🍂Lima Puluh Satu🍂

8.5K 568 12
                                    

Jasmine siuman.

"Mami, peluk Mine," kalimat pertama yang keluar dari bibirnya begitu aku datang, "Mine kangen Mami," ucapnya lagi.

Aku langsung membuang tasku ke sembarang arah lantas berjalan cepat menuju bangkarnya. Aku memeluk tubuh mungil itu. Kecupan-kecupan kecil aku berikan di puncak kepalanya. Merasa bersyukur melihat anak ini bisa kembali sadar.

"Papi, peluk Mine juga," ucap Mine saat melihat Kak Gandra masuk ke kamar. Aku langsung melepaskan pelukanku, tetapi Mine menahan tanganku, "peluk Mine berdua. Mami sama Papi peluk Mine."

Aku kan Kak Gandra saling berhadapan lantas aku memeluk Mine dari sebelah kiri, sedangkan Kak Gandra dari sebelah kanan. Pelukan hangat ini membuat hatiku tersentuh, aku terharu dan bahagia dalam waktu yang bersamaan. Tanpa sadar air mataku luruh juga.

Aku sayang Mine.

Semua orang tahu itu.

Walaupun, awalnya aku mengurus dan merawatnya semata-mata hanya karena mendapatkan uang. Namun, timbal balik berupa cinta dan kasih sayang yang diberikan Mine kepadaku, membuat aku semakin lama semakin mencintai dan menyayangi gadis itu selayaknya anak sendiri.

"Mine sayang kalian," aku mengangguk merespons ucapannya, "jangan meninggalkan Mine ya."

Kali ini aku memilih untuk tidak merespons.

Beberapa saat kemudian, Kak Gandra lebih dahulu melepaskan pelukan kami dan disusul olehku. Tidak ada banyak percakapan yang kami bertiga lakukan karena memang kondisi Mine masih sangat lemah.

Kak Gandra menarik kursi lantas dia duduk di sebelahku. Aku enggan menoleh sampai akhirnya dia mengambil tanganku dan menggenggamnya erat. "Jangan tinggalkan Mine, Nda."

Aku melirik ke arah Mine, jaraknya cukup jauh, aku bisa pastikan dia tidak akan mendengar obrolan kami. "Kalau kita bercerai," aku melirik sekilas ke arah Kak Gandra, "aku akan tetap ada buat Mine. Dia sudah aku anggap seperti anak sendiri."

"Tapi," helaan napas terdengar dari mulut Kak Gandra, "tapi kamu sudah enggak bisa ada 24 jam buat dia."

"Iya, enggak apa-apa. Ibu kandung pun enggak selalu bisa memberikan 24 jam waktu yang dia punya buat anaknya," pembelaanku tidak mau kalah, "mungkin Kakak bisa cari perempuan lain, yang bisa selalu ada buat Mine, tapi perempuan bukan aku."

"Manda."

"Kak Gandra, sudahlah. Kita saat ini hanya sedang menunda perpisahan."

"Manda," dia menggeser kursinya lebih dekat lantas netranya menatapku lekat, sangat lekat, sampai-sampai dia tidak berkedip, "apa yang membuat kamu bisa bertahan di pernikahan ini?"

"Enggak tahu."

"Kalau uang enggak lagi buat kamu bertahan. Kamu minta apa?"

"Yang pasti bukan materiil."

"Lantas apa?"

Aku bangun dari dudukku. "Seharusnya aku enggak perlu berulang kali bilang sih. Seharusnya Kakak enggak sebodoh itu untuk tahu jawabannya," ucapku lantas memilih memindahkan kursi dan duduk di sebelah bangkar Mine.

Keesokan paginya aku dan Kak Gandra bekerja sehingga Mine dijaga oleh Mom dan Dad. Siangnya saat aku pulang dari sekolah aku langsung pergi ke rumah sakit. Dari arah depan kamar sudah terdengar suara gelak tawa dari arah dalam. Suaranya mirip seperti suara Mine dan juga Rosa. Aku tersenyum kecil, kondisi Mine sudah lebih baik daripada kemarin, buktinya dia sudah aktif tertawa.

"Mami, mami!" panggil Mine saat aku baru masuk ke dalam kamar, "Papi mana?" tanyanya.

Aku menunjuk ke arah luar kamar. "Lagi mengobrol sama dokter," jawabku. Aku berjalan lebih dalam lantas meletakkan tasku di meja.

"Nanti kalau sudah, tolong panggilkan Papi ke sini ya. Mine mau cerita."

Aku mengangguk dan tidak lama kemudian Kak Gandra masuk ke dalam kamar. "Sini, sini, duduk. Mine mau cerita."

Rosa bangun dari duduknya, dia mempersilahkan aku untuk duduk di sana, sedangkan Kak Gandra memilih untuk berdiri di sampingku. "Kenapa? Mine mau cerita apa?" tanya Kak Gandra.

"Semalam Mine mimpi. Mami dan Papi bertengkar terus Mami meninggalkan Papi, Papi juga enggak mau mengejar Mami. Mine disitu nangis. Mine ketakutan. Mine enggak mau itu terjadi," tangan mungil Mine menyentuh tanganku dan juga tangan Kak Gandra, "Mine boleh minta sesuatu enggak?"

Aku dan Kak Gandra saling berpandangan. Aku hanya diam, sedangkan pria itu lebih dahulu mengangguk. "Mine mau minta apa?" tanyanya lagi.

"Akhir-akhir ini Mami sama Papi kan sering berantem. Mine sering nangis. Mine ingin kita kembali seperti dulu. Mami dan Papi terlihat akur dan romantis. Bisa enggak kita seperti itu lagi?"

Aku menarik napas kecil.

Aku diajak drama lagi?

Sampai kapan drama pura-pura romantis ini akan berhenti?

Teruntuk yang mau baca cepat, aku udah publish satu buku full di Karyakarsa 

Pembelian juga dapat melalui WA (085810258853

Full ebook 

Full ebook 

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hanya dengan Rp46

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hanya dengan Rp46.000 kalian bisa akses full e-booknya 

Tersedia juga ebook versi baca duluan 

Cara Pembelian:

1. Masuk ke aplikasi Karyakarsa bisa melalui web atau aplikasi.

2. Cari nama kreator (TheDarkNight_) dan cari judul karya (Part Ke-1 sampai Part Ke-61 (Ending) _ Mutualism Marriage _ TheDarkNight_)

3. Setelah ketemu, scroll ke bawah sampai menemukan harga jual karya tersebut. Harganya Rp46.000.

4. Ubah harga jika kamu ingin memberi apresiasi lebih.

Pilih metode pembayaran: GoPay, OVO, Shopeepay, Indomart, Alfamart, atau transfer bank.

5. Ikuti petunjuk pembayaran (lihat bagian-bagian yang menerangkan pembayaran dengan Gopay, OVO, Virtual Account BNI, dan Pembayaran QR).

6. Kembali ke laman KaryaKarsa dan ke karya tadi. Pastikan kamu sudah login, ya. Kalau transaksi sudah berhasil, Karya yang sebelumnya bertuliskan "terkunci" akan ganti jadi "terbuka".

Jika ada pertanyaan boleh chat admin aku 085810258853

Pembelian juga dapat melalui WA (085810258853)

Mutualism MarriageWhere stories live. Discover now