🍂Enam Belas🍂

12.3K 644 11
                                    

Kak Gandra sedang sibuk menonton televisi, seperti Bapak-bapak pada umumnya. Dia memilih menonton acara berita daripada acara televisi lainnya.

Dengan tangan yang memegang sepiring semangka aku mendekat, berniat untuk mengganggu pria itu. "Kak, mau nggak?" tanyaku menawarkan. Dia menggeleng tanpa melirik ke arah piring yang aku bawa, "belum lihat aku bawa apa udah nolak. Coba liat dulu," ucapku kemudian duduk di sebelahnya.

"Apa pun itu, saya enggak mau."

Aku mengambil bantal sofa yang menjadi pembatas kami. "Kenapa sih emang?" aku mendekatkan sepiring semangka itu tepat di depan wajahnya, "buah semangka ini. Kesukaan Kakak."

"Enggak mau," dia menjauhkan piring semangka itu, "awas. Saya lagi nonton enggak kelihatan."

"Aku suapin ya?"

Dia menggeleng. "Enggak mau, Nda."

"Kenapa sih?"

"Sudah sikat gigi."

Aku terkekeh pelan. Iya, dah, sudah sikat gigi. Enggak mau makan lagi karena takut sisa makanan membuat giginya berlubang.

"Kak," aku meletakkan piring itu di atas tangannya, "suapin aku kak."

Dia terdiam, enggan meresponsku. Matanya tetap fokus menonton acara berita. "Kakak!" aku merenggek, "suapin aku kaya kemarin."

"Nda, berisik," dia meletakkan piring yang ada di tangannya ke meja, "kamu atau saya yang pergi? Ke ruang televisi yang satu lagi."

Aku berdecak sebal. "Kita di sini aja sih. Enggak usah ada yang pergi."

"Kamu ganggu saya."

"Aku cuma minta suapin aja. Bisa kan m nonton sambil suapin aku."

"Itu mengganggu."

"Yaudah," aku menaikkan kedua kakiku di sofa, mencari posisi nyaman, "Kakak nonton aja di sini, aku diam kok. Anteng makan semangka sendirian. Enggak berisik lagi."

Kak Gandra menyandarkan tubuhnya di sofa lantas dia kembali sibuk dengan acara televisi. Aku yang di sebelahnya hanya diam, ikut menonton berita sambil menikmati potongan semangat di tanganku.

"Kak," aku menunjuk ke layar televisi. Saat ini menampilkan berita tentang sepasang suami-istri, "seram banget ya istri gugat cerai suami, pasti karena suaminya eng-" ucapanku terpotong saat Kak Gandra mematikan televisi.

"Beritanya enggak bagus, enggak bermanfaat," ucapnya lantas melenggang pergi, sedangkan aku di sini masih mengangga menatap kepergiannya.

"Pasti karena suaminya enggak perhatian, enggak peduli, dan enggak cinta sama istrinya!" aku berbicara sendiri, "kalau bukan karena butuh uang Kak Gandra, pasti aku akan gugat cerai dia!"

°°°

Aku berjalan cepat keluar dari kamar dan menuju ke teras depan "Kak Gandra," pria yang sedang menyeruput kopinya itu ini menoleh ke arahku. Aku menunjukkan setangkai mawar merah yang beberapa hari lalu dia berikan, "sudah layu bunganya. Sedih. Padahal aku suka banget."

"Buang aja."

"Ih, kok gitu," aku menarik kursi dan duduk tepat di hadapannya, "belikan aku bunga kaya gini lagi kak."

"Beli sendiri aja."

"Belikan lah," dia hanya diam, lantas kembali menyeruput kopi hitamnya sampai habis.

Aku yang berada di depannya hanya diam. Sama sekali enggak diajak bicara. Dilirik pun tidak. Ingatanku kembali melambung saat kemarin berlibur dan Kak Gandra memperlakukanku dengan penuh cinta.

Aku jadi sedih, bukan hanya karena bunga mawarnya layu, tapi sedih karena aku tahu hal-hal manis yang Kak Gandra lakukan kemarin tidak akan terulang lagi.

Dia hanya bermain sandiwara seharian.

Seharusnya aku terpukau dengan sandiwaranya, tapi aku malah terbawa perasaan.

"Kakak," setelah bermenit-menit kami diam tanpa percakapan kini aku memulai membuka suara, "rasanya sedih ya."

Dia diam, meletakkan cangkir yang telah kosong ke atas meja.

"Aku tahu pernikahan kini hanya berdasarkan kepada aku yang memberikan Kak Gandra pelayanan dan Kak Gandra memberikan aku uang. Dari awal Kak Gandra juga enggak pernah memperlakukan aku penuh cinta dan aku juga enggak pernah mempermasalahkannya."

Aku menarik napas pelan lantas tersenyum kecil.

"Tapi saat kemarin, seharian Kakak memperlakukan aku penuh cinta. Aku jadi merasa bahwa aku juga butuh itu. Aku merasa dicintai. Aku enggak perlu diberikan perhatian yang besar kak, enggak perlu hadiah yang ribet. Aku cuma mau diberikan perhatian-perhatian kecil dan kalau boleh juga hadiah yang sederhana. Bunga yang kakak petik di kebun depan terus Kakak berikan aku juga sudah cukup."

"Jangan lebai," dia bersuara, "kemarin saya hanya sandiwara. Saya enggak melakukan itu karena cinta."

"Iya, aku tahu. Aku tahu memang itu sandiwara, dilakukan tanpa ketulusan dan cinta. Bodohnya, aku malah terbawa perasaan, menikmati perlakuan itu, dan menginginkan perlakuan itu seperti itu setiap hari."

Dia bungkam dengan sorot mata yang menatapku datar.

"Aku mau diperlakukan seperti itu setiap hari. Aku mau merasakan dicintai. Aku mau dipedulikan. Aku mau dikasih perhatian. Enggak munafik, aku memang butuh uang dan Kakak selalu memenuhi kebutuhan aku yang satu itu," aku mengelap air mataku yang tiba-tiba terjatuh, "tapi ternyata kebutuhanku bukan hanya uang."

"Jangan banyak menuntut, Nda."

"Aku mau pernikahan kita baik-baik aja."

"Selama uang di rekening saya masih banyak. Selama kamu melayani saya dan mengurus Jasmine dengan baik. Selama itu juga pernikahan kita akan baik-baik saja."

Setelah berbicara itu, Kak Gandra pergi meninggalkanku sendirian di sini.

Dia benar. Pernikahan kami akan baik-baik saja selama uang direkeningnya banyak jarena meskipun kebutuhan lainku tidak dipenuhi olehnya, aku juga enggak mungkin bisa meninggalkannya.

Jika pernikahan kami rusak dan hancur sekalipun, aku enggak akan pernah bisa meninggalkannya.

Karena kebutuhan keuanganku, selalu dia cukupi.

Dan itu seharusnya cukup.

Seharusnya.

Seharusnya.

Akses baca cepat tanpa menunggu!

Sekarang sudah tersedia versi baca duluan sampai part ke-24!

Pembelian dapat melalui Karyakarsa versi web atau WhatsApp (085810258853)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pembelian dapat melalui Karyakarsa versi web atau WhatsApp (085810258853)

Cara pembelian melalui Karyakarsa
(Versi Web)

1. Masuk ke website Karyakarsa
2. Cari nama kreator (TheDarkNight_) dan cari judul karya.
3. Setelah ketemu, scroll ke bawah sampai menemukan harga jual karya tersebut.
4. Pilih metode pembayaran: GoPay, OVO, Shopeepay, Indomart, Alfamart, atau transfer bank.
5. Ikuti petunjuk pembayaran (lihat bagian-bagian yang menerangkan pembayaran dengan Gopay, OVO, Virtual Account BNI, dan Pembayaran QR).
6. Kembali ke laman KaryaKarsa dan ke karya tadi. Pastikan kamu sudah login, ya. Kalau transaksi sudah berhasil, Karya yang sebelumnya bertuliskan "terkunci" akan ganti jadi "terbuka".

Mutualism MarriageWhere stories live. Discover now