Immortal Witch | Act 9 - Manipulation

785 94 0
                                    

Hari ini di pelajaran pertama, Clare masuk ke kelas bersama Gavin. Mereka duduk di barisan tengah dan melihat meja yang sudah dipenuhi bahan pembelajaran.

Professor Mike datang setelah bel berbunyi. Dia membenarkan kacamatanya yang besar. Melihat semua murid sudah di dalam kelas dan diam, dia memulai materi.

"Baik, anak-anak ...."

Ucapannya tidak dilanjutkan ketika melihat seorang gadis masuk seenaknya ke kelas dan duduk di samping Clare dengan tampilan tak bersalah. Ia mengerutkan kening, lalu menegur.

"Siswa dilarang masuk ketika pelajaran sudah dimulai, kau lupa aturan akademi?" tegur Professor Mike.

Gadis itu mengedipkan mata, melirik jam tangan, "Pelajaran dimulai pukul 9, aku tepat waktu. Masih 2 menit sebelum pelajaran dimulai dari sekarang."

Professor Mike menyerinyit. Tidak hanya dia yang bingung, satu kelas juga bingung. Clare melirik jam tangannya, membedakannya dengan jam dinding. Ia terkejut karena ternyata pukul 9 baru saja berdentang di detik akhir bersamaan dengan bel yang mulai berbunyi. Itu juga terjadi pada Professor Mike dan murid lain. Mereka bingung.

Bel sudah berbunyi sejak tadi, dan ini yang kedua kalinya. Ada yang salah.

"Aku tidak salah kan?" Gadis itu tersenyum, terlihat tidak bersalah dan sopan.

Professor Mike yakin sekali kalau sekarang sudah lewat dari pukul 9. Bel sudah berbunyi saat dia masuk. Bagaimana waktu bisa mundur? Ia juga tidak merasakan sihir apa pun.

Clare menoleh ke arah gadis di sebelahnya. Bagaimana cara dia melakukan itu? Meski tahu ada yang salah, Professor Mike tidak bisa protes karema tidak memiliki bukti!

Gadis itu menoleh ke arah Clare, "Ada apa? Tidak percaya?"

Clare memalingkan wajah, kembali fokus pada pelajaran. Professor Mike tidak memperpanjang masalah dan meminta semua murid untuk fokus. Namun, selama ia mengikuti pelajaran, ia merasa gadis di sebelahnya terus memperhatikannya.

"Apa?" Clare meliriknya dengan heran.

Gadis itu memalingkan wajah dengan senyuman tipis. Dia tampak kalem dan ramah dengan tampilan itu.

Tapi Clare merasa kalau gadis itu terus memperhatikannya. Tapi sama sekali tidak ada percakapan di antara mereka sejauh ini. Sampai akhirnya kelas selesai, Clare bersiap pergi.

"Clare Davish?" Gadis di sebelahnya tiba-tiba menegur.

"Ya?"

"Aku dengar banyak tentangmu, anak non-bangsawan yang masuk asrama bangsawan dan ...."

"Tidak perlu di lanjutkan, aku sendiri tidak tahu bagaimana bisa begitu." Clare merasa kalau itu semua tidak perlu diperjelas. Itu hanya akan membuatnya rendah diri.

"Ah iya, mungkin karena kau berbeda dari yang lain jadi ...."

"Berbeda?"

"Lupakan, maafkan cara bicaraku yang sembrono." Dia tampak sangat lembut dan kalem, senyumnya menyenangkan. Clare baru sadar bahwa warna rambutnya kemerahan. Itu cantik untuknya.

"Aku tidak pernah melihatmu sebelumnya, kau pindah kelas?"

"Sama sekali tidak, aku baru saja masuk akademi hari ini. Wajar saja jika aku sangat telambat." Dia masih tersenyum.

"Baru masuk? Bukankah akademi tidak menerima murid baru selain tahun ajaran baru?"

Ia menghela napas sambil berjalan, "Pengalamanku buruk sekali. Pertama, aku ketiduran di kereta hingga kembali ke subway. Masinis menolak untuk mengantarku ke akademi jadi aku pulang sampai orientasi selesai. Aku kembali ke subway, tapi masinis tetap menolakku, jadi aku ke akademi naik mobil. Siapa sangka di tengah jalan aku tersasar berhari-hari dan baru sampai semalam."

Immortal Witch ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang