🍂Tiga Puluh🍂

13.1K 832 40
                                    

"Gimana liburannya seru?" tanya Kak Gandra sambil melirik ke arah Jasmine di kursi sebelahnya.

"Seru banget Papi! Mine senang bisa main di pantai!" gadis kecil itu menunjukkan sebuah gantungan kunci berbentuk kerang, "Mine beli ini. Bentuk kerang. Keren nggak Papi?"

"Iya, keren. Mine ngapain aja di sana?"

"Pas baru datang Mine main di pantai terus siangnya Mine jalan-jalan lagi ke ...." ucap Mine terus bercerita mengenai kegiatan saat study tour.

Aku yang duduk di kursi tengah, hanya mendengarkan obrolan mereka berdua tanpa berniat menimpali. Aku sudah kehabisan energi jadi malas ngomong. Ditambah lagi, aku kan enggak diajak ngomong.

"Oh, iya, masa ya," Jasmine menoleh ke arahku, "masa di sana Mami kelihatan happy banget. Padahal Mami enggak main di pantai, tapi bisa kelihatan happy."

"Di sana Mami ngapain aja Mine?" tanya Kak Gandra yang sontak membuat aku langsung menegakkan posisi dudukku.

"Jagain Mine, tapi Mami sering ngobrol sama Pak Angga. Kelihatan senang banget, ketawa terus, Mami juga senyumnya lebar. Mine enggak pernah lihat Mami se-happy itu."

Aku sudah menduga bahwa gadis kecil pemantau ini akan mengadu kepada Papinya, tapi aku tenang aja sih. Soalnya aku yakin seratus persen bahwa Kak Gandra pasti enggak peduli.

Selama aku menjaga anaknya dengan baik, dia enggak akan pernah marah.

"Oh ya? Berdua terus?"

"Iya berdua terus. Ke mana-mana berdua. Tapi, Mami enggak pernah meninggalkan Mine kok, kalau Mine asyik main, baru deh Mami ngobrol sama Pak Angga."

"Oh gitu," respons Kak Gandra.

Kelihatan bahwa pria itu enggak tertarik. Jawabnya aja singkat. Kan aku sudah bilang, mau aku dekat dengan pria mana pun, dia enggak akan peduli.

"Terus Mami dibelikan puding yang suka kita beli. Silky puding. Mami dikasih empat cup. Kayanya karena itu deh Mami jadi happy terus. Iya kan Mami?"

"Enggak juga. Mami biasa aja kok," ucapku yang langsung dihadiahi gelengan kepala oleh Jasmine.

"Enggak biasa aja. Mami di sana beda banget. Kelihatan ceria dan senang. Beda banget kalau lagi sama Papi."

Haduh.

Boleh keluar mobil sekarang aja enggak sih?

"Mungkin karena Mami di sana liburan, Mine. Jadi kelihatan senang. Lagi juga kalau Mami ngobrol sama Pak Angga, enggak apa-apa. Kan mereka teman. Daripada Mami sendirian, enggak ada yang menemani kan? Lebih baik ditemani Pak Angga."

Entah aku harus merasa senang atau sebaliknya begitu mendengarkan ucapan Kak Gandra yang seolah membelaku.

"Iya, iya," jeda beberapa saat sebelum Jasmine kembali mengeluarkan suara, "besok-besok kita berlibur di dekat pantai aja ya. Jangan yang disawah-sawah lagi. Kayanya Mami suka suasana pantai, makanya dia bisa se-happy itu."

"Iya boleh."

Selamat aku.

Mereka berdua enggak mempermasalahkan kedekatanku dengan Pak Angga.

Saat sampai di rumah, Kak Gandra enggak ikut makan malam bersama karena dia langsung pergi. Katanya sih mau mengurusi salah satu mesin cetaknya yang rusak. "Mine enggak usah tunggu Papi pulang ya. Tidur aja. Takutnya Papi pulangnya lama," ucapku sambil mencuci piring.

Terdengar suara kursi yang bergesekkan dengan lantai. Sepertinya Jasmine telah berdiri dari posisi duduknya. "Yaudah, Mine ke atas ya. Selamat malam, Mami. Have a nice dream. Love you."

Mutualism MarriageWhere stories live. Discover now