55. Jangan Berharap Lebih

427 20 2
                                    

Jangan pernah membahas masa lalu dengan orang yang saat ini sedang bersama. –Dea

Langit mendung yang selalu menjadi saksi kisah cinta Kastara dan Azzura yang telah lama hilang.

Tara berjongkok diikuti Ade didepan gundukan tanah yang terawat dengan nisan bertuliskan nama Azzuraida. Mantan kekasih Tara yang telah pergi untuk selama-lamanya.

"Selamat ulang tahun cantiknya Kastara," ujar Tara dengan senyuman yang selama ini hanya ia perlihatkan didepan Azzura.

Ia membawakan bunga mawar putih kesukaan Azzura. Dulu ia berpesan untuk selalu membawakan bunga mawar putih saat berkunjung dirumah barunya.

Tara kembali mengelus nisan tersebut,tersenyum seakan-akan ada Azzura didepannya. "Semoga kamu tenang disana, walau umur kamu ga panjang lagi."

Helaan nafas dapat Ade dengar sangat berat dari Tara, "Aku udah ikhlas kamu pergi."

Ade mengelus bahu Tara untuk menyalurkan ketenangan dan ketabahan.

Pandangannya teralih pada dua gundukan tanah di samping makam Azzura, kedua sahabatnya. "Buat kalian, Dika dan Al jagain Azzura buat gue."

'Gue bersyukur lo udah ikhlasin Azzura walau belum mau buka hati lagi' batin Ade.

"Apa Azzura bisa kembali?" tanya Tara untuk kesekian kalinya, ia selalu bertanya hal yang sama jika sedang berkunjung ke makam Azzura.

"Gue udah seneng lo bisa ikhlasin Azzura, tapi untuk itu ga bisa." Tara menunduk menatap bunga yang baru saja ia taburkan.

Ia kembali menghela nafas berat dan gusar, mungkin ini yang seharusnya terjadi roda kehidupan selalu berputar bukan?

"Gue akan coba buka hati, tapi ini yang terakhir kalau gagal gue ga akan berjuang lagi," kata Tara serius Ade menganggukinya.

"Gue akan selalu dukung lo." Ade menepuk bahu Tara pelan.

"Gue bakal ikut campur jika kedepannya terjadi hal seperti dugaan gue selama ini." Lirikan tajam Ade langsung tertuju pada Tara.

"Ga perlu!" tegas Ade.

"Penyebabnya itu gue dan gue harus tanggung jawab," sanggah Tara dengan nada tegas dan tak mau dibantah.

"Itu bukan salah lo!"

"Salah gue karena udah nurutin kemauan Dev," ujar Tara.

Ade menyugar rambutnya frustasi, Tara belum bisa melupakan sosok Dev yang selama ini selalu ada disisinya. "Dev udah pergi selamanya, dia juga ga akan balik lagi!"

"Dia masih ada," lirih Tara membuat Ade diam membisu.

***

Malam harinya, Dea sedang nongki-nongki santai di markas menikmati masa-masanya, bebas dari Ade yang banyak maunya. Ia sekarang sudah berani keluar malam kalau alasanannya ke markas, kalau main ke tempat lain pasti langsung dikurung.

"Mak bos!!! Mak bos!!!" teriak Komar dan ojik bersamaan sampai membuat heboh.

"Apaa???"

"Alan! Alan, Mak!!" hebohnya Komar bikin semuanya kepo. Padahal yang dicari Dea.

"Alan kenapa?!" Dea mulai panik. Barangkali tu bocah salto kayang.

"Alamakkkk!! Lupa lagi gue!" Itu salah satu ciri khas Komar kalau panik pasti lupa.

"Alan kenapa?!"

"Alan udah nemuin itu!!" Ojik menunjuk arah ruangan kelima anak itu.

"Apa?"

DEADE [END]Where stories live. Discover now