Immortal Witch | Act 8 - Change

767 100 0
                                    

Kelas berlangsung kondusif. Tidak ada yang berani membuat suara selama Prof. Lewis menjelaskan materi. Semua memperhatikan, kecuali gadis bersurai hitam yang mencoret-coret tidak jelas dengan wajah suram.

Prof. Lewis melihatnya. "Ms. Ramsey."

Jules masih mencoret-coret buku dengan sebal. Wajahnya semakin jelek.

"Ms. Ramsey!" Prof. Lewis meninggikan nadanya.

Jules tersentak, melihat ke arahnya dengan kaget. "Ya?"

"Tunjukan mantra pengubah yang baru saja dipelajari."

"Pengubah?" Jules sedikit menyengir. Seperti meremehkan.

Jules mengangkat tangannya. Dia menepuk bahu ke murd lelaki di kursi depannya. Murid lelaki itu menoleh melihatnya. Namun, sosoknya yang sebelumnya berkulit hitam dengan rambut keriting, berubah menjadi pria berkulit sawo dan berkumis—Prof. Lewis. Wajahnya yang semula bodoh, menjadi semakin bodoh dengan wakah Prof. Lewis.

"Hahahaha."

Semua murid tertawa atas perubahan tersebut. Mereka memang terkejut, tapi penampilan lelaki itu lebih lucu dibandingkan apa pun. Melihat Prof. Lewis yang biasanya galak menjadi tampak bodoh dan dungu, tidak ada yang bisa menahan tawa.

Bahkan Prof. Lewis terdiam.

"Jules, apa salahku padamu? Kembalikan aku!" rengek Jake pada Jules.

Jules masih dengan tampang tidak bersalah, melihat Prof. Lewis dengan bangga. Dia seolah mengatakan, "Bagaimana? Aku hebat, 'kan?"

"Ms. Ramsey, kembalikan dia." Prof. Lewis akhirnya sadar dari rasa terkejut. Ini kali pertamanya bisa melihat seseorang mengubah teman sekelas hanya dengan sentuhan.

Jules mematuhi Prof. Lewis. Dia menjentikkan jari dengan malas dan kembali duduk, menyilangkan kaki. Murid itu kembali seperti semula, hitam dan keriting.

"Ms. Ramsey, mantra apa yang kau gunakan sampai bisa mengubah rupa Mr. Ronald? Saya baru saja mengajarkan mantra pengubah bentuk benda." Prof. Lewis penasaran.

"Setidaknya aku bisa melakukan yang profesor suruh." Jules terlihat tanpa etika, tapi dia tidak salah. Prof. Lewis hanya menggelengkan kepalanya, karena tidak ingin berdebat dengan Jules yang keras kepala.

Dia melirik Blaire. "Ms. Osborne, tunjukan."

Blaire mengambil pensil dan diletakan ke meja sebelum akhirnya ia mengucapkan mantra. Seketika pensil tersebut berubah bentuk menjadi sebuah ranting kering. Blaire kecewa karena pensil itu bukan berubah menjadi yang ia pikirkan, tapi yang ia takutkan.

"Tak apa, setidaknya ada kemajuan," ucap Prof. Lewis. "Dalam mengucapkan mantra, harus fokus dan bisa menguasainya. Kalau tidak, mantra tersebut akan diluar kendali. Ini juga berlaku untuk sihir ilmu hitam, jika kita tidak dapat menguasainya, maka sihir itu akan berbalik pada kita."

Prof. Lewis kembali menjelaskan beberapa tentang sihir dan cara mengendalikannya. Sejak tadi Clare mencoba untuk menggunakan mantra, tapi selalu tidak berhasil. Ia juga minta diajarkan Blaire, tapi hasilnya hanya mengeluarkan percikan kecil seperti tanda-tanda meledak. Clare tidak lagi menyentuh sihir apa pun setelahnya.

Setelah kelas, Clare pergi ke loker miliknya dan mengambil bungkusan berisi tanaman pesanan Louis. Ia menghela nafas ketika melihat tanaman yang ia ambil dengan nyawa itu.

"Thumbelina."

"Aku datang!" Thumbelina terbang ke arah Clare mengabaikan para peri lain.

Clare melihat Thumbelina terbang di depannya bersama Jessabele. Mereka sepertinya habis bermain.

"Apa aku mengganggu?" kata Clare.

"Tidak, ada apa memanggil?" sahut Thumbelina. Dia selalu siap kapan pun dan di mana pun.

Clare menghela napas kemudian memberikan bungkus tanaman pesanan Louis. Dia terlalu malas memberikannya sendiri.

"Berikan ini pada Lotus untuk disampaikan pada Louis."

"Akan kuberikan!" Thumbelina antusias seraya pergi terbang membawa bungkus tersebut bersama Jessabele.

Clare menghela napas karena misinya telah selesai.

To be continue

01/21/2021

Revisi

Immortal Witch ✓Where stories live. Discover now