7. Berproses

3.4K 604 95
                                    

Siangg yorobun!!
.
.
.

Satu minggu berlalu sejak Jerry bertanya pada Kalya apakah lelaki itu boleh mendekatinya dalam artian yang lebih serius. Tapi Kalya tidak memberikan jawaban pasti, Kalya hanya mengatakan ikuti saja alur ke depannya. Kalya tidak melarang Jerry mendekatinya, juga tidak menolak, tapi jika dalam waktu dekat ini Jerry mengajaknya ke hubungan yang lebih serius, Kalya belum siap. Tama mungkin menjadi bagian alasan Kalya belum ingin memulai hubungan yang baru, tapi itu hanya alasan sepele, alasan terbesar Kalya sedang tidak ingin memikirkan laki-laki karena pikirannya sekarang ini lebih banyak terpusat pada karirnya. Kalya merana, dia belum juga mendapat panggilan dari agensi periklanan. Padahal dia sudah mulai jenuh dengan pekerjaan sementaranya saat ini. Apalagi sekarang Aya tidak mau kegiatan les dilakukan di rumah, terpaksa Kalya menurutinya dan kini mereka sedang les di sebuah kafe. Kondisi kafe tidak terlalu ramai, hanya ada beberapa pengunjung yang juga sibuk dengan laptop dan ponsel masing-masing, sepertinya kafe pilihan Aya memang ditujukan untuk orang-orang yang ingin bekerja atau belajar tapi tetap ingin santai.

“Mbak.” Kalya menyimpan ponselnya setelah mengecek email saat Ansha memanggil. Harusnya Kalya tidak membuka ponsel selagi les berlangsung, hanya saja dia sulit menahan diri karena penasaran mengapa dia tidak kunjung mendapat balasan dari perusahaannya melamar.

“Iya Sha? Ada yang kurang paham?”

“Ini. Aku gak ngerti banget Mbak sama trigonometri. Segala sin cos, padahal hitung uang gak sesulit ini.”

Kalya tersenyum. “Iya ya, kenapa hitung uang gak susah?”

“Sebel, aku gak suka banget sama matematika.”

“Tapi kata Oma kamu mau jadi arsitek. Matematika apalagi trigonometri jadi makanan sehari-hari kamu lho nanti.”

“Gak jadi Mbak, aku gak mau jadi arsitek, soalnya banyak hitung-hitungan.”

“Bocil, gitu aja nyerah.” Aya yang sejak tadi fokus mengerjakan tugas akhirnya bersuara.

Ansha mendecih. “Ikut-ikut aja lo Mbak. Iya dah yang paling pinter sama calon dokter mah beda.”

Aya tidak memperdulikan ucapan adiknya, dia kembali fokus mengerjakan tugasnya.

“Sini Sha, Mbak jelasin lagi soal trigonometri. Jadi ada beberapa aturan di trigonometri, ada sinus...” Pembelajaran terus berlanjut. Semua tampak lancar, Kalya juga ternyata menikmati belajar di luar seperti ini. Hanya saja, kenyamanan Kalya mulai terganggu saat matanya tak sengaja melihat Tama yang baru saja masuk ke dalam kafe. Keduanya beradu pandang, tanpa banyak berpikir, Tama menghampiri meja Kalya.

“Kal gak nyangka kita bakal ketemu di sini.”

Aya dan Ansha mendongak, menatap Tama bingung.

“Ngapain lo di sini? Ngikutin gue?”

“Aku gak ngikutin kamu. Aku ada urusan di kafe, tapi syukurlah kalau ketemu gini sama kamu.” Tama tiba-tiba meraih tangan Kalya. “Ikut aku bentar ya, kita perlu ngobrol.”

“Apasih? Gak mau!” Kalya menarik tangannya kembali.

“Please Kal. Kamu udah block semua media sosial aku, kamu juga susah ditemuin, padahal kita harus memperbaiki semuanya.”

BAD JERRYWhere stories live. Discover now