IX. Mood

176 31 40
                                    

Emlyn senyum-senyum sendiri duduk di bangku penumpang sebelah kanan—karena di Korea bangku kiri digunakan oleh pengemudi. Sesekali ia memegang pipinya yang masih terasa hangat dan bersemu merah. Pertemuannya dengan kelima idol tersebut serasa seperti mimpi yang mustahil untuk terjadi, tapi begitu saja bisa dialami oleh dirinya. Lagi dan lagi dia bersyukur dengan kejadian nyasar yang menimpanya.

Sedang asik tersenyum seraya mengingat kejadian di taman tadi—satu per satu lelaki yang tersenyum ke arahnya dan berbagi cerita lucu—sebuah kotak diulurkan oleh tangan kekar milik Chanyeol yang baru saja memasuki mobil Mercedes-Benz AMG G65 berwarna abu gelap tersebut.

"Kamu sedang bahagia?" tanya Chanyeol ikut tersenyum menatap Emlyn.

"Kenapa kamu baik terhadapku?" tanya Emlyn dengan berani menatap mata Chanyeol.

"Bukankah kita harus berlaku baik terhadap siapa saja?"

"Iya. Tapi ... maksudku ...." Emlyn berdecak kesal karena tidak menemukan pilihan kata yang tepat untuk menjelaskan maksud pertanyaannya.

"Apa yang salah dari perlakuanku hingga harus kamu pertanyakan?"

Tidak mendapat tanggapan dari Emlyn, Chanyeol kembali berkata, "Tidak semua pertanyaan harus ada jawabannya. Begitupula dengan yang terjadi sekarang. Tidak harus ada alasan di balik perbuatan. Bisa terjadi begitu saja."

Lagi Emlyn tidak menanggapi perkataan Chanyeol karena kini matanya sedang melebar dengan mulut yang mangap. Benda yang diberikan oleh Chanyeol tadi benar-benar tak disangkanya.

"Kamu memberikan ini untukku? Kenapa?" Suara Emlyn naik satu oktaf, membuat Chanyeol kaget karena ia sedang merapikan rambut di layar ponsel.

"Apa lagi yang salah dengan memberikan itu? Kamu membutuhkannya."

"Aku memang membutuhkan ponsel, tapi kenapa harus S21 ultra? Ini sangat mahal," protes Emlyn.

Demi apa, aku tidak pernah membuang uang di atas lima juta hanya untuk sebuah ponsel. Benar-benar pemborosan. Bukankah ponsel ini hampir mencapai angka 20? Apa ia dengan mudahnya membuang uang untuk orang yang tak dikenal? Batin Emlyn mencak-mencak.

"Kamu mau kubelikan iPhone saja?"

Emlyn dengan cepat memutar leher dan menusuk Chanyeol dengan tatapan tajamnya. Rasanya ingin sekali dikunyel wajah lelaki itu lalu dibungkus dengan jaket tebal.

"Tuan Kim Chanyeol yang terhormat, harus berapa kali kukatakan, kamu tidak mengenalku dengan baik. Kamu hanya tahu namaku dan kisahku yang tersesat di jalanan. Kamu menolongku, memberiku tempat menginap, dan sekarang kamu membelikanku barang mahal. Kamu mau bertindak sejauh apa untuk perempuan yang tidak kamu kenal ini??" tanya Emlyn penuh penekanan di setiap kalimatnya.

Chanyeol menyandarkan tubuhnya di jok dengan tangan melipat di dada. Dahinya mengernyit dengan bibir yang dimanyunkan.

"Kamu benar. Kenapa aku melakukannya? Semestinya aku bisa melakukan hal lain yang lebih bemanfaat untuk diriku sendiri. Begitu, kan, maksudmu? Emlyn, dengarkan aku. Aku mungkin baru mengenal namamu, baru tahu wujudmu, tanpa tahu keluargamu, tanpa tahu kepribadianmu yang sesungguhnya. Tapi, aku melakukan segala sesuatunya sesuai dengan dorongan hatiku. Aku ingin memberikan yang terbaik saat menolongmu, dan kuharap hal itu bisa berguna.

"Seperti halnya aku mempertemukanmu dengan member lainnya, semoga itu bisa menjadi kenangan dan pengalaman yang mengesankan dalam hidupmu. Kurasa, setiap penggemar menginginkan hal tersebut, dan di saat aku merasa bisa melakukannya untukmu, maka aku lakukan. Begitupula dengan ponsel ini, kuharap bisa kamu gunakan untuk pekerjaanmu, menikmati waktu senggangmu, bukan hanya di sini, tapi juga untuk seterusnya. Atau jika kamu keberatan, anggap saja itu hadiah dariku yang bisa kamu jadikan kenangan nantinya," tutur Chanyeol dengan baik guna mengurangi salah paham pada Emlyn.

Emlyn terdiam, sebenarnya ia sangat bersyukur atas apa yang dilakukan Chanyeol untuknya. Hanya saja ia merasa pemberian ini berlebihan. Hal yang diyakini Emlyn, suatu kebaikan apa pun alasannya harus diberi balasan. Lalu, jika kebaikan yang diterima dari Chanyeol sudah sebanyak ini, bagaimana ia harus membalasnya?

Kekesalan masih saja memenuhi dirinya. Ia kesal karena memilih duduk di mobil tanpa ikut melihat ponsel yang akan dibeli. Padahal, jika saja tadi ikut ke dalam store ia akan bisa memilih ponsel yang harganya paling rendah.

"Sampai kapan mau cemberut seperti itu? Bukankah kamu harus menghubungi salah seorang anggota keluargamu?" tanya Chanyeol dengan ekspresi menggemaskan, matanya terus menatap Emlyn yang memasang tampang ngambek.

Masih tidak menjawab pertanyaan Chanyeol karena rasa kesalnya, Emlyn langsung memasuki aplikasi Instagram dan mencari nama adiknya terlebih dahulu. Sengaja ia tidak memilih nama Danita karena takut akan diberi siraman rohani selama tujuh hari tujuh malam karena keteledorannya tersesat di negeri orang.

Hey brother, maaf, aku baru mengabarimu. Aku sudah tiba di Korea kemarin, hanya saja aku tersesat dan kehilangan jejak teman-temanku. Ponselku ada pada Nita. Tapi, jangan khawatir, aku ditolong oleh orang-orang baik. Aku makan dan tidur dengan sangat baik.

Selain mengirimkan pesan pada Aqmar, ia juga mengirimkan pesan serupa pada Nita. Ia harus memastikan untuk bertemu mereka sebelum kepulangan yang dijadwalkan.

"Kamu sudah menghubungi mereka semua?" tanya Chanyeol memastikan.

"Sudah. Tapi tak satupun dari mereka membalas pesanku. Andai aku ingat nomor ponsel mereka, akan lebih memudahkanku untuk menghubungi."

"Mungkin mereka sedang beraktivitas dan tidak melihat ponsel. Mari kita berpositif. Apa kamu ingin makan lagi?"

"Aku sudah kenyang. Di rumah makan, ketemu para member makan. Perutku sudah penuh dengan semua makanan itu. Apa kamu tidak punya kegiatan lain? Aku tidak ingin menghalangimu berkegiatan. Lebih baik aku pulang dan kamu bisa melanjutkan aktivitasmu atau pekerjaan lainnya," ujar Emlyn mengurangi ketidaknyamanan karena sedari tadi lelaki ini terus saja menawarkan kebaikan padanya.

"Aku hari ini ambil libur seharian. Bukankah sangat seru jika menikmati libur tanpa harus memikirkan kerjaan? Aku sangat jarang mendapatkan waktu-waktu seperti ini." Tersirat sedikit curhatan dalam ucapannya.

Emlyn berpikir sejenak. "Haruskah aku menemani libur kali ini? Hitung-hitung sebagai ucapan terimakasihku karena telah melakukan segala kebaikan untukku sejak kemarin."

Chanyeol sumringah. "Aku akan sangat senang jika kamu melakukannya."

"Chaiyooooo," teriak Emlyn semangat sambil mengacungkan tangannya ke atas.

Dengan semangat perempuan kecil itu, Chanyeol pun begitu saja menancap gas tanpa tahu arah mana yang harus mereka tuju. Bukankah arah akan diketahui seiring dengan perjalanan yang dilalui?

Let Me Love YouWhere stories live. Discover now