53. Damai dan selesai

428 30 22
                                    

Musuh itu ga selalu keliatan jahat, ada juga musuh yang baik, kaya temen sendiri. Mungkin?
-Gaza

"Pagi bang," sapa Gaza saat mengetahui ada orang lain di rumah itu.

"Asem banget muka lo, ngapa dah?" Gaza duduk di samping orang itu sambil memangku snack kripik kentang.

"Apa rencana kedepannya?" Tangan Gaza yang ingin menyuapkan kripik kentang itu terhenti.

"Hal besar bang," jawabnya lesu.

Alis laki-laki itu terangkat seakan meminta penjelasan. "Gue ga bisa lagi kalau gue harus ada di pihak mereka bang, gue mau ada di pihak lo!"

"Lo ada di pihak gue, tapi hanya bayangan. Nyatanya lo ada disana, kenapa? Karena lo kunci dari semuanya. Lo berjasa besar dalam hal ini!" Gaza menunduk sedikit.

"Mereka bertiga semakin gila bang! Mereka terobsesi untuk bunuh Delandaz, bahkan bang Ade sama Dea!" Laki-laki itu sedikit terkejut dengan apa yang Gaza ucapakan.

"Lama-lama gue ikutan gila bang," lirihnya seakan putus asa.

"Gws ya dik," ucapnya gurauan.

"Banggg," rengek Gaza seperti ingin sekali ia menampol wajah orang yang ia panggil bang itu.

"Cuma lo yang bisa bantu kita semua." Pikiran Gaza mulai berputar.

"Lo mau Delandaz hancur?" tanyanya.

"Delandaz juga keluarga gue bang, gue ga bakal biarin siapapun hancurin keluarga gue!" ujar Gaza.

"Gue pun juga begitu, jadi lo harus kuat ga boleh ngeluh walau ujung-ujung nya lo yang budrek." Sekali lagi ia mengejek Gaza.

"Abanggggg!!!"

"Alam bakal bangga liat lo bisa gagalin rencana mereka!" ucapnya dengan bangga.

"Bang Alam udah jadi tanah!" ketus Gaza.

***

Di markas Delandaz semuanya masih tidur, hanya beberapa saja yang terbangun lalu tidur kembali. Markas itu mulai sepi saat selesai azan Subuh. Tak tau apa yang mereka kerjakan sampai pagi seperti itu.

"Anjir! Gue kira siapa, ternyata lo." Komar baru saja turun dari lantai tiga. Pagi-pagi kalau Komar turun pasti cari koran sama kopi.

"Pagi-pagi kesini cari apa?" tanya Edo yang berjalan dibelakang Angga.

"Alan, Toge, Siwa, Bayu, Angga, suruh ke atas 5 menit dari sekarang!" ujar Dea sambil berjalan naik ke lantai 5.

Komar mencari nomor dilayar ponselnya, kemudian menelfon pemilik nomor tersebut. "Huru hara suruh ke atas ketemu sama bos, 5 menit dari sekarang telat jadi pepes!"

Ceklek

Pintu ruangan Dea terbuka menampakkan geng huru hara dengan muka banyak mereka. Sesekali menguap, lalu mengucek mata agar pandangan lebih jelas.

Dea memutar kursi putarnya menghadap mereka, "Beberapa bulan ini apa kalian cari tau tentang semua kirim aneh itu?"

"Apa yang kalian temuin?" Mereka menggeleng lambat karena Majah ngantuk berat.

"Identitas mereka?" tanya Dea sekali lagi untuk memastikan.

"Hanya 4 orang, sisanya sulit karena selalu berpindah tempat dan juga ganti semua identitas mereka," jawab Alan sambil mengingat-ingat. Kalau bangun tidur langsung suruh mikir tu ga encer cuakss.

"Siapa 4 orang itu?"

"Jubah hitam, Bunny, pak Patrick dan juga..." Toge berusaha keras untuk mengingat siapa orang terkahir itu.

DEADE [END]Where stories live. Discover now