sesering itu ya Sha. Lagian Papa kamu duluan yang call, minta ditemenin rekap data pasien-pasiennya.”

Aya berdehem. “Ini masih jam les, gak usah bahas hal-hal yang gak penting.” Kalya dan Ansha saling beradu pandang. Kalya memberi kode pada Ansha agar meneruskan belajarnya, lalu wanita berusia dua puluh lima tahun itu mendekat pada Aya, ingin memastikan apa Aya bisa mengerjakan soal yang sudah Kalya siapkan malam tiap sebelum les dilakukan.

“Yakin bintang dengan tempratur paling panas itu Alpha centauri A atau bintang kuning?” Kalya membaca jawaban Aya. Gadis yang ditanya tidak menjawab. Kalya menarik modul soal ke depannya, dia mengambil pensil dan mulai menjelaskan jawaban benarnya pada Aya. “Aya inget gak aku pernah jelasin kalau merah itu punya panjang gelombang yang paling panjang, dan ungu yang paling pendek? Di pilihan soal tadi kan ada bintang yang warna jingga, merah, kuning, dan biru. Matahari termasuk bintang yang warnanya kuning. Kita bisa mulai dari urutin dulu warna-warna bintangnya, dari yang panjang gelombangnya paling pendek ke paling panjang.”

Aya mendengarkan dengan seksama. Kalya bukan guru les pertamanya, sejak masuk sekolah dasar, sang nenek sudah memasukannya ke tempat-tempat les atau memanggil guru privat, dan dari banyaknya guru les yang pernah Aya temui, Kalya masuk ke kategori guru yang penjelasannya mudah dipahami olehnya. Hanya saja Aya merasa akhir-akhir ini perhatian Kalya mudah teralihkan ke ponsel. Aya tahu jelas alasannya, guru lesnya sedang didekati sang papa.

Tiga puluh menit kemudian Jerry datang, bersamaan dengan selesainya jam les. Tanpa duduk dahulu, Jerry langsung mengajak Kalya, Aya, dan Ansha pergi ke warung nasi pecel. “Laper banget lho Papa, dari siang belum makan. Kalian makan gak di sekolah?” Jerry melihat ke kaca spion untuk melihat kedua putrinya yang duduk di kursi belakang.

“Makan, aku beli holdak.” Ansha menyahut.

“Di sekolah kalian ada holdak?”

Ansha mengernyit bingung. “Emang di sekolah lain gak ada Pa?”

“Jarang ada lah makanan gitu, Papa aja nemunya cuma di mal.”

“Oh aku pikir itu biasa di kantin sekolah.” Kalya di kursi samping Jerry diam-diam berpikir, bagaimana bisa Ansha berpikir jika makanan seperti itu biasa di kantin sekolah. Tapi jika diingat kembali bagaimana Ansha yang tumbuh di keluarga menengah atas yang sejak kecilnya sudah di sekolahkan di sekolah swasta terbaik dan mahal, membuat Kalya memakluminya. Berbeda sekali dengannya yang sejak sekolah dasar di sekolah negeri sampai sekolah menengah atas pun negeri, dan kantin sekolah yang berisi penjual gorengan dua ribuan dapat tiga biji juga nasi uduk lima ribuan.

BAD JERRYWhere stories live. Discover now