23. Malam di Puncak

2.7K 473 113
                                    

Selamat malaaaaam!!!
.
.
.


Meski hanya dua hari satu malam, Jerry dan teman-temannya benar-benar memanfaatkan momen liburan ini sebagai pelepas penat dari sibuknya pekerjaan yang dijalani mereka setiap hari. Mereka berbincang, bersenda gurau, sempat bermain biliar juga karena itu fasilitas yang didapatkan dari vila, dan malam ini mereka bakar-bakar di taman. Jerry dan Saga bertugas membakar, para wanita menyiapkan piring, menata meja sambil membicarakan macam-macam topik, sedangkan Malik dan Gibran sibuk bernyanyi dan gitaran.

Sesekali Jerry mencuri pandang ke arah Kalya. Kedua sudut bibir laki-laki itu terangkat melihat Kalya yang tertawa dan nampak menikmati liburan, walaupun hitungannya Kalya orang baru dalam lingkaran pertemanan tersebut.

Saga menyenggol lengan Jerry. “Apaan?”

“Kapan mau nikahin Kalya?”

“Gue maunya secepatnya. Tapi dia belum mau sekarang-sekarang ini. Ditambah gue masih perlu ngeyakinin anak-anak. Ansha sih udah oke, udah manggil Kalya mama juga. Cuma Aya masih abu-abu. Aya bilang ke gue, terserah gue mau macarin siapapun, asal gak gue nikahin. Yakali gue kumpul kebo doang, makin banyak aja dosa.”

“Aya masih gak rela kali kalau ada yang gantiin posisi Tari. Gue bisa paham sih, secara Aya sebegitu deketnya sama Tari.”

Jerry mengangguk membenarkan.

“Kalau diinget-inget ya Jer, kematian Tari bikin kita semua terpukul. Gak ada yang nyangka dia bakal ninggalin kita secepat itu. Lo lagi bucin-bucinnya sama dia, bucin terus sih sebenernya, anak-anak lo juga lagi di masa sangat membutuhkan peran ibu, tapi malah terjadi kecelakaan itu. Satu yang bikin gue masih ngucap syukur meski kecelakaan hari itu udah merenggut nyawa Tari. Aya, dia masih hidup Jer walau perutnya sempat kena tusukan kaca. Gue gak bisa ngebayangin gimana gilanya lo kalau harus kehilangan anak lo juga.”

Kilas-kilas balik mengenai kecelakaan bertahun-tahun lalu, yang tak ingin Jerry ingat karena membuat hatinya sakit, kembali menghantui. Jerry mencengkram alat penjepit semakin kuat. “Jangan bahas kecelakaan Tari sekarang. Gue lagi mau seneng-seneng Ga.”

“Sorry Jer. Gue cuma mendadak keinget.”

“Mas sosisnya ada yang udah mateng?” Kalya menghampiri kekasihnya. Jerry berusaha tenang kembali di hadapan Kalya setelah sempat terdistraksi. “Itu Mbak Oliv kasian, katanya dedek bayinya udah laper.”

“Alah Oliv nih alesan aja. Udah biar gue yang anter, udah ada yang mateng nih. Kal tolong dibalikin ya yang itu.” Saga menyerahkan tugasnya pada Kalya kemudian pergi, menyisakan Kalya dan Jerry.

“Aku aja Sayang gak apa-apa, kamu duduk aja sama yang lain.” Jerry akan mengambil penjepit dari tangan Kalya, tapi wanita itu menariknya.

“Gak ah, aku mau bantuin kamu.”

Jerry tersenyum. Tangan kanannya yang bebas, menggenggam tangan kiri Kalya yang tidak memegang apa-apa. Kalya ikut tersenyum. Keduanya memanggang dengan tangan yang saling bertaut.

“Kamu sering liburan bareng gini ya Mas?”

“Iya, rutin sih tiap tahun. Kita selalu meluangkan waktu buat kumpul.”

“Anak-anak kalian emang sengaja gak diajak?”

“Kadang diajak, kadang enggak. Lebih banyak enggak sih. Soalnya kamu liat sendiri, omongan kita gak bisa disaring, pada bawa minuman juga, 'kan? Kasian kalau anak-anak pada ikut.”

Kalya mengangguk-angguk paham.

“Kal?”

“Hm?”

BAD JERRYWhere stories live. Discover now