28. Pelukan

2.5K 466 68
                                    

Tumben kan update siang siang
.
.
.

“Iya Sayang, aku udah makan sama Clara. Kamu juga jangan lupa makan ya. Besok aku baru ke rumah sekalian ngajar.” Di kursi samping kemudi, Kalya asik bertelepon dengan Jerry. Sementara Clara si pengemudi merotasikan bola matanya malas mendengar obrolan sang sahabat yang tidak selesai-selesai sejak keduanya keluar dari mal sekitar tiga puluh menit yang lalu. “Iya iya besok makan nasi pecel. Kamu semangat kerjanya. Yaudah aku tutup ya teleponnya. Sampai ketemu besok, muach.”

“Hoeek!” Clara berakting muntah begitu telepon ditutup.

Kalya tertawa. “Iri aja lo.”

“Dih gak ada pemicu yang bikin gue iri sama lo. Perkara nasi pecel doang mah bisa gue beli sama warung-warungnya.”

“Buset belagu amat.”

Clara terkekeh. “Udah baikan dong lo sama Jerry?” Clara tahu segalanya tentang Kalya dan Jerry, sebab Clara adalah tong penampungan keluh kesah hidup sahabatnya.

“Udah.”

“Disuap pakai apa Kal sampai mau maafin?”

“Pakai pisang.”

“Anjir...pisang anu?”

“Gaklah gila kali!” Clara ditoyor.

“Kirain beneran. Tapi emang lo gak pernah disodorin punya Jerry? Punya Tama aja pernah.”

“Ra diem gak lo?! Rahasia negara itu.”

“Udah berarti.”

“Ini gak ada topik lain apa anjay?”

“Gak, topik lo dan duda premium lebih menarik. Gimana? Lo udah deketin si Aya?”

Kalya langsung sepenuhnya menghadap Clara. “Ra, setelah gue pikir-pikir ya, lo dan Aya ini sama. Bokap lo dan Jerry sama-sama memulai hubungan lagi setelah istri-istrinya meninggal. Lo gak deket sama nyokap sambung lo, dan Aya juga susah buat gue deketin. Gue mau nanya nih, apa yang bikin lo gak deket sama nyokap baru lo? Siapa tau gue bisa belajar dan memahami isi hati Aya.”

“Alasan gue gak deket sama istri baru bokap yang pertama, umur dia cuma beda tiga bulan doang sama gue. Jadi gue ngerasa canggung dan geli, ngebayangin bokap kayak nikahin anaknya sendiri. Kedua, nyokap gue, satu-satunya nyokap kandung gue cinta banget sama bokap bahkan sampai akhir hayatnya, padahal bokap gue tuh brengsek main cewek sana-sini, jadi gue marah dan kesel dong berasa cinta nyokap gue di sia-siain. Ketiga, gue tau istri baru bokap itu gak bener-bener cinta sama bokap gue, cuma morotin harta aja, dan tukang adu domba gue dan bokap. Sebelum gue pindah ke apart ya, tuh orang fitnah gue udah ambil perhiasannya. Padahal tuh perhiasan dia jualin di beliin ke barang-barang branded, sengaja banget emang bilang ke bokap kalau gue yang ambil supaya dibeliin lagi.” Clara mengambil napas sejenak. Dia emosi jika mengingat kelakuan ibu sambungnya. “Kal, problem gue dan Aya jelas beda sih. Lo gak bejat kayak istri baru bokap gue. Lo baik, gak aneh-aneh, boro-boro mau ngadu domba orang, ngadu cupang aja lo gak paham dan yang penting, lo tulus cinta ke Jerry, bukan karena materi semata. Gue yakin, lo juga sayang ke anak-anaknya Jerry. Gue gak tau yang bikin Aya susah di deketin itu apa. Lo harus cari tau sendiri, dan berusaha memahami perasaannya. Kalau dari yang gue tau ya, pendekatan ke anak seumuran Aya tuh perlu dari hati ke hati. Sekeras apapun orang, kalau hatinya udah kena cinta, bakal lembut kok.”

Kalya diam, mencerna perkataan Clara. Baru setelahnya dia bertepuk tangan. “Bijak lo, cocok nyari duda juga.”

“Ish ogah! Gue mau spek berondong macam So Jung Hwan.”

BAD JERRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang