57. Telah Terungkap

353 28 2
                                    

"Bang lo ngapa dah, mondar mandir kesana kemari kaya setrikaan," ujar Gaza saat melihat Ade berjalan kesana kemari tanpa tujuan yang pasti.

Ade menyugar rambutnya frustasi. "Ga espek sama reaksi Dea saat dia tau siapa gue..."

"Mungkin ini udah waktunya, bang." Salah satu dari mereka menimpali.

"Belum, ini bukan waktunya Dea tau siapa gue," ujarnya semakin frustasi.

"Seharusnya dia tau saat semuanya udah selesai!"

Entah apa yang bakal Dea lakukan saat tau siapa dirinya yang sebenarnya.

"Kenapa harus nunggu semuanya selesai dulu, baru kasih tau Dea?" tanya Dia. Sudah bertahun-tahun ia berteman dengan Ade, tapi baru kali ini melihatnya frustasi.

"Gue ga mau dia kecewa.." lirihnya, mengusap wajahnya gusar.

Dafa merangkul Ade sebentar. "Tapi dengan kaya gini lo buat Dea tambah kecewa."

"Jelasin dari awal, ga mungkin Dea ga tau semuanya," tambahnya. Walau ia tidak begitu dekat dengan Dea, adik dari Elbra kalau udah marah mau di sogok pake kekayaan tujuh turunan juga ga mempan.

"Hooh, pasti ada beberapa pertanyaan yang dia kasih ke lo." Gaza menimpali.

"Busett, napa muka lo jadi muram gitu? Ini bukan sidang skripsi sama dosen killer, bang. Santai aja," ledek Devin yang baru saja keluar dari dapur.

Devin memang salah satu dari Venus, geng motor yang diketuai oleh Gaza.

"Dia pasti marah besar sama gue.." ucapnya pasrah.

"Tenang aja, kita punya temen yang ahli luluhin hati perempuan." Dafa menaik turunkan alisnya kearah Dia.

"Gue harap begitu"

***

Sampai di rumah, ia melihat Dea sedang duduk di ruang tengah sambil menonton film kesukaannya. Tak lupa dengan banyak sekali cemilan disekitarnya.

Ade menghampirinya, merebahkan tubuhnya disamping Dea dan menjadikan paha Dea sebagai bantalan.

Ade menghampirinya, merebahkan tubuhnya disamping Dea dan menjadikan paha Dea sebagai bantalan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Apa?"

"Ada yang mau aku bicarain," ujar Ade menatap Dea dari bawah. Tampak cantik.

"Gue cape mau tidur." Dea menyingkirkan kepala Ade yang tidur di pahanya, bangkit dari duduknya untuk segera ke kamar.

Ade menahan lengan Dea, menatapnya lembut. "Aku mohon"

"Gue kasih waktu 10 menit dari sekarang." Ade mengangguk iya.

"Tinggal 7 menit!" ketus Dea saat lama menunggu Ade berbicara.

"Aku minta maaf..." ucapnya sambil menunduk memainkan kedua tangan Dea.

"Untuk?"

"Aku udah sembunyiin siapa aku, Delandaz, bahkan masa lalu aku," tuturnya membuat sudut bibir Dea melengkung tipis.

DEADE [END]Where stories live. Discover now