4. part 3

2.3K 148 11
                                    

Assalamu'alaikum
Jan lupa vote and komen
Sorry typo
Happy reading!!!!

Dea dkk. Atau Dea bersama Delandaz. Mereka sedang berkumpul dimarkas utama.

Mansion seluas tiga hektar dengan dinding pembatas yang amat sangat kokoh. Ribuan pohon mengelilingi sebagai kamuflase agar tidak ada yang tau disana ada markas Delandaz.

"Bos, btw bahiswer nih. Kita kapan baku hantam lagi?" tanya Imal pada Dea.

Dea meletakkan kotak susunya di meja. Lalu memasukkan krupuk cincin dengan pedas level dewa.

"Kalau lo gabut, baku hantam sama samsak. Jangan cari masalah," balas Dea.

Imal mengkerutkan bibirnya,kesal. Jujur saja kangen baku hantam.

"Dimana-mana orang kangen sama pacar ini kangen sama baku hantam." Edgar menggeleng heran pada sahabatnya itu.

"Ga punya pacar siapa yang mau dikangein." Alan berseru disusul dengan gelak tawanya.

"Oh iya, gue lupa kalau si Imal jomblo tingkat akut," timpal Edgar ikut tertawa bersama Alan.

Imal memincingkan matanya, "Emang lo punya doi, ha?!"

Edgar dan Alan nampak berfikir sejenak. Apakah mereka punya doi? Entahlah.

"Kaga ada doi sok-sokan bully yang jomblo," cerca Siwa yang sedang menikmati angin kecil dari kipas pink.

"Lan lo ga punya doi,terus itu gelang item tanda apaan?" goda Edo setelah melihat gelang hitam melingkar dipergelangan tangan Alan.

"Gelang item doang, pawang ga punya," cerca kembali Siwa dengan mengacungkan ibu jari yang terbalik (👎) membuat semua tertawa meledek Alan.

Alan hanya bisa merenggut sebal saja. Lihat nanti, jika ia mempunyai doi tidak akan mau mentraktir mereka.

"Udah-udah, muka si Alan merah noh." Dea juga ikut tertawa lepas melihat wajah Alan yang memerah padam.

Alan dengan refleks menghidupkan kamera ponselnya guna melihat wajahnya sendiri. Sial! Kenapa merah sekali.

"Anjing!" desis Alan.

"Lo anjingnya!" Dea berseru membuat semuanya kembali tertawa.

Alan pergi entah kemana sambil menghentakkan kakinya kesal. Kenapa selalu dia yang menjadi bahan bully an? Karna seru,wkwk.

"Bay lo kemarin kemana aja? Kaga pernah ikut kumpul." Edo bertanya pada Bayu yang baru saja keluar dari dapur.

"Kepala gue lagi pesta njir. Jedag-jedug mulu," balas Bayu.

"Lah kepala bisa pesta ya?" Siwa bertanya dengan wajah sok polosnya.

"Salah jawab gue." Bayu mengerutuki dirinya sendiri.

Adgar mendekat ke arah Siwa yang sedang duduk manja, menikmati krupuk yang sama dengan Dea.

"Maksud si Bayu itu pusing tujuh keliling."

Siwa menatap aneh kearah Adgar, "Tadi lu bilang palanya jedag jedug sekarang elu bilang pusing tujuh keliling."

Semua menepuk dahi pelan. Bego or polos? Jadi bikin orang trauma ngomong aje lo.

"Intinya gue pusing," putus Bayu tak mau berdebat.

"Lo demen begadang si," ujar Dea membuka suara.

Bayu menghela nafas kasar, "Gimana ga begadang? Cewek-cewek pada chat gue semua, mau ga mau harus gue layanin dong."

"Terus lo ga tidur gitu?" Bayu mengangguk iya.

Bayu memang bukan tipe cowok yang sering begadang kecuali, perkara cewek. Udah beda konsep.

"Udah tau punya darah rendah sok-sokan begadang mau cepat ketemu malaikat?" Dea mengomel dengan satu tarikan nafas.

"Kangen kali," timpal Imal.

"Kangen,gundul mu!" upat Bayu dengan logat khas Jawa nya. Ia melempar bantal sofa ke arah Imal.

"Sabar ndes, kaga usah ngegas lo lagi rebahan kan." Komar berkomentar dengan gaya bicara khasnya.

"He,kolom komentar! Nyamber aja lo kek listrik." Bayu melempar bantal sofa lagi, tetapi beda korban.

"Gue kolom komentar yang selalu dipenuhi oleh mereka yang memiliki rasa empati." Komar memulai acara lebarnya.

"Rasa empati ketika author yang sudah menulis serta berfikir agar membuat cerita yang bagus dan menarik." Komar seakan menyiratkan isi hatinya. Isi hati yang paling dalam, sedalam samudra Hindia.eak.

"Tapi sayang, perjuangannya seakan tak dihargai. Mereka hanya membaca sekilas tanpa meninggalkan jejak votmen!" Komar meletakkan kepalan tangannya di depan dada dengan dramatis.

"Lebay njing!" Alan yang baru keluar dari goa itu, langsung melempar kaleng soda. Namun,dengan kecepatan ninja Komar ia menangkap dengan cepat dan mulus.

Seperti muka-muka seleb luar negrai. Kau tau luar negrai? Kalo kaga, tanya sama author.

Komar meneguk soda itu sampai kandas. "Ye, gue kan cuma menyampaikan apa yang ada di hati para author."

Udin memincingkan matanya. "Elu author ya?" tuding Udin pada Komar.

"Heyyo, nyimpen golden tiket ya?" tuding Dea, gurauan.

Komar menatap sang leader takjup. "Heyyo, lo kok tau golden tiket demen baca gituan ya?"

Semua seakan dibuat bingung, Golden tiket? Golden tiket apa? Baru denger ada golden tiket free.

Dea menggeleng pelan. "Kikil sama micin yang demen gituan."

Siwa bertanya kepo, mewakili semuanya. "Golden tiket apaan si?"

"Golden tiket itu," ucapan Komar tercekat saat melihat tatapan tajam dari Dea. Seakan berkata 'ga usah ngeracunin anak orang!'

"Siwa polos banget si lo, mangsa baru nih tapi sayang si bos tidak mengijinkan gue buat ngasih tau lo," ucap Komar sok dramastis.

Siwa mengekrutkan bibirnya kesal. Ia memang terlahir untuk menjadi orang yang sangat polos.

"Sok dramastis!" cerca Bayu untuk Komar.

"Bye guys, hai ladies muachh!" teriak Toge bernada membuat semua menatapnya datar.

"Bahas apaan nih cuy, seru bener." Toge duduk di karpet bulu tebal dan ikut nimbrung.

"Ini ada orang botak jambak-jambak an,asli rambutnya kagak ada yg rontok," jawab Dea ngawur,semua langsung tertawa lepas mendengar celetukan Dea.

"Orang botak maen jambak-jambak an. Apaan yg mau dijabak woy?! Ngadi-ngadi aje lu!" Emar menyeka air matanya yang keluar akibat kebanyakan tertawa.

"Tau nih si bos aneh." Siwa menimpali dengan wajah sok polosnya.

Alan menggeleng heran dengan tingkah leadernya, "Otaknya."

Emar memegangi perutnya yang keram karna banyak tertawa, "Otak gue nape?" tanyanya polos.

"KALO ORANG BOTAK JAMBAK-JAMBAK AN, TUHH YG DI JAMBAK OTAKNYA!!" Dea berseri sambil tertawa keras.

Astaga, mereka ini membahas apa jadi apa, wkwk.

"Lu pecahin tengkorak nya dulu, bego!" Damar melempar kulit kacang dengan sembarang ke arah sang leader. Ga tau aja nanti dibalik layar, abis Lo.

"Lu yang bego," balas mereka semua kompak.

"Emakkkk anakmu di bully!!!!" Damar berseru dramastis memanggil emaknya di rumah. Semua dibuat tertawa kembali dengan suara keras ditengah-tengah kesunyian.

☁ ☁ ☁

Disisi lain. Ada pemuda sedang memandang foto yang sudah lama. Masih hitam putih. Ada dua remaja dengan wajah suka cita di kelilingi oleh bunga sakura yang bermekaran.

"Kasih tau gue, caranya supaya gue bisa jagain dia bang," lirihnya seakan putus asa.











170821

thanks for reading

DEADE [END]Where stories live. Discover now