60. Kebencian

2.5K 504 236
                                    

Puncak emosinya gajadi di part 61, soalnya kan part 58 sama 59 kemarin disatuin wkwk
.
.
.

Seli melihat ke arah putranya di kursi kemudi. Keduanya dalam perjalanan menuju rumah Kalya setelah dihubungi oleh Sadi kemarin. Wanita paruh baya itu menghela napasnya panjang. “Apa yang bakal kamu lakuin kalau orang tua Kalya setuju buat kalian pisah?” Seli sudah mengetahui semua yang terjadi. Dia tahu Kalya meminta membatalkan pernikahan dan berpisah dengan Jerry sebab putranya sudah memberitahu, bahkan dia tahu alasan Sadi memintanya datang hari ini. Jerry menceritakan semuanya. Seli sangat kecewa pada Jerry, tak menyangka putranya bisa setega itu pada Kalya yang tulus dan baik. Seli bisa mengerti bagaimana Kalya bisa mengambil keputusan tersebut. Namun, di satu sisi Seli tak rela harus melepaskan Kalya sebab Seli sudah sangat menyayangi wanita itu, masih ingin mempertahankan Kalya sebagai calon menantunya.

Jerry memukul pelan setirnya. “Aku gak mau pisah Bu!”

“Ya tapi kamu bisa apa kalau orang tuanya Kalya gak setuju hubungan kalian lanjut? Makanya, dipikir mateng-mateng dulu toh Le kalau mau berbuat sesuatu. Ini seenaknya bohong sama Kalya demi Tari. Tari wis ra ono. Gak usah kamu inget-inget terus harusnya. Fokus aja ke yang di hadapan kamu. Kalau udah gini piye? Ibu juga malu kalau harus bela kamu wong jelas-jelas kamu salah.”

“Aku juga udah berusaha Bu biar gak inget-inget Tari terus. Tapi butuh waktu.”

“Kamu jahat ke Kalya namanya. Kalau belum bisa lupain Tari, gak seharusnya kamu memulai ini.”

Jerry tak bisa membantah. Dia mengakui dirinya sudah jahat pada Kalya.

Tidak seperti sebelumnya, tiap kali Jerry datang dan ada orang tua Kalya, dia selalu disambut penuh senyuman dan kehangatan. Tak jarang pula Sadi langsung menggiring Jerry untuk berbincang, apalagi keduanya memiliki beberapa kesamaan yang membuat keduanya klop, berbicara selama apapun tak akan kehabisan topik. Tapi kini, begitu Jerry menginjakkan kakinya di rumah Kalya, dia disambut dengan tatapan penuh kecewa dari keluarga Kalya. Dewi bahkan tak menawarkan minum pada Jerry dan Ibunya. “Ibu, mau minum apa?” Kalya yang bertanya. Dia merasa kurang ajar apabila tak menyajikan apa-apa pada Seli. Kalya sangat menghormati wanita paruh baya tersebut, terlepas dari permasalahannya dan Jerry. Namun, pertanyaan Kalya mengundang rasa bersalah Seli.

“Gak usah Kal. Ibu gak enak sama kamu.”

Kalya terdiam, tak membantah.

“Langsung aja ke intinya Pa.” Dewi berujar. Amarahnya semakin jadi setelah Jerry menunjukkan diri, dan tak ingin lama-lama melihat lelaki itu di rumahnya.

Sadi menghela napas panjang lebih dulu. “Kita semua yang ada di sini pasti udah tau permasalahan yang melibatkan Kalya dan Jerry.” Jerry meneguk ludahnya sendiri. Keringatnya bercucuran, kakinya bergerak gelisah. Jantungnya serasa akan meledak. Jerry diliputi ketakutan, sangat takut ucapan Ibunya menjadi kenyataan apabila orang tua Kalya menyetujui pernikahan dibatalkan. “Jujur, setelah mendengar dari Kalya, saya sangat-sangat kecewa dengan kamu, Jer. Bahkan ke diri saya sendiri, kenapa saya bisa begitu mudahnya mempercayakan Kalya ke kamu dan mudah ngasih kamu izin buat menikahi Kalya.”

“Pa, maafin aku Pa. Aku udah sangat salah ke Kalya dan keluarga Papa. Aku nyesel Pa, aku janji bakal berubah jadi lebih baik lagi.”

“Rasanya percuma kamu janji sekarang. Sebelum-sebelumnya pun kamu pernah janji ke Papa gak bakal nyakitin Kalya, tapi nyatanya dari awal hubungan kalian berjalan, kamu udah gak jujur ke Kalya dan nyakitin hati dia.” Kepala Kalya menunduk. Dia memainkan jari-jarinya sebagai upaya menahan diri agar tak menangis. Kalya sudah sangat lelah, waktunya belakangan ini tersita karena air mata. Rasanya dia pun sudah tidak sanggup berbicara dan memilih melimpahkan kepada orang tuanya agar berbicara pada Jerry dan keluarga. “Papa gak mau ngurusin soal perasaan kamu yang katanya masih mencintai Tari, tapi di sisi lain kamu juga mencintai putri Papa, menurut Papa mencintai itu hak masing-masing orang. Tapi di sini, yang sangat Papa sayangkan sejak awal kamu gak jujur ke kami, terutama ke Kalya. Kamu tanpa mikir panjang, ngabulin semua keinginan Tari dengan melibatkan Kalya tanpa berdiskusi lebih dulu sama dia, harusnya kamu tau itu jelas menyakiti Kalya sebagai pasangan kamu yang sekarang. Sejak awal, harusnya kamu bisa memposisikan di mana Tari dan di mana Kalya. Papa gak bisa ngebayangin betapa sakitnya putri Papa saat ini. Coba kalau anak kamu yang ada di posisi Kalya, apa sebagai orang tua kamu rela?”

“Maaf Pa, maaf.” Jerry hanya bisa mengucapkan kata itu berulang kali.

“Sebagai orang tua, Papa mementingkan kebahagiaan Kalya dan mentalnya, jadi Papa setuju dengan keinginan Kalya yang ingin membatalkan pernikahan ini. Dibanding kalian harus lanjut, tiap harinya Kalya bisa makan hati, Papa jelas gak rela dan gak akan pernah rela. Kalya Papa besarkan dengan sepenuh hati, sepenuh cinta, dan Papa gak bisa melepaskan Kalya untuk tinggal seumur hidup dengan laki-laki yang gak bisa memperlakukannya dengan baik.”

Jerry tiba-tiba bersujud di hadapan Sadi, sama seperti yang dilakukannya ke Kalya tempo hari. “Pa aku mohon ampun Pa, maafin aku. Kasih aku kesempatan buat memperbaiki semuanya. Aku mohon, jangan batalin pernikahan aku dan Kalya. Aku percaya, hubungan kita masih bisa diperbaiki dan cuma butuh waktu. Jangan dibatalin Pa, diundur aja, aku mohon.” Air mata Jerry menetes. Telapak tangannya digosokkan berulang kali, tanda permohonan yang sangat. Seli hanya bisa memalingkan wajah melihat putranya. Dia tak bisa membela Jerry, kesalahan yang dibuat putranya baginya fatal dan Seli mencoba memposisikan diri sebagai orang tua Kalya, dia pun tak rela jika anaknya harus bersanding dengan sosok laki-laki penuh kebohongan seperti Jerry.

“Bukan hubungan lo sama Teteh yang harus diperbaiki Bang, cuma lo yang harus memperbaiki diri.” Raihan berujar dengan nada sedikit tinggi. “Sadar dong, lo tuh egois. Semakin lo berusaha mempertahankan Teteh, semakin keliatan lo maksa dia buat ngertiin perasaan lo. Padahal lo sendiri gak mikirin dia.”

“Aku salah, tapi aku mau berubah. Kalya, maafin aku Kal.” Jerry akan berpindah ke hadapan Kalya, tapi Raihan lebih cepat menendang lelaki itu sampai Jerry tersungkur dan orang-orang di sana spontan bangun.

“Bajingan! Gue aja muak denger lo mohon-mohon gini, apalagi Teteh.” Raihan akan memukul Jerry, tapi Kalya berhasil menahan tubuh adiknya.

“Gak gini caranya Han.” Kalya berujar.

“Lepasin Teh! Ini orang perlu dihajar supaya sadar kalau dia salah banget.” Raihan berusaha melepaskan Kalya yang memeluknya erat, menghambat pergerakannya memukul Jerry.

“Raihan enggak!” Kalya membentak. Dia melihat sejenak ke arah Jerry yang meringis kesakitan sambil memegangi perutnya. “Kamu pukulin Jerry sekali lagi, Teteh bakal kecewa ke kamu sama kayak Teteh kecewa ke Jerry.”

Tubuh Raihan yang semula menegang, perlahan dapat Kalya kendalikan. “Kalau lo tau malu Bang, lo gak usah minta-minta balikan. Biarin Teteh gue bahagia.”

“Apa lo bisa jamin Kalya bakal bahagia tanpa gue hah?!” Jerry berteriak di sela sakitnya.

Mendengar pertanyaan itu, amarah Kalya terpancing. Dia yang semula tak ingin adanya kekerasan, kini berjongkok di hadapan Jerry dan menampar pipi lelaki tersebut sangat keras. Air mata Kalya menetes. “Udah bagus kamu diam supaya aku bisa nahan diri untuk gak benci kamu. Tapi kamu malah nanya begitu? Pertanyaan yang seakan meremehkan aku. Kamu pikir aku bakal lemah tanpa kamu? Kamu pikir aku gak bakal bisa hidup tanpa kamu? Aku gak sebergantung itu ke kamu asal kamu tau. Aku bakal buktiin, aku bakal hidup bahagia, jauh lebih bahagia tanpa kehadiran kamu. Hari ini, lagi-lagi kamu membuktikan diri betapa egoisnya kamu, dan aku gak bisa lagi nahan untuk gak benci kamu. Aku benci kamu, Mas, sangat. Jangan pernah datang nemuin aku lagi dengan tujuan supaya kita balikan.” Kalya mengeluarkan sesuatu dari kantung celananya. Itu cincin tunangannya dan Jerry. Kalya melemparkan cincin tersebut ke dada Jerry. Wanita itu menatap Jerry lekat, penuh kebencian dan kekecewaan. “Aku, Kalya Maheswari, memutuskan hubungan kita dan menutup kemungkinan untuk kita melanjutkan pernikahan.”








Sukur kau jer...

Kalian yang emosi sama jerry, biar ga emosi baca tetanggaku suamiku, biar emosinya seimbang awowkwkwk

BAD JERRYWhere stories live. Discover now