49. Semua Tentang Kami

642 42 11
                                    

Kesetiaan dan ketulusan akan kalah dengan kecantikan

Dunia milik si cantik? Tenang aja,kita sama-sama ngontrak kok

***

Tempat yang sama,namun keadaan yang berbeda. Taman penuh bunga yang dulu sering dikunjunginya bersama Elbra,kini masih sama tidak ada yang berubah.

Suara gemericik air mancur yang ada di tengah taman membuat suasana semakin asri,terlebih letak taman jauh dari perkotaan. Udaranya sejuk tanpa polusi.

"Hai," sapa seseorang.

Bibir Dea menyungging senyum,yang ia kira itu mustahil kini ia bisa berdiri berhadapan dengan orang yang ia sayangi.

"Kangen sama gue,sampai lo berharap kita bertemu?" Dea memeluk Elbra dari samping mengangguk lesu. Tangannya mengelus pelan surai rambut Dea yang lembut.

"Pasti lo ada masalah,cerita." Elbra membernarkan posisi duduknya.

"Qila.."

"Oke,gue paham. Pasti dia nuduh lo dan Delandaz penyebab kematian abangnya." Dari mana Elbra tau? Itu yang terpancar dari sorot mata Dea.

"Asal mulanya adalah dari dia sendiri,pembunuhan ini udah diprediksikan dari jauh-jauh hari"

"Orang terdekat lo mengetahui secara detail tentang tragedi tiga tahun silam," bisik Elbra.

Ia melirik ke arloji yang melingkar dipergelangan tangannya, "Gue ke Belanda dulu,pesawatnya terbang beberapa menit lagi."

Dea memukul lengan Elbra,"Stres lo?! Udah jadi mayat masih ngimpi mau naik pesawat!"

"Sirik!"

"Hati-hati,pesawatnya jatuh"

"Bodo,gue udah mati." Dea hanya mengangguk iya.

"Sampai jumpa cantik"

***

"Lo ditunggu dia di ruangannya." Bunny menyampaikan pesan pada Qila yang baru saja datang.

Ceklek

"Ada apa?" Bukannya menjawab ia malah melempar pisau lipat, beruntung Qila menghindarinya dan tertancap di pintu kayu.

"Tau apa kesalahan lo?" Qila mengangguk santai.

"Ga terima? HAM juga menyatakan perasaan," balasnya membuat jubah hitam mengepalkan tangannya.

"Buat rencana baru!" Pintu tertutup dengan kasar setelah jubah hitam keluar.

Qila menyidik kan bahunya acuh, kemudian ikut keluar dari ruangan.

Bunny dan Pak Patrick sudah menunggu di meja panjang dengan sinar proyektor yang sudah menyala.

"Target pertama,kunci dari segalanya!" Jubah hitam menunjuk beberapa foto.

"Tragedy three years ago"

***

Mata Dea terbuka sempurna, menghela nafas pendek. Itu semua hanya halusinasinya saja,ia pikir semua itu nyata. Andai kehidupan seindah mimpi dan kita bisa membuat skenario sendiri.

"3 pagi?" gumamnya.

Prang!!

Bruk!!

"Pasti kucingnya pak Eko pecahin toples lagi," gerutu Dea berniat untuk mengecek apa yang terjadi. Kucing pak Eko yang bernama Mukidi berbulu hitam pekat yang sangat bandel dan mempunyai kelakuan absurd. Sering pak Eko anggap Mukidi layaknya seperti anak sendiri,jika malam pasti digendong dan diberi susu menggunakan botol bayi.

DEADE [END]Where stories live. Discover now