60. Terlepas?

176 13 13
                                    

Ting Tong! Ting Tong!

Bel kamar apartemen nomor 604 berbunyi memecah kesunyian. Sang pemilik mendekati pintu, mengintip siapa yang datang, baru ia membuka pintunya.

Ceklek

"Azzura!?!" pekiknya terkejut, kemudian memeluk gadis berwajah pucat pasi.

"Astagaa, lama banget ga ketemu. Lo kemana aja?!" Senyumannya nampak tulus melengkung di bibirnya.

"Lo gapapa kan?"

"Yangg, bicara di dalem aja. Bahaya buat Zura lama-lama di luar." Ia mengangguk dan menuruti perintah kekasihnya.

"Kurus kering ga terawat gini, lo mandi dulu nanti gue siapin baju lo." Gadis bernama Zura itu hanya terkekeh, lalu melenggang masuk ke kamar mandi.

"Gimana caranya kamu bawa Zura ke sini?" tanyanya.

"Ya gitu, tapi aman!"

"Cctv?"

"Aku hapus semua, ganti sama rekaman rekayasa"

"Tapi kamu ga akan di apa-apa in kan?" Ia khawatir jika kekasihnya tergores sedikit.

Ia hanya menggeleng gemas melihat tingkah kekasihnya. "Kamu tenang aja, untuk sementara ini aku titip Zura disini gapapa kan?"

"Gapapa, Zura kan juga sahabat aku."

"Selang beberapa menit, Zura keluar dari kamar mandi. Wajahnya lebih segar daripada tadi pertama ia datang.

"Udah selesai? Sini gue bantu keringin rambut lo." Zura duduk di lantai dengan alas karpet berbulu, sedangkan Anya duduk di sofa sambil mengeringkan rambutnya.

"Gaza, apa Kastara udah ada pengganti gue?" Gaza menatap Anya seolah ia bertanya bagaimana cara menjawabnya.

Gaza mengangguk ragu. "Syukur deh, gue pikir dia bakal nungguin gue." Tidak dapat di pungkiri, walaupun ia berkata seperti itu hatinya tetap masih berharap sebaliknya.

"Siapa cewek itu?"

"Sasa, sahabatnya Dea"

"Gue bersyukur Kastara bisa lupain gue dan cari penggantinya lebih baik dari gue." Anya dan Gaza hanya bisa ikut tersenyum saja.

"Kenapa lo malah seneng Kastara ada cewek baru?" tanya Anya.

"Karena gue udah ga pantas lagi sama Kastara." Gaza dan Anya tertohok oleh penurunan Zura.

Gaza memberikan waktu untuk mereka berbincang-bincang, dan melakukan hal sesuka hati. Gaza pulang karena sudah terlalu malam.

"Bang, ke apartemen gue sekarang bisa?" ujar Gaza pada sambungan telepon.

"Gue tunggu besok, kamar nomor 604."

***

Matahari masih malu-malu menampakkan diri, tapi sepasang pasutri ini sudah bangun dan melakukan aktifitas mereka.

"Mau kemana pagi-pagi?" Ade melirik kearah istrinya yang sedang merapikan tempat tidur.

Menghampirinya, memeluknya dari belakang sesekali mencium aroma jeruk di rambut istrinya. "Ke apartemen Tara, di rumah aja istirahat, kalau bosen suruh Toge dkk kesini."

"Jangan terima tamu cowok selain Delandaz," pesan Ade. Dea mengangguk paham.

"Iya, hati-hati" Ia mengecup pipi, dahi, bibir serta perut Dea sebelum pergi.

2 jam setelah kepergian Ade, Dea bosan dan mager keluar. Ia mengundang siapapun, berapapun Anggita Delandaz untuk ke rumahnya.

"Tumben lo nyuruh kita kesini, biasa juga lo yang kesana," heran Bayu. Walau heran ia juga seneng, bisa makan gratis.

DEADE [END]Where stories live. Discover now