58. Semua Sama saat di Lapangan

192 18 1
                                    

"Gue selalu ada dimana kalian berada, gue tau apa yang selama ini terjadi. Jangan lengah!"

"Elbra–Alam"

Dafa selesai membaca sepucuk surat, lalu ia lipat kembali dan memasukkannya ke dalam amplop seperti saat ia menerimanya.

"Gue yakin kalau bang Elbra dan bang Alam selama ini ada disekitar kita tanpa kita ketahui," ucapnya penuh keyakinan.

"Bang, kecelakaan mereka itu bukan kecelakaan kecil yang memungkinkan mereka untuk selamat." Semua setuju akan penuturan Gaza.

Tapi Ade menggeleng. "Mereka bukan orang yang mudah pergi begitu aja."

"Apa lo tau rencana mereka sebelum kecelakaan itu terjadi?" selidik Dafa.

***

"GGGAAABBBUUUTTT!!!!!!!"

"Kenapa babi diciptain kalau babi itu haram!?" tanya Siwa sambil belaga sok mikir keras.

"Biar kita tau mana yang baik dan buruk!" semprot Angga.

"Siapa yang nyiptain nama? Kenapa orang harus punya nama? Dan kenapa nama itu namanya nama?" Siwa kalau mau berantem bilang aja deh.

"Kalau orang ga punya nama, lo mau panggil orang gimana?! Woy! Sini lo! Yang ada semua orang nyamperi lo bego!" Amarah Angga mulai memuncak akibat pertanyaan random dari Siwa.

Siwa melirik ke arah Toge dengan ponsel sendernya.

"Cara ngalahin batu ginjal cok?" Siwa bertanya random lagi di live Toge.

"Gimana?" Si Toge malah ngeladeni.

"Pake kertas ginjal cok!"

Toge merasa di bohongi, ia melempar bantal sofa ke Siwa. "Gue juga bisa ngalahin kertas ginjal lo anj, pake gunting ginjal!"

"Bahas bahas ginjal, mau pada jual ginjal!?" omel Angga yang jengah dengan pertanyaan random Siwa.

"Iya nih, tapi sayang. Mau jual mata aja!" balas Siwa tanpa beban.

"Jual aja semua organ dalam lo biar kaya." Alan ga salah, tapi kok nyebelin ya.

"Iya si kaya, tapi mati bego!" Siwa melempar bantal sofa yang tadi Toge lempar kearahnya.

"Gabut ga?" Sekarang giliran Dea yang bertanya.

Siwa mengangguk sebagai jawaban. "Tapi mager mau keluar, udah pewe rebahan."

"Pengen buat mie," celetuk Dea tiba-tiba.

"Set dah, ayo buat!!" Grata semangat 45 soal makanan.

"Tapi ga mau buat disini." Mereka menatap Dea meminta jawaban.

"Terus?"

"Ikut gue!"

***

Setelah perjalanan yang agak singkat, mereka tiba di suatu tempat yang ga asing. Semua yang kesana berulang kali mengucek mata. Ini bener kita kesini? Ngapain? Kayunya mana? Katanya mau buat api unggun.

"Ngapain heh kita kesini?" Angga tak habis pikir dengan Dea.

"Kita buat mie disini." Semua terkejut akan penuturan Dea.

Toge menyenggol lengan Grata untuk diam. "Udah si, nurut aja!"

"Iya bumil, iya. Kita mah nurut aja," bisik balik Ojik sambil menyiapkan alat-alat untuk camping dadakan ini.

Setelah memberikan surprise Dea melenggang sebentar, ia sedang asik mencium bau bensin. Entah sejak kapan ia suka bau bensin.

"Kalau nyawa dibalas nyawa, berarti bakar di balas bakar bukan?" Senyum gembira terbit di bibir Dea saat bau bensin itu menyebar luas.

DEADE [END]Where stories live. Discover now